Two

1.2K 216 50
                                    

Hinata itu sebenarnya terbiasa bangun pagi. Hampir semua anggota keluarganya juga merupakan 'morning person'. Kecuali Hanabi. Dia memang aktif saat malam. Itu karena pekerjaannya yang lebih banyak menyita waktu saat kebanyakan orang terlelap. Namanya juga pro gamer. Apalagi setelah Hanabi memilih untuk tinggal sendiri seperti kakaknya. Namun karena nonton drama, ia jadi tidur larut dan mengacaukan jam tidur rutinnya. Masih sangat mengantuk, Hinata memaksakan dirinya turun dari ranjang untuk sekadar mengisi perutnya yang kosong.

Pagi itu Hinata tengah menikmati potongan apel sementara menunggu rotinya diproses di toaster. Ponselnya bergetar, mengalihkan perhatiannya pada layar utama. Ada Sasuke di ujung lain, menawarkan sebuah video call. Hinata mengubah posisi ponselnya agar lebih leluasa. 

"Ini masih pagi banget loh."

"Jam enam ya, Miss Hyuuga. Elo lupa pesen gue semalem? Paling jago emang kalo ngelupain omongan orang."

"Pagi-pagi udah nyindir, Bos." Dua lembar roti menyembul keluar diiringi suara mendenting. Kepulan asap tipis menguar bersama aroma khas roti panggang.

Di layar, Sasuke celingukan mencari wajah Hinata yang hilang dari jangkauan kamera. "Hinata."

"Sebentar," gambaran Hinata dengan rambut panjangnya yang masih agak berantakan dan wajah tanpa tata rias kembali muncul. Ia menyematkan rambut ke belakang telinga, menggeser mug berisi teh dan kembali fokus pada Sasuke.

Piringnya kini terisi dua lembar roti hangat.

"Kamu udah sarapan?"

"Nanti aja." Sahut Sasuke santai. Laki-laki Uchiha itu juga masih tampak kusut. Kumis tipis yang sebentar lagi lenyap setelah rutinitas paginya setelah mandi, masih terlihat saat ini. Sasuke hanya mengenakan kaus putih polos dan celana piyama. Dia masih duduk di ranjangnya, memeluk buntalan selimut biru muda.

"Laporannya mana? Jangan bilang elo beneran lupa."

"Laporan apa sih, Sa?"

"Semalem gue udah bilang ya. Gue udah ingetin elo buat laporan ke gue setelah bangun pagi ini."

"Fungsinya biar apa coba?"

"Eh itu hal biasa."

"Sejak kapan? Di antara siapa?"

"Semua manusia di bumi ini begitu."

"Nggak ya Sa, nggak. Kamu aja kali."

"Morning greeting, Na!" Sasuke agak menaikkan nada bicaranya. Lama-lama gemes juga dia karena bantahan Hinata. 

"Ya kalau kamu mama aku sih, iya biasa. Nah kamu kan... bukan siapa-siapanya aku."

"Dih gitu amat lo ya ke gue."

"Nggak usah ngambek. Emang kenyataan itu."

"Yaudah makanya lo jadi cewek gue dong, Na."

"Ini apalagi sih? Dibilangin aku nggak mau."

"Kenapa?"

"Ya nggak mau aja. Mendingan juga ngejomblo biar puas fan-girlingan."

"Eh gue nggak kalah keren dari oppa-oppa lo itu."

"Pendapat kamu pribadi sih ya itu. Aku kurang setuju."

Di layar ponsel, Hinata bisa melihat ekspresi Sasuke yang berubah. Uchiha satu itu kadang suka lupa kalau karakternya itu harusnya cowok cool. Ya mau gimana lagi, dia selalu kelepasan dan berakhir menunjukkan sisi lain dari dirinya yang tak diketahui orang lain pada umumnya. Ngambeknya Sasuke ditandai dengan mata yang menyipit dan ujung bibir kiri yang ditarik. Jujur, itu pemandangan yang selalu berhasil mengundang senyum Hinata.

My Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang