Terpaan angin dingin membuat tidur seorang gadis berambut cokelat terganggu. Tubuhnya kedinginan. Tangan meraba-raba sekitar mencari selimut untuk menghangatkan diri. Begitu dapat ia langsung memakai selimut tersebut. Kembali nyaman dalam tidur.Namun, si gadis kepikiran sesuatu. Bukankah jendela kamar tertutup rapat. Lalu dari mana asal angin dingin itu masuk ke sini?
Sontak si gadis membuka mata. Karena bangkit secara tiba-tiba, rasa pening menghampiri kepala. Mengabaikan rasa itu, ia langsung menoleh ke arah jendela. Sial! Jendelanya terbuka lebar. Menerbangkan gorden biru laut bergradasi putih. Sejenak si gadis kehilangan fokus saat melihat warna gorden. Saat malam begini-- terkena sinar bulan-- warnya jadi sangat cantik.
Cepat si gadis menggeleng. Menyadarkan diri untuk fokus pada jendela. Siapa yang membuka jendela itu. Erena? Sepertinya tidak. Erena bukan tipe orang yang akan membiarkan seseorang kedinginan.
Lalu siapa?
Si gadis beranjak dari atas kasur. Dengan waspada ia berjalan mendekat ke arah jendela. Ternyata ada balkon kecil. Di sana tertidur sesuatu yang tidak si gadis tahu pasti apa itu.
Semakin dekat si gadis dengan jendela. Ketika tinggal dua langkah, ia menghentikan langkah. Melihat sesakma mahluk apa yang tengah tertidur di balkon.
Terlihat memiliki sisik keras dengan satu tanduk yang kira-kira sepanjang 10cm. Tubuhnya melingkar-- ekor menyentuh kepala. Warna sisik abu-abu dengan warna tanduk merah. Ada sayap yang membungkus diri hewan itu.
Jika dilihat dari ciri-ciri, sepertinya hewan itu adalah Naga. Sebentar! Naga? Itu beneran Naga? Si gadis terlihat exited. Ia bahkan sampai melompat-lompat kecil.
"Ada Naga. Anakan, 'kah? Kayaknya iyadeh. Masih kecil," gumam si gadis semakin mendekat ke Naga. Berjongkok hendak menyentuh sisik Naga.
Belum sempat tangan si gadis menyentuh sisik Naga, Naga itu membuka matanya. Mata kuning terang menatap tepat mata cokelat terang milik si gadis. Ia merasa familiar dengan tatapan itu.
"Jangan sentuh aku," ucap si Naga dengan suara berat.
"Kau bisa berbicara? Keren. Dunia sihir memang keren," balas si gadis semakin bersemangat.
Dari kecil si gadis sudah menyukai Naga. Selalu berkhayal bisa melihat hewan besar itu secara langsung. Naik ke punggungnya dan terbang mengelilingi sekitar. Rasanya pasti akan seru.
"Pertanyaan bodoh," sarkas si Naga.
"Hei, hei. Izinkan aku menyentuhmu, ya? Sekali saja," pinta si gadis memasang wajah memohon.
Melihat tatapan memohon si gadis, Naga terlihat enggan menolak. Namun, ia harus menolak demi kebaikan bersama.
"Tidak sekarang. Aliran energiku sedang tidak Bagus. Jika kau menyentuhku, itu bisa membahayakanmu," ucap Naga.
"Begitu, ya. Sayang sekali." Si gadis terlihat kecewa.
Tiba-tiba asap putih muncul. Begitu hilang, sosok Naga juga tidak ada lagi. Tergantikan dengan sosok pemuda bermata kuning yang ditemui si gadis siang tadi di sebuah ruangan. Duduk bersila di hadapan si gadis. Pantas saja ia mengenal tatapan itu.
Karena kaget si gadis tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya diam sambil menatap si pemuda. Dari dekat gini wajah si pemuda terlihat jelas. Hidung mungil dan mancung. Kulit sawo matang yang terlihat indah kala terkena sinar rembulan. Rambut sebahu bewarna hitam dengan gradasi merah, berkibar kala diterpa angin. Rahang tegas serta tatapan tajam, tetapi hangat. Bibir ranum nan mungil. Oke. Si gadis seketika merasa insecure.
Lihatlah diri si gadis. Baju kusut, kotor beraroma alkohol. Rambut acak-acakan yang juga pasti berbau sama dengan pakaiannya. Hidung tidak mancung, tidak juga pesek. Bibir tidak seranum seperti si pemuda. Ah, ia menyesal tidak mandi dahulu tadi. Setidaknya jika sudah membersihkan diri, ia terlihat lebih baik dari sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Because of the Light
FantasyTerpanggil ke dunia lain tidak pernah terpikirkan oleh Alsa. Baginya hal tersebut hanyalah cerita fiksi semata. Namun, ia malah terbangun di padang bunga asing setelah semalaman berpesta dengan teman-teman kantor. Bertemu beberapa orang berjubah bir...