“Chan.. stop” wanita itu berlarian berusaha menyeimbangi langkah kaki pria di depannya.
“Haechan!!”
“Dengar.. aku juga nggak bisa ninggalin Lio”. Pria itu seperti tuli, ia sama sekali tidak menghentikan langkahnya.
Eunbi mempercepat kakinya dan kini perempuan itu berhasil meraih tangan pria pemilik kulit eksotis itu.
“Haechan…” merendahkan suaranya.
Haechan terdiam. Ia berusaha mengontrol emosi. Ia tak mau jika harus lepas kontrol meluapkan segala emosi kepada perempuan yang sudah lama mencuri hati nya itu.
Dirinya menghela nafas tanpa berbalik menghadap lawan bicaranya, “Harus berapa lama lagi aku nunggu?”. Suara yang biasa mengeluarkan kata-kata candaan itu kini berubah sangat serius.
Tatapannya kini menajam melihat kearah manik coklat terang di depannya.
“Harus berapa lama lagi aku nunggu kamu buat jadi seutuhnya milikku”
“hm?” tekannya lagi.
Kini berganti pihak perempuan yang dibuat bungkam dengan pertanyaan barusan.
Ia tak tahu harus apa. Pilihan ini sangat sulit untuk wanita 23 tahun itu. Ia tau sejak awal hubungan mereka sudah salah, sangat salah. Tapi mereka tidak bisa membohongi diri kalau rasa yang timbul bukan hanya sekedar status sahabat dari kakaknya atau adik perempuan dari sahabat nya.
Eunbi juga tidak bisa menyalahkan kembali nya Adrilio ke kehidupan nya. Karena memang sejak awal keduanya sudah memiliki hubungan yang sempat terlupakan.
Haechan masih sabar menunggu mulut mungil itu memutuskan atau sekedar memberikan kepastian agar dirinya tidak semakin obsesi terhadap perempuan di hadapannya ini.
“sayang”
Suara lembut kembali terdengar membuat Eunbi mendongak menatap lekat ke arah manik hitam legam itu. Mati-matian ia menahan agar air matanya tidak jatuh menyeluruh.
“Aku bisa saja merebut kamu dari Lio. Dan memutuskan tali pernikahan kalian”
“Tapi semua itu dirasa akan percuma kalau kamu aja masih ingin memiliki keduanya”
“Atau memang seharusnya aku yang menyerah dan pergi dari kehidupan kamu?”
“JAWAB EUNBI” teriak nya frustasi karena tak tahan dengan semua permainan takdir ini.
Kacau sudah, hancur sudah perasaan keduanya yang sama-sama terlilit dengan keputusan yang sulit. Katakan saja keduanya egois. Mereka sama sekali tidak ingin mengakhiri hubungan yang selama ini mereka bangun, walau mereka tahu hanya rasa sakit yang mereka dapatkan kedepannya.
Tak mudah juga bagi mereka menjalani hubungan di belakang selama 2 tahun terakhir ini. Hanya karena sebuah keputusan mereka harus siap menerima segala final yang akan terjadi. Walau itu mengorbankan kewarasan akibat merelakan kepergian sang kekasih.
Eunbi sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dirinya menangis menahan rasa sakit di hatinya. Bukan karena bentakan yang Haechan berikan tapi lebih kepada kenapa ia tidak bisa melihat dari dulu, kalau ada saatnya mereka akan menemukan jalan buntu seperti ini untuk setiap kali sebuah pertanyaan yang sama.
Haechan menyisir rambutnya dengan jari kebelakang dan meraup wajahnya penuh lara. Menatap dengan sayu ke arah perempuan yang menjadi pusat perhatian dan juga rasa sakitnya itu.
Dirinya mendekat kan diri dan merengkuh tubuh ramping itu dengan rasa yang tak pernah sedikit pun memudar sejak pertama kali ia berani mengibarkan rasa sukanya.
“Maaf”, sesalnya dengan suara yang kini mulai ikut serak.
“maaf.. maaf”
“maaf”. Ia tenggelam kan wajahnya di celukan leher Eunbi dan menghirup aroma tubuh yang menjadi candu nya selama ini sebanyak mungkin.
“Maaf aku ngebentak kamu” memegang wajah yang pas sekali di kedua tangannya itu.
Eunbi hanya bisa menatap nanar wajah tampan yang memiliki aura positif yang selalu membuat dirinya bahagia jika sedang bersama. Sejahat itu kan dirinya sampai tidak bisa memilih?, Ia sudah sangat sering membuat wajah itu khawatir, resah bahkan berulang kali menahan diri agar mengalah dengan kondisi dan situasi dirinya. Tapi, Eunbi juga ingin hidup bahagia bersama dengan orang yang dicintai.
Namun, kenapa semua harus serumit ini jalan nya?
Ia membalas pelukan itu tak kalah erat nya. Seperti tidak ingin melepaskan dan merelakan sosok nya pergi. Menumpahkan segala rasa yang ada di tubuhnya untuk di salurkan agar pria itu mengerti dengan perasaan nya selama ini yang sama hal nya dilanda gundah gulana.
“Nggak. Jangan minta maaf, jangan lagi”
“karena ketika kamu minta maaf itu hanya akan menambah rasa bersalah dan sakit di dadaku”
“jangan minta maaf Haechan” Eunbi menangis sesenggukan di dada bidang milik Haechan.
Pria itu tak peduli kalau nanti baju nya akan basah atau penuh dengan ingus Eunbi, ia tidak peduli.
Mereka pun hanya bisa berpelukan dengan menumpahkan segala rasa kesal, kecewa, bahkan cinta yang bercampur jadi satu. Tak peduli berapa lama mereka habiskan dengan posisi seperti itu, yang jelas ia hanya ingin waktu berkenan memberi nya ruang agar semua rasa itu menguap dengan tangis. Dan kembali ke waktu dimana kejadian ini tidak pernah terjadi seperti sebelumnya.
~~•~~
KAMU SEDANG MEMBACA
DISASTER||Lee Haechan [On Going]
Novela Juvenilkisah cinta terlarang yang mengharuskan mereka memilih antara ego dan logika. serta mempertahankan kewarasan melihat orang yang di cintai bahagia dengan pilihannya. "Kamu bagai Mawar, walau berduri tapi aku suka harum dan pesona cantiknya" - Haechan...