8. Mulai Baper?

141 36 0
                                    

Geya masih tidur dan hari ini adalah hari pertama mereka berdua terbangun di rumah baru yang mereka tempati sekarang ini. Rumah besar ini agak menyeramkan di malam hari, jadi Geya tidak berani tidur sendirian, padahal sejal awal Aydin sudah mempersiapkan dua kamar untuk mereka berdua di rumah tersebut, tapi Geya malah mau mereka menempati kamar yang sama.

Aydin tidur di sofa sih, tapi ya tetap saja sebenarnya dia ingin menghargai privasi yang Geya punya.

Aydin mandi karena memang dia harus bersiap untuk berangkat ke sekolah, dia masih harus menuntaskan pendidikkannya, dia lebih beruntung dari pada Geya yang harus berhenti karena hamil, Aydin harus lebih bersyukur dengan hidupnya.

Meski Geya adalah istrinya sekarang ini, tapi rasa sayang Aydin padanya masih sama seperti sebelumnya, dia masih menyayangi Geya dengan segenap perasaan dan sepenuh hatinya, maka dari itu, dia tidak akan pernah menuntut apa pun dari Geya. Selama ini juga Aydin melakukan semuanya sendirian, jadi tidak perlu manja hanya karena sekarang dia memiliki seorang istri.

Selesai membasuh tubuhnya, Aydin kemudian keluar dari kamar mandi, hal yang pertama dia lihat adalah Geya yang sudah bangun, dia santai saja menggosok kepalanya untuk mengeringkan rambutnya, sementara Geya memutuskan berbalik, dia sudah biasa sih lihat Aydin tidak pakai baju, tapi sekarang situasinya benar-benar berbeda dan semua ini jadi aneh.

Aydin yang melihat Geya berbalik langsung terbengong. "Kenapa?"

"A...aku kayaknya keluar dulu, bikinin sarapan buat kamu." Geya memilih bangkit dari posisi rebahannya kemudian memilih keluar dari dalam kamar. Ya, memang dia mengenal Aydin sudah lama, jauh sebelum hari ini, tapi bagaimanapun situasi mereka yang sekarang ini agak aneh, setidaknya menurut Geya.

Aydin hanya mengedikkan bahu, sejauh ini dia memandang Geya ya sebagai Geya, mungkin nanti ketika dia sudah lebih bisa menjalankan kehiduoannya dengan baik, barylah Aydin akan menganggap Geya sebagai istrinya.

Istrinya? Aydin terdiam sejenak, dia kemudian tertawa, ah lucu memang takdir yang terjadi di dalam kehidupan mereka, Aydin selalu menenangkan Geya saat Geya diganggu anak lain di sekolah, dia selalu menghapus air mata Geya saat Geya menangis dan sekarang dia malah menjadi suami Geya saat Geya mengandung anak orang lain.

***

Geya memilih mempersiapkan makanan yang sederhana, mereka belum berbelanja untuk rumah, jadi seadanya saja, Geya memutuskan untuk membuat croissant dari adonan pastry instan yang dia beli dari platform belanja online. Geya hanya membuat potongannya menjadi seperti croissant, setelahnya memanggangnya ke microwave.

Selesai memakai seragam sekolahnya, Aydin langsung keluar dari kamar, dia bisa mencium wangi manis dari masakan yang Geya buat untuknya. Dia tidak akan pernah menuntut Geya tapi rupanya Geya masih berusaha melakukan yang terbaik untuknya.

Di atas meja makan sudah terdapat segelas susu untuk Aydin dan ada juga potongan buah.

"Kamu nggak harus melakukan semua ini, Dek." Aydin mengingatkan, dulu terasa biasa saja dipanggil dek oleh Aydin, kenapa sekarang jadinya beda?

Geya berusaha untuk tidak terlihat salah tingkah, berusaha menampilkan ekspresi paling datar yang pernah ada di muka bumi ini, ini seorang Aydin loh, Geya harus selalu menanamkan di delam kepalanya bahwa ini adalah ungkapan dari seorang Aydin.

"Tapi, aku mau, Kak."

Aydin menghela napasnya. "Ya, udah jangan capek-capek, kamu lagi hamil." Aydin mengingatkan.

Geya menganggukkan kepalanya, lagipula sama sekali tidak ada yang melelahkan dari semua hal yang dia lakukan, zaman sudah canggih, banyak hal yang sebenarnya bisa dia lakukan dengan cara instan.

Geya mendudukkan dirinya kemudian menemani Aydin yang sedang makan, dia baru sadar kalau sosok di hadapannya ini ternyata tampan juga. Pantas memang banyak yang tergila-gila padanya. Untuk ukuran anak SMA seperti mereka memang kriteria calon pacar yang disukai adalah ketua geng seperti Aydin ini. Padahal Geya sama sekali tidak menemukan titik kerennya di mana, hanya selalu menemukan kalau Aydin terluka, itu saja.

Aydin akhirnya mengangkat kepalanya saat sadar Geya memperhatikannya. "Ada yang salah sama aku?" tanya Aydin.

"Segar banget ternyata pagi-pagi lihat kamu."

Aydin kemudian terdiam, ada apa gerangan?

Geya kemudian sadar kalau dia telah salah bicara, dia kemudian menggelengkan kepalanya. "Ah, lupakan!" Geya memilih langsung bangkit dari duduknya, dia kemudian memberesi bekas masakannya dan mencuci piring, aneh sekali memang, masa dia mau salah tingkah dengan Aydin? Sangat tidak masuk akal.

Aydin sendiri mengedikkan bahunya, ya mungkin memang Geya sedang salah bicara saja tadi.

***

Plakkk!

Suara tamparan itu terdengar jelas di telinga Aydin, yang melakukannya adalah pacarnya sendiri, Rindi menatap Aydin tidak percaya. Dia bangga memiliki Aydin di dalam hidupnya, tapi tidak menyangka kalau hubungan mereka akan berakhir hanya karena Aydin harus bertanggung jawab atas adik sepupunya.

"Maaf..."

"Seharusnya lo bilang sama gue, kalau hubungan lo sama Geya nggak hanya sebatas adik kakak."

Aydin menganggukkan kepalanya, memang sedang banyak sekali yang salah sangka dengan mereka, tapi Aydin bisa apa? Dia tidak mau kalau sampai Geya terluka dan dia tidak mau semua hal menjadi semakin berantakan, kalau memang dirinya bisa berkorban, maka Aydin akan tetap berkorban.

Rindi mundur, kemudian pergi dari sana.

Teman-teman Aydin yang lain hanya bisa menatap prihatin tanpa bisa melakukan apa pun, Rindi wajar memiliki keputusan seperti itu karena kini Aydin juga punya hubungan yang lain bersama dengan Geya.

Aydin berjalan gontai ke arah teman-temannya, Rindi adalah perempuan biasa, anak kelas tiga juga sama seperti mereka. Seorang gadis yang sejak awal tidak bisa dikatakan hits dan menjadi hits karena pacaran dengan Aydin. Aydin mengenalnya saat bersembunyi di perpustakaan, Rindi sedang membaca buku, sementara dia bersembunyi dari guru BK, karena ketahuan merokok di kamar mandi. Rindi memilih diam saja dan tetap menyembunyikan Aydin hingga persembunyian Aydin tidak diketahui.

Rindi adalah gadis baik yang membuat Aydin selalu ingin menetap, tapi kemudian sadar bahwa permainan takdir tidak mungkin kalau tidak membuatnya tertawa, tidak mungkin tidak membuatnya merasa geli dengan semuanya.

Ryder menepuk bahu Aydin, berusaha memberikan kekuatan pada temannya itu. Sekarang sudah pasti pasti bahwa Aydin dihadapkan pada fakta bahwa dia adalah seorang suami dan harus mempersiapkan diri untuk menjadi seorang ayah.

***

Masih ada yang nungguin nggak?

Kisah SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang