Part 22

796 43 5
                                    

Ruang Departemen Andre.

"Van, tolong bagiin ini ya." Andre memberikan beberapa undangan yang akan disebarkan kepada semua staffnya lalu kembali ke ruangannya untuk mengambil ponsel dan mengecek beberapa dokumen sebelum akan beranjak pulang.

Vanya menerima dan memisahkan undangan yang diperuntukkan untuk dirinya, ketika ia melihat Andre sudah masuk ke ruangannya Vanya membuka undangan miliknya sebelum memberikannya ke yang lain. 

"Hahh...Guys Pak Ale mau nikah." Kata Vanya. Semua yang ada disana merasa kaget dan mendongakkan kepalanya masing-masing dan mencari undangan atas nama masing-masing.

"Van tapi ini nama calon istrinya kok kayak nggak asing ya, Hanum Shazma..." Vanya dan teman-temannya mengingat-ingat nama yang sepertinya mereka kenal. 

"Sama kayak nama staffnya Bu Herna nggak sih?" Kata Bayu.

"Oooh yang Hanum itu? emang ini gitu namanya? Bentar" Dita mengambil telepon interco miliknya dan mencari nama Hanum dikontaknya. Di telepon intercom kantor Hanum semua kontak berisikan nama lengkap semua yang bekerja disana. "Eh bener guys, namanya Hanum Shazma!"

Andre keluar dari ruangan dan melihat staffnya berkerumun. "Sudah dapat undangan semua? Datang ya."

"Iya pak, selamat ya pak." Semua yang ada disana bergantian memberi selamat pada Andre. 

"Makasih ya." Andre berjalan menuju ruangan Hanum meninggalkan staffnya yang masih mempertanyakan nama calon istri yang ada di undangan Andre.

"Coba ah gue mau ke ruangan Jihan, gue mau mastiin." Vanya dan Dita berjalan menuju ruangan Bu Herna.

***

"Andre Lesmana? Hahahaha kenapa namanya sama kaya Pak Ale!" Jihan tertawa.

"Ya karna emang dia, hahahaha" Bu Herna menyahuti Jihan.

"HAH??!!" Semua memberikan reaksi yang sama.

"Ah boong ah." Kata Nina. "Bener Num?" Ia mendongakkan kepala agar bisa melihat Hanum yang ada di mejanya.

Hanum tidak menjawab, ia hanya membuang pandangannya ke berbagai sisi ruangan. 

"Coba, saudara Hanum maju ke tengah-tengah persidangan." Jihan menghampiri dan langsung menarik lengan Hanum, membuatnya mau tidak mau mengikuti langkah Jihan. 

Hanum berdiri di tengah-tengah ruangan dimana semua teman se team dan Bu Herna dapat memandangnya, dan tidak hanya itu, team event yang berada bersebelahan dengan space ruangan team Hanum bisa ikut mendengarnya. Ia hanya bisa menutup mukanya dengan sebelah tangannya seperti terduga bernama mawar yang biasa di berita-berita TV.

"Jadi, ini bener Andre Lesmana itu Pak Ale?" Tanya Jihan. 

Hanum tidak menjawab, ia hanya melihat ke arah Bu Herna. 

"Bener dong Jihan, lo nggak percaya sama omongan gue?" Herna berusaha membantu Hanum melihat anak buah termudanya merasa tertekan. 

"Eh tunggu jadi lo emang tau Her?" Tanya Bu Inggrid.

"Tau dong hahaha." 

"Wah parah Num, lo cerita ke Bu Herna tapi nggak cerita ke kita-kita, gue Num, sama gue yang seringkali berangkat dan pulang bareng lo ." Nina kini ikut menyahut.

"Eh kalian ngaca, sekarang aja kalian sebegini histerisnya, gimana kalau Hanum cerita duluan hahaha." Bu Herna membalas. 

"Nah lo Mba Lani, berarti lo udah tau ye, lo bantuin dia nih nyebar undangan." Dinda kini mencecar Lani. 

"Eh apaan gue aja baru tau tadi makan siang, gue juga begini reaksinya." Balas Lani. 

"Oooh pantes kalian makan berdua aja ya tadi siang, nggak ngajak-ngajak." Nina menyahut. 

"Udah udah yang jelas yang tau cuma gue hahaha... nah mending tanya langsung tuh ke orangnya, kita sambut Ale..."

Sontak semua memandang ke arah Andre yang baru saja sampai ke ruangan Hanum.

"Pak Ale, coba jelaskan yah disini semua masih truth denial  kalau anda mau menikah dengan Hanum." Kata Jihan. 

"Han kayanya lo doang deh yang nggak bisa menerima kenyataan hahaha." Bu Inggrid menimpali. 

"Bu Inggrid ih, nggak boleh gitu, aku harus tetap terlihat cool bu walaupun patah hati sebenernya."

Semua sontak tertawa, tak terkecuali Andre dan Hanum. 

"Iya, saya izin ya mau menikahi Hanum." Andre mendekatkan dirinya di posisi Hanum dan menunjuk Hanum dengan tangan kirinya.

"Boleh nggak nih guys ? Tanya Bu Inggrid.

"Boleh nggak yaa..." respon dari yang lain.

"Kalau sekarang nggak boleh ya nggak apa-apa, ijab qabulnya masih minggu besok kok, ya kan?" Andre mengambil tangan Hanum dan menggenggamnya, disambut histeria dari semua yang melihatnya, Hanum, semakin ingin menyembunyikan wajahnya.

"Aduh aduh udah pake pegangan tangan lagi ya, Din gimana nih tepis nggak nih?" Sahut Puri.

"Tepis Pur, belum halal." Semua tertawa.

"Mas ih." Kata Hanum pelan sambil berusaha melepas tangan Andre, namun ia lupa ada Nina di belakangnya, sontak Hanum menutup wajahnya.

"Omaygat  guys Hanum panggilannya mas dong!" Kini giliran Nina yang menyahut.

"Wah berarti kita juga boleh mulai panggil mas ya." Kata Jihan.

"Jihan...Jihan...no no no" Bu Herna menepis.

"Oh iya siap bu, maap."

Saat itu datang para Vanya dan Dita staff team Andre yang juga mencari kebenaran dari undangan yang diberikan Andre. 

"Wah jadi ini beneran nih? Hanum yang ini? Han, lo parah ya nggak cerita-cerita ke gue kalau Pak Ale mau nikah sama Hanum ." Vanya dan Dita yang memang sangat akrab dengan Dinda langsung mencecar Jihan. 

"Heh berisik ya, kita semua juga baru pada tau woy, Bu Herna doang yang tau mereka udah begini." Jihan membalas.

"Sudah sudah saatnya kalian menghadapi kenyataan kalau Ale dan Hanum akan menikah, doain mereka sebagai pasangan yang bahagia selamanya ya, gue minta tolong sebagai nyokapnya Hanum di kantor hahaha" Bu Herna menengahi. 

"Iya ih, kasian Hanum bukannya dikasih selamat malah langsung disidang, Hanum Ale semoga lancar ya pernikahan kalian dan langgeng, saling menyayangi juga." Inggrid menghampiri Hanum dan menyalaminya serta mencium pipinya kanan kiri, diikuti oleh yang lain menyalami keduanya.

"Terima kasih semuanya ya, saya dan Hanum berharap semuanya bisa datang nanti."

"Iya pak." Semua menyahut dengan mengiyakan.

"Yuk." Andre menengok ke arah Hanum.

Hanum kembali ke meja dan mengambil tas.

"Duluan ya semuanya." Kata Andre dan Hanum saling bersahutan.

"Iyaa lancar yaa...digandeng lagi dong paak Hanumnyaa..." Kata Nina.

Andre pun mengambil tangan Hanum dan menggandengnya sambil berjalan keluar ruangan dengan tersenyum.

***


TOUCHED (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang