11 - Nikahan Arkha
Jeya masih bertahan dengan perasaannya. Meski Renjun terus beralasan sibuk setiap kali membatalkan janji temu dengannya, ia masih ingin terus bertahan untuk pemuda itu.
Bahkan saat Jeya mengabari Renjun perihal pernikahan abangnya, si pacar malah pergi dinas ke luar kota dan berhalangan hadir di acara tersebut.
Jeya maklum, pacarnya sedang merintis karir saat ini. Meski Renjun akan menjadi CEO di perusahaan keluarganya, Renjun tetap memulai semua usahanya dari bawah. Dan itulah yang membuat Jeya bangga padanya.
Jeya juga maklum kalau pemuda itu selalu sibuk dengan pekerjaan hingga kadang lupa mengabarinya.
Tapi apa Jeya juga harus maklum kalau Renjun bahkan tak bisa menyempatkan waktu datang ke acara pernikahan saudaranya?
Ia harus menumbalkan ketiga kakaknya demi bisa bersama dengan Renjun. Dan Renjun juga tahu itu, harusnya ia bisa lebih menghargai ketiga kakaknya yang akan menjadi kakak iparnya.
Bukan Jeya tak tahu, ia hanya terus menutup mata menyangkal fakta bahwa dua kakaknya yang anti pacaran tiba-tiba menikah demi dirinya. Demi dirinya yang juga akan segera menikah dengan Renjun. Tapi jika keadaannya seperti ini lama-lama Jeya lelah juga.
"Orang-orang akan menganggap kamu tidak menyukai mempelai wanita kalau terus memasang wajah murung begitu." Jeya menoleh saat mendengar suara Haekal yang sudah berdiri di sampingnya.
"Minum dulu." Haekal menyerahkan segelas minuman padanya.
"Thanks." Meski ia tak sedang haus tapi Jeya cukup menghargai usaha Haekal untuk menemaninya yang sedang bergalau ria di tengah pesta.
"Bukannya lo tadi bantuin kak Ardan? Kok di sini?"
"Para asistennya sudah datang, jadi saya bisa kembali menemani kamu."
Jeya mendesah lelah. Ia juga tadi menemani Jihan di atas pelaminan, sekarang Jihan dan Arkha sedang istirahat sekalian ganti baju makanya ia jadi tak ada kegiatan sama sekali dan berakhir melamunkan Renjun lagi.
Tiba-tiba ia teringat Feli. Ia tahu persis kakaknya kalau sudah bekerja pasti akan lupa segalanya, jadilah Jeya beranjak untuk mencari Feli, siapa tahu pacar kakaknya itu tengah dilanda bosan diam sendirian.
"Kak Feli!" Ia tak salah menduga, walau tak sepenuhnya benar juga karena ternyata Feli tidak berdiam diri sendirian seperti anak hilang. Gadis itu ikut Ardan memeriksa foto juga mengobrol dengan beberapa rekan kerja Ardan.
Ternyata memang benar hanya ia yang kurang menikmati acara hari ini. Padahal ia juga cukup akrab dengan beberapa karyawan Arkha tapi tetap saja rasanya sepi tanpa Renjun.
Jeya kembali ke mejanya, di sana masih ada Haekal yang tengah duduk dengan gelas minum di tangan dan dua wanita di sampingnya. Sekali lihat juga Jeya tahu kalau dua wanita itu tertarik pada Haekal. Dari penampilannya Jeya yakin kalau mereka adalah kolega bisnis abangnya dan pasti lebih tua dari Haekal.
Tiba-tiba saja timbul rasa kesal melihat mereka yang terus tebar pesona pada Haekal walaupun Haekal hanya menanggapi seperlunya. Ah, bukan seperlunya lagi, Haekal justru terlihat tidak nyaman dengan kehadiran dua wanita itu.
Oke, karena Haekal sudah jadi asisten yang baik dan menghiburnya di kala bosan, maka sekarang Jeya akan berbuat baik pada lelaki itu.
Dengan dagu terangkat angkuh, Jeya melangkahkan kaki ke arah mereka.
"Sayang~ " Jeya memanggil lembut, membuat Haekal dan dua perempuan tadi menoleh.
"Sayang, aku mau cake yang di sana~" Ia kembali merengek dengan nada lembut dan ekspresi imut. Haekal yang baru pertama kali melihat tingkah imutnya hanya bisa terdiam dengan mata tak lepas darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 3 - (Bukan) Pura-pura Menikah
Teen FictionSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...