"Mamak tidak rela jika kau sampai jadi gundik Olanda! Kau itu pintar! Kau cantik! Kau pantas menikah dengan pribumi baik-baik mapan yang akan menjagamu!"
Mamak begitu histeris saat mendengar gosip dari orang pasar bahwa seorang londo necis bergombal dan melempar rayuan pada Melati di siang bolong. Berkali-kali Melati menjelaskan bahwa mereka pernah bertemu dan Londo itu hanya bertanya jalan (Melati berbohong sedikit) padanya. Mamak tidak mau dengar dan tidak mau tahu.
"Jika pak haji Salim sampai tau kau digoda londo itu, bisa-bisa ia memutuskan janji pernikahanmu dengan Sahlan" pekik mamaknya sedih. Melati diam saja sambil menyiangi daun katuk untuk makan malam mereka. Ia tau percuma membujuk atau menenangkan mamaknya saat wanita paruh baya itu sedang kalut.
Mamaknya pernah punya teman masa kecil bertahun-tahun lalu, begitu mamaknya dulu bercerita. Mamak tidak pernah menyebut nama, hanya bilang teman masa kecil. Teman masa kecilnya begitu cantik hingga membuat seorang Mayor londo anggota KNL* jatuh cinta.
Teman masa kecil mamak dijadikan gundik secara paksa hingga melahirkan lima anak indo manis-manis yang membuat semua orang tersentuh. Teman mamak terlena, ia merasa si londo itu sudah mencintainya dan suatu hari pasti akan menikahinya. Mereka memang kemudian hidup hidup bersama bak suami istri selama 15 tahun hingga akhirnya Nyonya Besar istri sang Mayor datang dari Belanda dan mengklaim sang Mayor untuk dirinya sendiri. Teman masa kecil mamak diusir tanpa boleh membawa apapun kecuali kain yang melekat di badan, anak-anaknya semua dibawa sang Mayor ke Batavia untuk tinggal bersama dengan istri sahnya, dan semua kerja kerasnya untuk menjadi pendamping yang baik sia-sia begitu saja.
"Mamak tau mamak bukan orang pintar, Melati!" kata mamak tegas "Kau harus jauh lebih pintar dari mamak! Kau harus menikah dengan orang baik-baik dan kaya macam Sahlan. Jangan dekat-dekat dengan londo itu lagi!"
Melati mendecih dalam hati mendengar nasihat mamak yang hanya mengulang-ulang tentang menikah dengan orang mapan. Bas hanya mengajaknya berbincang sebentar, bukan berarti pria itu mau menidurinya kan?
Jadi keesokan harinya seusai mengantarkan makan siang pada mamak, Melati buru-buru menuju ladang yang kata Bas pohon-pohon jeruknya telah berbuah sempurna. Udara siang begitu panas dan Melati tau dalam hati bahwa ia diam-diam lebih ingin bertemu Bas dibandingkan menyantap buah jeruk kuning berair sampai perutnya kenyang.
Ia bahkan setengah berlari saat menyebrangi sungai dan berjalan mendaki ke arah bukit. Tuhan sepertinya berpihak padanya.
Seorang pria pirang tengah duduk di bawah pohon jeruk, melukis dengan serius. Melati mengerjap. Ia sepertinya pernah melihat kejadian ini seakan-akan kejadian ini sudah pernah terjadi sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melati
Historical Fiction18+ (UNTUK DEWASA, ANAK DIBAWAH UMUR DIHARAPKAN UNTUK TIDAK MEMBACA CERITA INI) Ini kisah cinta 3 manusia di Balakanda, di Hindia Belanda. Melati, gadis muda yang masih polos dan belum mengenal dunia. Sahlan, anak muda dengan gelora api dan rasa cin...