jgn lupa vote ya gengs
.
.
.
.
"Maura, sayang... akhirnya kamu kesini lagi" sambut Lidya, sang ibu mertua hangat saat menemukan Maura dan Mira yang baru turun dari mobil.
Maura dan Mira sama-sama tersenyum dengan keramahan wanita paruh baya tersebut, sesungguhnya Maurapun merasa rindu dengan beliau.
Maura segera menggandeng sang anak untuk menghampiri Lidya yang menunggu mereka.
Dengan santun Maura mengucapkan salam dan mencium tangan Lidya, membuat wanita paruh baya itu mengusap rambutnya kemudian segera menarik Maura untuk berpelukan.
"Mama kangen loh sama kamu, lama gak main kesini" sahut Lidya setelah pelukan mereka terlepas.
"Maura juga mah, maaf baru bisa kesini lagi" ujar Maura penuh rasa bersalah.
"Gak papa sayang, mama ngerti kamu sibuk, apalagi harus ngurus bocah ini" sahut Lidya sambil mencubit pipi tembam Mira yang dibalas ringisan manja oleh gadis cilik itu.
"Ayo masuk, Dean juga ada didalam lagi ngebujuk Ayu makan. Barusan mama omelin karena dia datang pagi-pagi sendiri, gak bawa kamu sama Mira"
Maura seketika terpaku mendengar perkataan mertuanya, berarti semalam pria itu tidak menginap disini. Lalu kemana Dean pergi?.
Maura mengikuti langkah mertuanya dari belakang. Mencoba menebalkan mukanya ketika akan bertemu tatap dengan Dean. Ia memang senyum selebar mungkin.
Namun, senyum yang sedari tadi Maura tampilkan seketika luntur saat melihat pemandangan yang tersaji dihadapannya. Inilah yang paling ingin ia hindari jika mengunjungi rumah ini.
Dean, suaminya tengah memangku anak dari Sinta, menyuapinya makanan sembari terkekeh ringan dengan wanita disampingnya, entah hal lucu apa yang mereka bicarakan. Bukankah dengan Sinta pria itu lebih terlihat seperti keluarga dibandingkan dengannya?.
"Papaaaaa" sahut Mira lalu berlari menghampiri sang ayah.
Maura yang mendengar itu pun kembali tersadar dan segera merubah raut wajahnya agar tidak terlihat menyedihkan, mencoba memasang senyum terbaiknya, apalagi didepan pria itu.
Juga Dean, pria itu mengangkat kepalanya saat mendengar suara Mira yang memanggilnya. Akhirnya dia menyadari kedatangan anaknya, juga wanita yang semalam memporandakan emosinya.
Dean merentangkan sebelah tangannya menyambut sang anak yang langsung duduk merapat disampingnya. Meski begitu, tatapan Dean tidak beralih dari istinya. Dean menatap lekat wajah Maura, seperti mencari sesuatu.
Maura langsung mengalihkan tatapannya begitu matanya bertabrakan dengan mata Dean. Ia beralih menatap wanita disamping Dean, Sinta yang menyambutnya dengan senyuman.
Maurapun membalas dengan tersenyum kaku. Meski sahabat Dean, Maura harus mengakui jika ia tidak bisa mengakrabkan diri dengan wanita itu. Mungkin karena ia mengetahui kisa Sinta dan suaminya juga perasaan Dean pada Sinta.
Maura segera mengambil tempat duduk disamping mertuanya, pada sofa diseberang sang suami.
"Pas banget Maura dateng, nanti kita masak bareng-bareng yah, apalagi pas ngumpul rame begini, pasti seru" sahut Lidya antusias.
"Boleh tuh mah, apalagi ada Maura... jadi aku gak berduaan mulu sama mama" Sinta menyambut senang sahutan Lidya.
Sementara Maura hanya menanggapi dengan senyum singkat dan anggukan kepala.