testpack

2.1K 147 8
                                    


Cerita ini rate 21+, ingat rate 21+

Jadi memang harusnya dibaca oleh orang yang sudah cukup usia

Harap bijak dalam memilih bacaan

.
.
.

Negatif lagi.

Bagaimana ini?

Aku berulang kali mengeceknya tapi tetap saja negatif.

Sejak aku-kami melakukannya di villa. Sejak aku benar-benar ingin menikah dengannya. Sejak aku memutuskan ingin menjadi seorang ibu lagi. Aku ... Sangat berharap terjadi pembuahan di rahimku karena ulah Fabian.

Diam-diam aku membeli testpack saat Azka opname di rumah sakit sepulang kami dari villa. Aku ingin tahu apakah testpack-nya memunculkan garis merah dua?

Tidak.

Yang aku ingat, sebelum kami pergi ke villa kami melakukan hubungan badan di hari kami pulang dari makam Ibu. Yang aku ingat saat itu masa suburku. Yang aku ingat, kami melakukannya berkali-kali dan Fabian membuangnya di dalam. Yang aku tahu, jika sedang masa subur kemungkinan peluang terjadi pembuahan itu tinggi. Setelah itu kami melakukannya lagi di villa. Fabian juga selalu membuangnya di dalam. Lalu kenapa hasilnya masih negatif?

Sudah hampir seminggu aku bersama Fabian di Turki. Aku selalu mengecek keadaanku setelah bangun tidur. Tetap saja negatif.

Selalu negatif.

Padahal aku sudah terlambat datang bulan. Seharusnya seminggu lalu aku mendapat tamu bulanan. Jika memang terlambat harusnya kan tespack ini menunjukkan garis dua. Mengingat seringnya Fabian menyentuhku. Ataukah memang ini hanya keterlambatan biasa?

Beberapa hari ini aku down memikirkan hasil testpack. Sebisa mungkin aku memasang wajah bahagia agar Fabian tidak menyadari perubahanku. Aku tidak mau dia bertanya-tanya tentang apa yang ku rasakan sekarang. Di depannya aku tersenyum tapi diam-diam hatiku gelisah.

Bagaimana tidak?

Aku takut jika aku tidak bisa hamil lagi.

Bagaimana jika aku tidak bisa hamil lagi?

Apakah Fabian akan meninggalkanku?

Apakah orang tua Fabian akan mencemoohku seperti mertuaku dulu?

Apakah pernikahanku akan gagal lagi?

Semua pertanyaan itu berputar di kepalaku. Antara takut, rasa tidak percaya diri dan putus asa bercampur jadi satu. Jika semua tanya itu jawabannya iya, bagaimana nasibku selanjutnya?

Aku memijat pelipisku agak keras. Karena terlalu memikirkan hal itu, tubuhku jadi mudah lelah. Aku juga mudah mengantuk. Ini sudah hari kelima bulan madu kami dan sekarang aku merasa tidak enak badan. Sepertinya demam.

"Kamu baik-baik saja?"

Aku mengangguk dan tersenyum sementara Fabian menatapku dengan rasa bersalah.

"Kamu pasti capek banget ya?"

"Nggak kok, Mas. Aku nggak apa-apa. Cuma butuh istirahat bentar."

Fabian mengusap kepalaku. "Kamu pasti capek gara-gara melayaniku."

Sekali lagi aku tersenyum disertai gelengan. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah Fabian jika dia terus menyentuhku. Sebenarnya aku yang membuatnya ingin menyentuhku. Aku sengaja menggodanya agar dia menyentuhku. Agar aku cepat hamil. Nyatanya, aku belum hamil juga. Padahal intensitas kegiatan ranjang kami lebih sering.

Apakah Tuhan memang belum mempercayaiku?

Pikiran buruk memperparah kondisi tubuhku bahkan aku menolak minum obat maupun pergi ke dokter. Aku hanya mau hamil.

Mine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang