[S1] - 25 | Puncak Kekecewaan

79 8 323
                                    

"Arzoo, aku sudah si---"

"Aku tidak jadi pergi!" sahut Arzoo memotong perkataan Rohan, membuat laki-laki itu terbengong-bengong di pinggir jalan, sementara Arzoo cepat-cepat kembali masuk ke rumahnya.

"Hah? Tidak jadi?" gumam Rohan kebingungan. "Eh, Zoo! Tidak bisa begitu!" protesnya menyusul Arzoo.

Sedang di dalam, Arzoo seolah tak peduli lagi dengan dunia sekitarnya. Dia masuk sambil membanting pintu, meninggalkan tanda tanya besar bagi sepasang suami-istri yang melihatnya.

Arzoo menangis terisak-isak di balik pintu kamarnya. Pertahanannya hancur lagi karena kembalinya Jai. Dia semula sudah bahagia, sangat bahagia, atau setidaknya tidak serapuh ini. Tetapi kembalinya Jai, membuat kebahagiaan yang selama ini disusun dengan susah payah hancur tak berjejak.

"Kenapa kau harus kembali, Jai? Kenapa kau selalu kembali setelah aku baik-baik saja dan terbiasa tanpamu? Kenapa? Kenapa kau suka sekali menghancurkanku?!" raung Arzoo.

"Arzoo ..., kau baik-baik saja? Ada apa denganmu?"

Suara Rhea terdengar dari luar. Arzoo tebak saat ini bukan hanya Rhea yang ada di luar sana, tetapi juga Rishi dan Rohan. Jelas saja mereka panik melihatnya yang tiba-tiba begini.

"Arzoo ..., kau kenapa?" Sekarang suara Rishi yang terdengar.

Arzoo mengusap kasar jejak-jejak air yang mengalir di pipinya, meski orang-orang tetap akan tahu kalau dia habis menangis.

Cklek.

"Aku baik-baik saja," kata Arzoo sembari memasang senyum.

Semua orang memerhatikannya penuh selidik. Tidak mungkin mereka akan percaya begitu saja soal kata 'baik-baik' yang barusan Arzoo lontarkan.

"Jai datang lagi?" tebak Rhea.

Arzoo tertunduk. Tebakan yang tepat sasaran tanpa meleset sedikitpun. Akhirnya dia pun mengangguk pelan, menimbulkan decakan keluar dari ketiga orang di hadapannya.

"Sudahlah, Zoo. Jangan lagi pedulikan dia. Dia datang hanya untuk membuatmu kembali hancur. Bersikap saja seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Lupakan dia. Anggap saja dia bukan orang penting dalam hidupmu," saran Rohan.

Arzoo mengangguk. "Tapi aku tidak jadi ke bioskop, ya?"

"Ya sudah. Tidak apa-apa," balas Rohan.

***

Esok harinya, Arzoo kembali bekerja setelah lebih dari seminggu diliburkan. Sungguh dia sangat bersemangat, karena bekerja membuatnya sibuk dan tidak berpikir ke mana-mana. Dan memang benar, hari itu dan seterusnya dia tidak lagi memikirkan Jai. Jai juga tidak lagi datang, hanya di malam ketika Rohan mengajaknya ke bioskop itu saja. Sekarang Arzoo benar-benar paham, Jai memang hobi mematahkan hatinya.

Malam ini, hujan turun dengan deras. Sementara Arzoo memilih berdiam diri di kamar untuk menonton film setelah seharian bekerja.

Tuk.

Tuk.

Tuk.

Arzoo mengerjap beberapa kali sembari mengalihkan tatapannya dari layar laptop. Siapa yang mengetuk jendela kamarnya malam-malam begini? Rasanya tidak mungkin kalau orang. Siapa yang mau-maunya hujan-hujanan hanya untuk mengetuk jendela kamarnya?

Tuk.

Tuk.

Tuk.

Kan. Suara itu datang lagi. Apa jangan-jangan hantu? Tapi mana mungkin ada hantu. Apa mungkin ulah Rishi? Selama ini dia selalu berulah menjahili Rishi, bisa jadi sekarang Rishi balas dendam.

Our Impossible Love (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang