Bab 17 ~ Saling terbuka

10.6K 447 91
                                    

Hai readers. Salam sayang dari author.

Di cerita kali ini Saski sama Gibran bakalan bikin kalian meleyott, udah siapa belum?

Happy Reading🍂

*
*

"Loh..ko malah nangis, kenapa?" Gibran menyeka air mata di pipi Saski.

Saski hanya menggelengkan kepala, dia memilih diam karena meskipun merasa bersalah kepada mertuanya itu bukan sepenuhnya salahnya. Andai dulu Gibran terbuka mungkin semuanya tidak akan seperti ini.

"Jangan nangis dong Sas, aku ngajak kamu kesini supaya kamu bahagia. Aku jadi serba salah," diselipkannya anak rambut Saski kebelakang telinga.

"Aku terharu, ternyata mommy sesayang itu sama aku," tangan Saski masih setia memegang foto yang terpajang disana.

"Kita istirahat dulu ya, sepertinya kamu kecapean," Gibran memapah Saski, dia mengajak Saski ke satu ruangan.

"Duduk dulu ya," tanpa diminta Gibran menyiapkan kursi untuk Saski.

"Apa ini Gibran yang aku kenal?" batin Saski. Hati nya berdesir ketika mendapatkan perlakuan berbeda dari Gibran.

Suasana ruangan yang begitu sejuk menambah kesan nyaman. Kini Saski dan Gibran sedang berada tepat dihadapan hamparan pasir putih yang luas. Meskipun terhalang kaca besar, tidak menutup keindahan pantai yang masih benar-benar asri.

"Begitu indah ciptaanmu Tuhan," gumam Saski.

Gibran yang mendengar ucapan Saski seketika menoleh, "Benar-benar indah." Gibran berkata sembari memandang setiap inci tubuh Saski.

Saski yang mendapatkan tatapan dari Gibran dibuat salah tingkah. Wajahnya tiba-tiba terasa panas.

"Sampai kapan kita disini?" Saski memilih mengalihkan pembicaraan.

"Kamu mau nya sampai kapan?" Gibran malah bertanya balik.

"Aku nggak tau sih, sebenarnya aku nyaman disini tapi aku sama sekali gak ngasih tau Rangga soal keberangkatan ini bagaimana pun dia atasanku ditempat kerja," jawab Saski, tangannya dengan teliti menggeser layar ponsel nya.

"Gak masalah, kalau kamu mau lama disini ya bagus. Lagi pula kamu gak perlu kerja, aku sanggup ko nanggung semua kebutuhan kamu," Jawab Gibran, tangannya mencoba mendekat menyentuh tangan Saski.

Saski refleks menjauhkan tangannya, "Maaf Ran.." dia menghela nafas kasar.

"Nggak baik juga kita lama-lama disini, kita udah bukan siapa-siapa lagi sekarang," lanjutnya.

"Maksudnya gimana? Aku sama sekali belum setuju soal perceraian itu. Bahkan kertas tuntutannya sekarang udah nggak ada, udah aku robek dari dulu," jawab Gibran prutasi.

"Tapi kita udah gak barengan lagi loh selama empat tahun, kamu juga sama sekali gak ada niatan buat nyusul aku waktu itu. Jadi untuk apa lagi dilanjutkan," ucap Saski, dia sengaja menyindir Gibran dengan mengungkit kisah masa lalunya.

"Sas dengerin aku," Gibran menggenggam tangan Saski dengan erat.

"Waktu itu kejadiannya gak seperti yang kamu kira, aku akuin aku memang pergi malam itu. Tapi itu keadaannya darurat, malam itu Kanaya nekad bunuh diri. Dia sama sekali gak mau berusaha buat melanjutkan hidupnya, aku takut jika benar dia melakukan itu malah aku yang terseret nantinya. Kalau benar aku terseret, aku gak mau kamu juga ikut terbawa Sas," Gibran menjelaskan semuanya sesuai dengan fakta yang ada.

GISAS || CEO Penakluk (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang