Sudah sekitar hampir dua pekan Aruna hanya berdiam diri dalam ruangannya, kepalanya terlalu berat untuk berpikir, pikirannya berjalan terlalu acak sekarang. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya keluar dari rumah itu, bahkan untuk keluar dari kamarnya saja gadis itu enggan, dirinya enggan keluar bukan karena kemauannya.
Setiap dirinya keluar kamar sorot mata sang kakak selalu mengawasinya tanpa melewatkan satu detik pun. Hal ini membuat dirinya merasa tidak nyaman, bahkan keduanya hampir tidak pernah berbicara lagi semenjak dua minggu lalu.
Tapi kali ini dia benar-benar sudah tidak tahan dengan situasi yang sedang ia rasakan, ia bertekad untuk keluar dari bangunan itu malam ini, entah bagaimanapun caranya.
Gadis itu sudah sangat-sangat merindukan sosok kekasihnya di sana, ia begitu mengkhawatirkan keadaan lelakinya. Selama dua pekan ini mereka tidak saling berkabar, hal ini dikarenakan ponsel Aruna yang sengaja disimpan oleh Junkyu.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat malam, tetapi Aruna masih sama sibuk membuka paksa jendela dengan barang-barang yang ia anggap bisa membantunya keluar dari ruangan sialan itu.
Shit..!
Lontaran itu terucap saat benda yang ia gunakan untuk membuka akses keluarnya terjatuh ke arah luar.
Sudah hampir satu jam dirinya sibuk mengutak-atik jendela itu hingga...
Kreek..
Pakaian yang gadis itu kenakan tersangkut pada bagian pinggir jendela kamarnya saat hendak berusaha keluar, mengetahui itu Aruna segera bergegas membenarkan pakaiannya.
"Hufftt... akhirnya" ucapnya pelan.
Gadis itu mengayunkan kakinya dengan cepat. Gelap dan sunyinya malam membuat Aruna sedikit khawatir, apalagi gadis itu berlari tanpa mengenakan alas kaki, membuatnya sedikit kesusahan untuk berlari.
Sorot lampu dari arah jalanan menyorotnya dengan begitu terang, membuat kedua tangannya sontak menutupi manik hitamnya. Telinganya menangkap suara kendaraan tepat di sampingnya, gesekan ban mobil dan aspal membuat dirinya menundukkan tubuhnya dengan otomatis. Deru nafasnya berdetak dengan cepatnya, tubuhnya bergetar dan lemas karenanya.
"Maaf.. maaf saya nggak tau kal-"
"Runa?" sambungnya dengan terkejut.
Mendengar suara itu Aruna mengarahkan wajahnya ke arah lelaki di depannya, air matanya mengalir perlahan menetes membasahi kedua pipinya tatkala melihat Hyunsuk berada tepat di depannnya.
"Hyu.. Hyun-hyunsuk?" lirihnya.
Hyunsuk yang merasa terpanggil segera mendekap erat kekasihnya, mengusap lembut surai gadisnya, mengecup cukup lama pucuk kepala Aruna.
Hyunsuk membawa Aruna masuk ke dalam mobil miliknya, menekan pedal gas kendaraannya melaju cepat menuju apartemennya.
Sepanjang perjalanan Aruna hanya terdiam, memandang keluar dengan tatapan kosongnya, keadaannya benar-benar berantakan malam ini.
"Run.." panggil Hyunsuk lirih.
Tidak ada jawaban yang keluar dari bibir Aruna, melihatnya lelaki itu menggerakkan sebelah tangannya menggenggam erat sang gadis, mengusapnya perlahan.
Air mata Aruna mulai menetes kembali merasakan genggaman hangat kekasihnya, menetes membasahi punggung tangan Hyunsuk. Merasakannya lelaki itu meminggirkan kendaraannya menepi pada bahu jalan.
"Hei.. hei.. Runa.. sayang.. kenapa? hm?" tanya Hyunsuk lembut.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya dengan ribut, isakannya semakin mengeras, tubuhnya kian bergetar karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...