"SEADANYA aja ya Nak Ivan, kalau di rumah Denis makanannya ya gini. Nanti dimasakin yang enak-enak deh kalau pas Tante libur."
Dengan raut wajah sumringah, Mama Denis menyuguhkan berbagai macam menu sarapan di atas meja. Ada kangkung balacan, tempe goreng tepung serta telur dadar bertekstur tebal yang sudah di siapkannya sejak pagi buta. Ivan mengangguk menanggapi kalimat wanita yang terdengar ramah itu, matanya berbinar karena mendapatkan sambutan hangat dari keluarga Denis di minggu pagi cerahnya.
"Habisin Nak, Om sama Tante udah sarapan duluan kok tadi," sahut Papa Denis. Pria berumur lima puluh tujuh tahun itu terlihat rapi. Mengenakan polo shirt ungu tua yang dimasukan ke dalam celana jeans favoritnya. "Maaf ya Om nggak bisa nemenin kalian sarapan. Karena harus nganterin Mamanya Denis masuk pagi. Nggak apa-apa ya..." tuturnya berat hati .
Ivan merasa tidak enak sendiri karena datang ke rumah kekasihnya secara mendadak, "Oh nggak Om, Saya yang harusnya minta maaf karena nggak ngomong dulu kalau mau mampir."
"Loh, ngapain pake ngomong dulu Nak?" sergah Mama Denis, "Kapan aja kamu boleh dateng kok, kalau kamu berkenan anggap saja ini rumah ke dua kamu. Yaa meskipun rumah ini sederhana, dan letaknya d ujung gang. Tante sama Om seneng banget kalau kamu nyempetin singgah ke sini," tuturnya lagi dengan sumringah. Wanita yang sudah bersiap dengan seragam perawatnya itu terlihat memasukan tumblr berisi kopi ke dalam tas yang selalu ia bawa agar matanya tetap terjaga sepanjang bekerja nanti. "Oh ya Nis, jangan lupa habis makan tanya adikmu nginep mana. Udah bangun apa belum. Teleponin yah, Mama takut nanti dia kesiangan."
"Iya Maaa...!" sahut Denis. Ia muncul dari dalam kamar dan segera bergabung dengan Ivan di meja makan. Mengambil sepiring nasi untuk Ivan, dan untuk dirinya sendiri. "Paling juga tidur di kantor lagi. Atau nggak di apartnya Dino kayak biasa. Lagian kenapa nggak pulang aja sih, udah seminggu itu baju yang dia bawa apa masih ada yang bersih?"
"Kalau berangkat dari rumah kejauhan Kak. Makanya dia milih nginep di kantor atau di rumah temennya. Biar bisa berangkat pagian terus dapet parkiran yang enak katanya."
Denis terdiam tak menanggapi ucapan Mama lagi. Seingatnya, sepulang dari rumah sakit, Sandy enggan berbicara dengannya. Adiknya itu hampir saja menghajar Ivan di ruang perawatan, untung saja saat itu Adam muncul dan mencegah keributan. Dengan teriakan Denis yang histeris kala itu, Sandy teredam amarahnya dan menghampiri Sang Kakak dengan napas tersengal.
"Lo kemaren masih nggak kenapa-napa ya sama gue. Lo diapain? Lo diapain sama dia Kak!???!!"
Denis ingat betul, tangan Sandy saat itu menyeka seluruh wajahnya dan berlanjut memeriksa dua pergelangan tangannya. Seperti sedang memastikan kalau Kakaknya tidak lecet sedikitpun. Walau ia tidak mendapati luka apapun, wajah penuh penyesalan tetap ada padanya. Ketika melihat begitu pucat dan lemahnya Denis yang di atas ranjang kala itu.
"Gue nggak apa-apa, udah jangan marah-marah dong. Kepala gue tambah pusing denger ocehan lo!" pinta Denis.
"LO....!!!! LO MATI KALAU BIKIN KAK DENIS GINI LAGI!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Escape [✓]
Romansa🏆 Spotlight Romance Of January 2024 - WattpadRomanceID Jonathan sedang berlari dari derita patah hati yang selalu mengekorinya kemanapun pergi. Semangat hidupnya tidak sebesar hari kemarin, sebelum gadis yang begitu ia cintai memilih pria lain. Pr...