"Sebuah janji yang harus ditepati."
********
Ketiga orang itu masih menunggu di luar ruangan ICU, wajah mereka semua terlihat cemas. Menunggu pintu itu terbuka, sudah tidak sabar untuk segera mengetahui bagaimana kondisi Antariksa.
Beberapa saat kemudian, akhirnya pintu pun terbuka, terlihat seorang dokter keluar dari dalam ruangan ICU, mereka bertiga terutama Antarez langsung bergegas menghampiri dokter tersebut.
"Dok, bagaimana keadaan anak saya dok!" tanya Nyonya Mawar sangat khawatir, seraya memegang tangan kanan dokter.
"Dok, tolong jelaskan bagaimana kondisi anak saya!" tambah Tuan Agral.
Antarez yang melihat kedua orang tuanya sibuk memaksa sang dokter agar segera memberikan informasi mengenai keadaan Antariksa. Antarez melemparkan pandangannya ke dalam ruangan ICU, dari sana dia bisa melihat, Antariksa yang terbaring lemas di atas brankar rumah sakit, dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya.
(Ilustrasi gambar)
"Sebentar, Bapak Ibu, saya mohon untuk tenang," balasnya. "Kami semua sudah melakukan usaha semaksimal mungkin tetapi...."
"Tetapi apa dok!"
"Usaha kami semua tidak akan bisa berhasil kalau belum menemukan donor jantung, kami sangat membutuhkannya untuk keselamatan pasien, kalau tidak."
"Maksud dokter apa?" bentak Nyonya Mawar.
"Sudah dari dulu saya minta agar segera mencarikan pendonor jantung untuk anak saya Antariksa, tetapi kenapa sampai sekarang masih belum dapat!"
"Saya mohon maaf Bu, tapi memang donor jantung sampai sekarang masih kosong, kami dari pihak rumah sakit cukup kesulitan mencarikannya," balas dokter tersebut.
"Apa dengan donor jantung bisa menjamin kesembuhan adik saya dok?" tanya Antarez tiba-tiba.
"Iyah," balas dokter.
"Kalau begitu, gunakan jantung saya untuk menyembuhkan adik saya, saya ingin mendonorkannya untuk pasien," ucap Antarez membuat Bunda dan Papa sangat terkejut.
"Antarez! Kamu ngomong apa nak?" ujar Nyonya Mawar.
"Aku mau donorkan jantung aku untuk Antariksa Bunda," jawab Antarez.
"Hah? Kamu bicara apa sih Rez, masih banyak orang diluar sana yang bisa donorkan jantung untuk Antariksa, gak harus kamu."
"Tapi kapan Bunda?" jawab Antarez sedikit meninggikan nada suaranya.
"Antariksa butuhnya sekarang bukan nanti, memang kita punya waktu berapa buat cari orang diluar sana yang mau suka relawan donorin jantung mereka? Enggak ada!"
"Lagipula, ini juga lebih baik," sambung Antarez pelan seraya tersenyum miris, seketika hatinya merasa sesak.
"Lebih baik aku yang pergi daripada dia, aku selalu buat susah kalian berdua dan gak ada gunanya sama sekali. Sedangkan Antariksa... dia pintar, penurut, dan bisa menjadi penerus perusahaan keluarga."
"Kalaupun nanti Antariksa yang pergi, Bunda pasti sedih kan?"
"Kamu pikir Bunda juga gak bakalan sedih, kalau kamu pergi ninggalin kita Rez!" balas Bunda kesal.
"Enggak," Antarez menggeleng pelan. "Siapa manusia yang mau menangisi kepergian seorang Antarez? Semua kasih sayang di dunia ini hanya cukup untuk Antariksa, bahkan bagi Bunda dan Papa, tidak ada nama Antarez di hati kalian." Wajah Antarez benar-benar sudah pasrah, namun juga ada rasa lega setelah dia meluapkan semua perasaan yang selama ini dia pendam.
"Bun Pa, Antarez minta tolong yah, kalau Antariksa sembuh nanti, sayangi dia sama seperti anak-anak yang lainnya, berikan dia kasih sayang yang cukup, bahagiakan dia," ucap Antarez melihat ke arah wajah Tuan Agral dan Nyonya Mawar.
"Cukup masa kecil kita saja yang hancur, jangan hancurkan juga masa kini dan masa depan Antariksa nanti," tepat di kata-kata terakhirnya Antarez memberikan senyuman yang begitu tulus, melihat hal itu Bunda semakin tak kuasa menahan tangis.
"Dok, boleh beri saya waktu sepuluh menit sebentar, saya mau menelpon seseorang," pinta Antarez kepada dokter.
"Baik, silahkan!"
Antarez sedikit melipir menjauh dari sana, menuju ke tempat yang cukup sepi untuk menelpon seseorang. Terlihat Antarez sedang sibuk mencari-cari nama kontak di layar handphonenya, hingga berhentilah pada nama 'Garuda'.
-Garuda-
Garuda:
"Yoo Rez, gimana sudah selesai?" terdengar suara Garuda dari dalam telepon, suara dari seseorang yang selalu menjahilinya sepanjang waktu. Dia berjanji, akan selalu mengingat suara ini.Antarez:
"Belum, Lo sudah makan belum Da? Gua denger kantin lagi ada menu baru."Garuda:
"Sudah dong, gua kan gercep kalau soal makanan."Antarez:
"Hm, Da gua cuman mau bilang sesuatu makanya gua telepon Lo sekarang."Garuda:
"Iyah, apa? Serius banget kayaknya."Antarez:
"Terima kasih banyak yah Da, sudah mau jadi temen gua yang paling baik dan selalu ada saat gua butuh. Tanpa Lo gua gak akan pernah bisa bikin nama geng LEOPARD sampai sebesar ini."Antarez:
"Tolong sampaikan juga ke Bang Moza, Zavian, Arken, dan anak-anak geng LEOPARD yang lainnya, tanpa mereka geng LEOPARD bukan apa-apa, cuman geng kecil dipinggir jalan yang selalu ditindas."Garuda:
"Rez, ini Lo kan? Kenapa omongan Lo aneh banget sih? Semua baik-baik aja kan?"Antarez:
"Iyah, oh yah Da."Antarez:
"Kalau seandainya besok kedua mata gua masih tertidur, gua percayakan geng LEOPARD ke Lo."//Tut// panggilan terputus sebelum Antarez mendengar jawaban dari Garuda, yah Antarez memang sengaja mematikannya, karena dia tidak ingin semakin berlarut dengan emosinya sendiri.
Sebelum memutuskan kembali, Antarez berusaha mengatur napasnya sendiri, tidak boleh ada setetes air mata pun yang jatuh. "Its okay Rez, mungkin ini yang terbaik."
"Saya sudah siap dok," ucap Antarez kepada dokter.
"Baik, kalau begitu mari ikut saya!" balas dokter hendak mengantarkan Antarez menuju ruang operasi, namun tangannya sempat di tahan oleh Bunda.
Antarez melepaskannya dengan perlahan, dan memberikan senyuman manis sebagai bentuk perpisahan mereka. "Antarez pergi dulu Bunda," lirih Antarez lalu kembali berjalan bersama dokter.
"Anggap aja Sa, ini adalah kewajiban gua yang terakhir sebagai seorang kakak."
°•••Brother konflik•••°
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER KONFLIK [S1&S2] segera terbit
Roman pour Adolescents[Tahap revisi] "𝚃𝚎𝚛𝚕𝚊𝚑𝚒𝚛 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊, 𝚝𝚞𝚖𝚋𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚖𝚞𝚜𝚞𝚑." 𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚎𝚣_𝙰𝚗𝚝𝚊𝚛𝚒𝚔𝚜𝚊. Antarez dan Antariksa sepasang anak laki-laki kembar yang terpaksa terpisah sebab perceraian kedua orangtuany...