-Semua kisah dan kejadian yang tertulis dibawah ini adalah fiksi-
Walaupun lampu di ruangan tersebut tidak menyala, hal tersebut tak membuat ruangan itu menjadi gelap. Lampu jalanan yang terang setelah disinari matahari selama setengah hari mampu menerangi kamar tidur yang gelap lewat jendelanya.
Air berlomba lomba turun dibumi bersama awan hitam yang sepakat menutup bulan sempurna di malam ini.
Gadis itu tidak bisa tidur, membaca hikayat lama yang menyenangkan hatinya. Ribuan kata didalamnya mampu menjaga mata si gadis tersebut agar tidak menutup. Beberapa kali dia membalikkan halaman seakan akan berharap agar tidak cepat selesai.
Hampir mencapai halaman terakhir, tiba tiba jendelanya berbunyi. Dia segera turun dari ranjangnya, menarik kursi ke arah jendela yang tingginya dua kali tubuhnya.
Dilihatnya keluar, sepi.
"Apa yang membuat jendela ini berbunyi?".
Dia masih belum menyadari seorang remaja yang terluka dibawah tiang lampu sendirian. Baru setelah matanya berkeliling, dia menemukan remaja yang lemas seperti mengucapkan sesuatu. Diraihnya pengait jendela lalu dibukanya secara perlahan. Pemuda itu melambaikan tangannya, seperti menyuruh gadis itu agar cepat turun.
Dia ragu. Orang tuanya akan pulang sebentar lagi tapi dia penasaran dengan pemuda dibawah.
Segera setelah melihat jam dinding yang memberi dia kesempatan sepuluh menit, dia langsung turun.
Pintu utamanya dikunci, tapi gadis itu tau dimana kunci tersebut disembunyikan. Dibawah figura foto keluarganya. Dibukanya pintu tersebut, kenop pintu berderit karena sudah karatan.
Gadis itu keluar, memandangi sekitarnya yang sepi namun terang. Hujan masih deras sehingga dia meraih payung di tempatnya. Berjalan mengitari setengah rumahnya dan menemukan pemuda yang menunggunya sedari tadi.
Pemuda itu tersenyum melihat seorang gadis manis yang secara langsung turun untuk melihatnya. Gadis tersebut memberikan payungnya, sontak pemuda itu pun kaget seraya berkata "kenapa?".
"Aku hanya punya waktu enam menit sebelum kembali ke rumah," ujarnya.
"Lalu kenapa kau menyempatkan kemari?,"
Gadis itu meletakkan payungnya dan langsung berlari ke rumahnya. Dia kembali mengunci pintu, mengembalikan semua ketempatnya, kemudian naik kembali ke kamarnya. Dia mengintip di jendela, yang terlihat hanya payung dan dua kaki yang selonjor kedinginan.
"Dia tetap tampan meskipun ditutupi bulatan,"
Sementara yang dibawah mengatakan, "aku ingin membebaskannya,"
^Terimakasih^
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDERHANA
Teen Fictionse·der·ha·na a 1 bersahaja; tidak berlebih-lebihan: hidupnya selalu --; 2 sedang (dalam arti pertengahan, tidak tinggi, tidak rendah, dan sebagainya): harga --; 3 tidak banyak seluk-beluknya (kesulitan dan sebagainya); tidak banyak pernik; lugas: ...