"Run.." titah Hyunsuk sembari menepuk bagian sofa yang masih kosong.
"Males ah"
"Sini dulu, saya mau bicara" tahan Hyunsuk.
"Bicara tinggal bicara"
"Saya mau bicara serius sama kamu, duduk dulu bisa kan?"
Gadis itu mendudukkan tubuhnya perlahan pada sofa yang Hyunsuk tempati.
"Sini deketan, jangan jauh-jauh" titahnya seraya menarik lembut gadisnya.
"Run.." panggil Hyunsuk lembut seraya menggenggam erat jemari gadisnya.
"Hm?"
"Jadi.."
"Jadi? maksudnya?"
"Ssttt... bentar dulu.. saya belom selesai bicaranya"
"Maaf"
"Jadi gimana? udah siap belum?"
"H-hah? si-siap apa?"
"Kamu udah siap belum jadi istri saya? hm?"
Bukannya menjawab gadis itu justru terkekeh mendengar pertanyaan sang kekasih.
"Kenapa malah ketawa?"
"Kalo ditanya udah siap atau belom ya.. Runa siap-siap aja, tapi.. emang kamu yakin, seyakin-yakinnya kalo Runa pilihan yang tepat buat kamu? Runa nggak mau nantinya kamu malah kecewa sama keputusan kamu sendiri, tolong dipikirin lagi.. Ru-"
"Shh... Runa.. dengerin saya.. saya itu udah tau kamu sebelum kita ketemu, dan saya tau betul kamu itu seperti apa, apalagi sekarang kamu tinggal di sini, saya makin tau kamu orangnya kaya apa. Dan saya makin yakin kalo kamu itu orang yang tepat buat saya, di dunia ini nggak ada yang sempurna sayang.. kita bisa belajar dan pahami bareng nanti, kalo saya cari yang bener-bener sempurna nggak akan nemu Run.. nggak ada.."
Mendengarnya gadis itu tersenyum tipis pada Hyunsuk, memeluknya erat, erat tanpa memberi ruang sedikit pun.
"Makasih udah percaya dan terima Runa, Runa tau.. Runa masih banyak kekurangan, tapi tolong.. jangan tinggalin Runa, jangan sakiti Runa, jangan rusak kepercayaan Runa, Runa mohon.."
"Saya janji, saya akan berusaha buat tepati itu, so?"
"Will u?" ungkapnya seraya mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin yang sudah ia siapkan sedari lama.
"I-ini.. ini.. ka-kamu.. kamu serius? Runa kira.. itu cuma.."
"Sejak kapan saya suka bercanda masalah ginian ke kamu.., jadi gimana? diterima nggak lamaran saya ke kamu?"
Aruna berhambur mendekap tubuh lelaki di sampingnya, memeluknya erat sekali lagi.
"Run..? jadi gimana? kamu belum jawab lho pertanyaan saya, tapi.. kalo kamu belum siap jawab, sa-"
"Iya.. Runa terima" bisik Aruna.
"Serius kamu terima saya Run?"
"Yaiyalah serius masa bercanda, atau mau sama kukang aja?"
"Masa saya nikah sama kukang, abnormal dong saya nanti"
"Lagian si.. pertanyaannya gitu"
"Iya.. maaf.. kan saya cuma mastiin aja, makasih udah mau terima saya, saya janji buat lakuin yang terbaik buat kamu"
"Runa nggak butuh janji, Runa butuh bukti nanti"
"Tapi nggak gratis ya" goda Hyunsuk.
"Kok gitu?! dasar mauan"
"Biarin, kan kamu milik saya"
"Emang Runa barang!"
"Kamu itu harta yang paling berharga buat saya, paham?"
"Manis banget gombalannya"
"Saya serius Runa, saya nggak lagi ngegombal lho"
"Cih.., tapi.."
"Tapi kenapa? hm? kok mukanya kusut gitu, saya ada salah ngomong ya ke kamu?"
"Bukan.. cuman... kak Junkyu gimana?"
"Runa.. dengerin saya baik-baik, lepasin Junkyu, lepasin perusahaan ayah kamu, percuma Run.. hak kepemilikan udah jatuh kan ke tangan Junkyu.. Runa.. saya tau betul gimana Junkyu, dia bukan orang yang seperti kamu lihat, dia.."
"Dia?"
"Sebenernya dia yang... yang ada di balik penembakan keluarga kamu beberapa taun lalu, maaf saya baru.. baru bisa bilang sekarang"
"Nggak.. nggak mungkin.."
"Saya punya buktinya kalo kamu nggak percaya" terangnya seraya menyodorkan beberapa berkas pada Aruna.
"Ini.. i-ini.. serius?"
"Maaf.." lirih Hyunsuk sembari membawa gadisnya ke dalam dekapannya.
*****
"Hujan-hujan gini makan mie pake telur enak kali ya"
"Kamu mau, biar saya yang bikinin"
"Nggak usah, nanti aja, kalo sekarang gelap, susah bikinnya"
"Kan ada lilin, udah diem aja disitu, biar saya bikinin, kasian itu cacing-cacing kamu" ledek Hyunsuk.
"Terus aja ngeledekin gitu, nanti kalo situ yang cacingan Runa sukurin deh itu ntar"
"Tapi kok tumben pake lilin, biasanya kan kamu pake lampu emergency setiap mati lampu gini" sambung Aruna.
"Saya lupa buat nge-charge lampunya, kan udah lama lampu nggak mati"
"Oh.."
"Jadi nggak bikin mienya?"
"Jadi dong hehe.. udah laper banget, telurnya double ya"
"Satu aja nanti alergi"
"Ck.."
GLARRR....
"Aaaaa.....!!!"
"Runa.. Runa.. saya nggak bisa bayangin kalo kamu sendirian kaya gimana" ledek Hyunsuk.
"Ya nggak usah dibayangin dong ah.., kesel!"
"Ini tanggal berapa?"
"28, kenapa? kok tiba-tiba nanyain tanggal"
"Nggakpapa, tumeban kamu nggak uring-uringan, biasanya kan kalo kamu lagi dapet suka ngereog"
Gadis itu hanya menepuk jidatnya, bodoh, bisa-bisanya dirinya melupakan hal itu.
"Kenapa Run? saya salah ngomong ya?"
"Run? kenapa?" sambungnya Hyunsuk.
"Runa telat deh kayanya" panik gadis itu.
"Telat? kamu- Run.."
"Runa mau nanya deh.. waktu itu.. ka-kamu.."
"Iya"
"CHOI HYUNSUKKK..!!!!"
"Dasar.. terus gimana nanti kalo beneran?! hishh....!!" sambung Aruna.
"Tenang aja, saya bakal tanggung jawab, lagian kan kamu udah terima lamaran saya tadi" ujar Hyunsuk santai dengan kekehan, seraya mengacak abstrak surai gadisnya.
"Ya tapi kan- hishhh... ck.."
"Nggak usah panik kenapa si, dicek dulu besok saya beliin alatnya"
"Gimana nggak panik coba! aneh! mana santai banget lagi kamunya" kesal Aruna.
"Ya santailah ngapain harus panik, lagian nanti juga kamu nikahnya sama saya, seneng saya malah dapet bonus langsung" usil Hyunsuk.
"Hishh..."
"Udah dimakan itu mienya keburu melar, jangan ngomel-ngomel terus" ucap Hyunsuk seraya mengecup pucuk kepala gadisnya.
--------------------------------------------------------------
DON'T FORGET TO VOMMENT PLEASE
© Sereiaaya, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD & SWEAT | Choi Hyunsuk • Park Jihoon • Kim Junkyu
Fanfiction"...tolong percaya sama saya..." -Hyunsuk "Gw akan lakukan apapun buat dapetin lo Run..." -Jihoon "Kakak ni apa-apain si, kita itu masih saudara!" -Runa "Saudara tiri kan?!" -Junkyu *Mention // of harsh words - and some mature content [1821+] *Cover...