ABOUT LETTING GO

292 32 2
                                    

SEBELUMNYA
==============

.
.
.

"Kamu bisa dengar debar jantung aku Fi,?"

"Jangan bikin aku takut dan khawatir lagi, oke?"

Zack dapat merasakan anggukan kepala Sofia.

"I Love you first Fi, aku yang pertama kali merasa jika aku mencintai kamu, jadi buang jauh-jauh pikiran aneh kamu tadi, oke?"

Kembali Sofia mengangguk.

"Are we good now?"

Sofia melerai pelukannya. Lalu mengangkat wajahnya agar bisa menatap Zack.

"Yes, we are good now..." Sahut Sofia

"Maaf bikin kamu sampai harus kesini..." Imbuhnya lagi.

"Aku akan lakukan apa saja Fi, apa saja agar bisa bikin kamu percaya.."

===========
.
.

"Jadi...dia ?"

Sofia menghentikan langkahnya, ketika tiba-tiba Jeremy sudah berada di meja yang biasa ditempati penanggung jawabnya.

"Jeremy...?"

Jam lima sore adalah waktu bagi Sofia menyerahkan laporan hariannya, dan akan mengambil berkas yang akan dipakainya untuk keesokan  harinya.

"Ternyata Kamu sudah punya kekasih..." Sofia bisa mendengar nada kecewa disana.

"Iya.."

"Dia juga mendekatimu saat aku juga mendekati kamu Fi?" Tanya Jeremy lagi.

"Tidak...". Benar kan jawabannya?

"Jadi dia lebih dahulu?"

Sofia yakin jika Jeremy akan menjadi dokter yang hebat, penyakit pasiennya akan dengan mudah terdeteksi. Terbukti dengan pertanyaan nya yang menganalisa jawaban Sofia dengan cermat.

"Tidak masalah dahulu atau belakangan Jeremy..." Sahut Sofia diplomatis.

"Aku pikir aku masih punya kesempatan Fi.." Jeremy memandang Sofia dengan tatapan putus asa.

"Jika aku tidak melihat kalian hari ini, kamu nggak akan kasih tahu aku kalau kamu sudah taken..?".

Sofia menunduk, sedikit merasa bersalah. Tapi ia juga belum dapat momen yang pas untuk mengatakan hal ini pada Jeremy.

"Maaf Jeremy,  hanya aku belum dapat momen yang pas buat ngomongin ini ke kamu..."

Jeremy menunduk, ia merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Ia juga mengerti tidak mungkin tiba-tiba Sofia menghubunginya dan mengatakan jika ia sudah punya kekasih.

"So....aku nggak punya kesempatan lagi yaa..."Suara itu terasa sarat kekalahan.

" Kita tetap bisa jadi teman Jer..."

Jeremy terkekeh, teman ya..?

"Sure...Sofia, sounds good...".Jawab Jeremy walau nadanya tidak antusias.

Sofia mengulurkan jari kelingkingnya pada Jeremy. Pemuda itu mengangkat wajahnya, melihat ke arah kelingking mungil itu lalu ke wajah Sofia yang tampak menggemaskan,

Jeremy terkekeh geli. Menggelengkan kepalanya. Betapa menariknya gadis ini, pikirnya dalam hati.

Jeremy mengangkat kelingkingnya dan mengaitkannya dengan kelingking mungil itu.

"Teman...." Seru Sofia dengan senyum lebar dan wajahnya yang meringis lucu.

"Sahabat?" Tawar Jeremy.

Sofia tertawa. "Sahabat ya? Sounds good Jeremy..." Ucap Sofia menirukan Jeremy tadi.

About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang