Chapter One: Good Girl Gone Bad - 7

853 108 37
                                    

Heeseung sampai di apartemen ketika matahari hampir sudah berganti tempat. Dia tidak naik melainkan hanya menunggu di tempat parkir. Yerim diminta langsung turun saja. Dia tidak pamit pada siapapun karena memang tidak ada orang yang ia temui ketika ia hendak pulang. Kai belum pulang, sementara yang lain hanya berdiam diri di kamar, atau mungkin keluar tanpa memberitahu. Apartemen ditinggalkan Yerim dengan keadaan yang menurutnya paling baik, dia akan merindukan tempat itu.

Butuh sekitar tujuh menit bagi Yerim sampai ke tempat parkir yang berada di basemen gedung. Dia mengenali mobil hitam Heeseung setelah menyisir kawasan itu beberapa saat. Pemuda itu juga cukup menonjol di antara barisan kendaraan. Dia sedang bersandar di sisi mobil, titik yang paling mudah untuk melihat ke arah pintu masuk gedung.

Sebuah senyuman yang lebar menyambut Yerim, menurutnya itu sangat canggung. Heeseung sangat tidak cocok dengan senyum itu. Tidak bisa dihindari pikiran negatif yang mengira kalau dia pasti punya maksud tertentu di balik keceriaannya. Pemuda itu bersedekap santai, menatapnya layak menggurui penampilan yang sama dengan yang terakhir ia lihat sebelum meninggalkan rumah. Memang, Yerim tidak membawa apa-apa kecuali tas jinjing kertas berisi pakaian dan sepatu yang digunakannya semalam.

"Kenapa?" tanya Yerim ketus.

Heeseung justru terkekeh senang, tatapannya usil, "sedang membayangkan sesuatu."

"Sesuatu yang menjijikkan?"

"Kalau menurutmu lekuk tubuhmu menjijikkan, maka kau benar."

"Sialan. Kau yang menjijikkan. Aku jelas menggunakan kaus yang ukurannya lebih besar. Kaus yang sudah bau keringat dan terkena noda. Dan kau malah berpikiran kotor terhadapku?"

Pemuda itu tertawa geli seraya membuka pintu mobilnya untuk Yerim. "Yah, aku memang bisa mencegah diriku untuk tidak melakukan hal buruk, tetapi pikiranku, sulit untuk menghentikannya, bukan?" Dia sangat jahil, membisikkan sesuatu di telinga Yerim. "Kau sangat seksi bahkan dengan penampilan seperti ini."

"Dan aku harus senang dengan itu?"

"Tentu saja." Senyuman perlahan hilang, wajah dengan ekspresi gelap menggantikannya. "So, no one can resist you."

Yerim memandang sinis pada pemuda itu. Coba lihatlah dia, penampilan standar layaknya seorang baik-baik. Sama sekali tidak terlihat berbahaya, seorang berbudi yang menjadi idaman semua orang. Sangat mudah memperbaiki bagian terluar seseorang untuk mengelabui isinya yang borok. Seperti sebuah kacang, terlihat segar dan enak dari luar ternyata dalamnya kecil dan keriput.

Yerim mendengus keras seraya memasuki mobil. "Aku mungkin akan memukulmu kalau kau bukan Lee Heeseung."

Heeseung terkekeh, kemudian membungkukkan tubuhnya setinggi kepala Yerim yang duduk di mobil. "Lee Heeseung adalah pahlawanmu, bukan?"

Gadis itu tak terkesima sama sekali. "Cepat antar aku pulang."

"Baiklah, Sayangku. Kau jadi semakin seksi kalau sudah marah."

.

.

.

.

.

"Alright, well done, Pat. Thank you so much. Let me the further update later. Okay."

Heeseung sedang mengemudi ketika dia menjawab telepon. Dia menggunakan earphone, tentu saja. Tidak seperti pengemudi ceroboh yang memegang ponsel saat berkendara, dia lebih modern dan keren. Melupakan bagaimana sifatnya yang sangat menyebalkan dan mengganti figur itu dengan apa yang dapat dipandang oleh mata saat ini, Lee Heeseung memang sangat tampan!

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang