Pertama kali

1 1 0
                                    

Rumah yang besar bertingkat tiga, kolam berenang yang memadai, halaman luas disertai taman yang indah dan semua ini dikelilingi benteng dengan gerbang pagar yang cukup besar untuk mobil lewat. Aku-- Ali Fatih--dibesarkan di lingkungan ini.

        Hari ini ayahku membangun sebuah rumah kecil yang terbuat dari kayu jati asli. Jarak dari rumah utama sekitar lima belas meter.
       
        Kata Ayah rumah itu untuk anak perempuan seusiaku.Anak yang Ayah pungut di jalan.Namanya Kayla Mutia.
        "Jika kau merasa terganggu akan keberadaannya jangan mengganggunya cukup anggap ia tidak ada"Ayah berkata sambil mengelus kepalaku lembut.
        Ayah tahu aku memang tidak suka ada orang asing yang masuk ke lingkungan rumah.
.
           Rumah kayu itu fasilitasnya sangat lengkap ada dapur,kamar,teras,mesin cuci dan lainnya.
        Ayah dan ibu mengadopsi Kayla,menyayanginya bila aku tak ada di rumah diam-diam ibu pergi bersama Kayla entah itu ngobrol dirumahnya atau jalan-jalan.Ayah dan ibu  tahu aku tidak ingin posisiku sebagai anak tunggal digeser.Kayla pun tak pernah menginjakkan kaki di rumah besar kecuali bila ada acara seperti syukuran.Otomatis suasana dirumahku tetaplah sama.
        Kayla masuk kesekolah yang sama denganku.Kami tak pernah saling bicara,menyapa bahkan kenalan.aku tak pernah tahu bagaimana suaranya walau dia hidup di sekitarku.
        Anehnya kami tak pernah sekelas bahkan disekolah aku jarang melihatnya kecuali saat kelasnya sedang jadwal olahraga dan dikantin, itupun sangat jarang. Pernah dua sampai lima kali mata kami bertatapan itu tidak berlangsung lama karena pasti ia lebih dulu menunduk. Ia terlihat malu-malu namun tiga detik kemudian wajahnya terlihat sedih.
        Kayla selalu berangkat sekolah pagi-pagi sekali. Saat aku selesai mandi aku  melihatnya dari jendela kamar berangkat menggunakan sepeda. Kenapa dia berangkat sepagi ini? Muncul pertanyaan itu di benakku tapi aku menghiraukannya.
       Setiap hari Senin, Rabu dan Sabtu ia pulang malam sekitar jam delapan malam. Seperti biasa aku memandangnya dari jendela atau balkon kamar.menggeser pagar rumah, menutup nya kembali dengan perlahan lalu menguncinya.Pasti ibu yang memberikan kunci itu.Aku tahu ia telat pulang karena bermain atau belajar bersama temannya. Aku tak sengaja mendengar percakapannya dengan ibu.
       "Gak apa-apa Kayla sayang.Ibu Izinin, kok. Semangat belajarnya."
      
       Saat masuk bangku perkuliahan Kayla jarang ada dirumah tapi kami sering bertemu di kelas.Bahkan saat kami sudah sekelaspun kami tak pernah kenalan,ia seperti sangat menghindari ku.Dan Aku masih tak pernah mendengar suaranya.
       Teman-teman sungguh heran dengan ini semua "Lo, tahu namanya?". aku mengangguk. "Gue gak nyangka deh.Sejak kapan Lo kenal dia?".
       Aku menggeleng "Gue gak kenal cuma tahu namanya."
       Temanku keheranan tapi tidak bertanya lebih lanjut. Malas.
       Saat persentase di depan kelas untuk pertama kalinya aku mendengar suaranya.Kukira suaranya pelan dan lembut namun yang aku dengar suara itu terkesan tegas walau terdengar lembut juga. Saat ia persentasi aku menatapnya kagum.
          Dari semester awal sampai akhir seperti dulu aku tak pernah menyapa, mengobrol atau apapun juga.Tapi,kami lebih sering kontak mata contohnya saat ini ketika aku masuk kelas berpapasan dengannya yang pasti ia ingin kekantin.Seperti dulu saat kontak mata denganku terjadi ia yang pertama memutuskannya. Menunduk wajahnya malu-malu, matanya menatap lantai tiga detik selanjutnya matanya terlihat sedih kemudian berlalu pergi melewatiku yang masih terpaku. Samar-samar aku mendengar temannya bertanya "Ada sesuatu antara kau dan Ali?".
          Aku tak mendengar Kayla menjawab, pasti ia tidak bersuara dan lebih memilih menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
          Hari yang sangat aku tunggu-tunggu. Hari Wisuda. Melempar topi, berfoto bersama,mendapat buket dari adik kelas dan pelukan haru dari ibu dan ayah.
          "Bro,mau lanjut kuliah atau kerja?" setelah kami selfie. Rido,Teman dekatku bertanya.
          "Lo udah gue kasih tahu.Gue mau kuliah di Jerman"
          "Eh? iya, ya" dia menggaruk tengkuk "lupa"
        "Al. Gue mau nanya,nih.Hitung-hitung hadiah wisuda dari Lo" Dean menghampiri mereka berdua.
        "Apa?"
        "Dikelas kita yang tak pernah mengobrol dengan sipendiam cuma Lo"Aku tahu sipendiam yang Dean maksud.Kayla Mutia.
        "Pertanyaannya?"
        "Firasat gue Lo tahu tentang dia.please beritahu gue"
       "Hmm...buat apa?."
       "Anak dari fakultas lain ada yang kepo. kalo gue tahu informasi  tentang sipendiam dia akan beri gue empat juta"
       "Buset. besar banget. kayaknya anak itu suka sama Kayla"Ucap Rido.
       Entah kenapa aku sedikit syok, rasanya dadaku panas.Aku tak mau memberi tahunya.
       "Al?" Dean mengibaskan tangannya di depan muka Ali.
       Ali tersadar dan merogoh sesuatu didalam saku bajunya. Dean dan Rido memperhatikan.
       "Nih" Tiba-tiba Ali menyerahkan kartu ATM. "Ambil empat juta dari tabungan geu.Gue tahu sedikit informasi.Tapi,gak mau kasih"
       "Lho,kenapa?" Dean keheranan.
       "Males buka mulut"
       "Yaelah, udah kebuka juga"Dean berdecak sedangkan Rido memutar bola mata,jengah.
       "Mau gak,nih?"Ali mengacungkan kartunya.
       "Gak usah. Kalau kamu gak mau cerita gak papa. Gak usah serahin kartu Lo"Dean agak tersinggung.Hei,dia itu anak orang kaya."Yaudah,aku pamit.Bye!" Dean berjalan menjauh. Namun, baru lima langkah dirinya menyadari sesuatu, ia menoleh kebelakang dan memandang Ali dengan senyuman aneh"Cieee Ali jatuh cinta." Kemudian berlari menjauh lagi sambil cekikikan.
        "Dia kenapa?"Tanya Ali pada Rido.
        "Gue baru tahu Lo suka sama Kayla. tapi dipikir-pikir dari semester awal Lo dan Kayla kayak ada sesuatu gitu,sih"
        "Hah?"Ali cengo.Anehnya detak jantungnya berdetak lebih cepat. "maksud?"
        "Ha ... ha... Lo gugup." Rido memukul pelan bahunya.
       
Ali keheranan. Teman-temannya kenapa?
"Kalau dipikir-pikir dari semester satu Lo emang selalu memerhatikan si Kay ...." ucapan Rido terpotong oleh suara dering HP-nya. Rido menjawab telpon yang masuk tak lama kemudian ia menyimpan kembali hp nya kedalam saku "Orang tua gue udah nungguin. Gue duluan, ya.Bye"Rido pun  pergi meninggalkan Ali yang masih bingung dengan keadaannya sendiri.Memang benar selama ini Ali memperhatikan Kayla.Gak dirumah gak disekolah ia selalu memandang di balik jendela.Sekarang Ali menyadari nya.Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan.Sekarang yang harus dilakukan adalah mencari orangtuanya yang tadi ia tinggalkan.Ali berusaha menelpon ibu tapi tidak diangkat.Ali menghela nafas,keringat nya bercucuran selama setengah jam ia berkeliling.Lelah mencari ia akhirnya duduk disalah satu bangku taman.
     
    Ali kembali membuka WhatsApp membuka grup dan membaca keseruan teman-teman nya di chat.
    "Permisi"Suara yang lembut dan terkesan tegas itu...Kayla Mutia!
    Ali mendongak terkejut. Untuk beberapa saat mereka kembali kontak mata. Kali ini Kayla tidak mengalihkan pandangan nya, Ia tersenyum walau ada sedikit rasa gugup menyerangnya Kayla berusaha menutupinya.
    "Kak Ali boleh saya ngobrol sebentar?"
    Rasa terkejut sekaligus bahagia itu lenyap digantikan dengan kemarahan. 'kak Ali' apa maksudnya itu?.
    "Maaf. Aku bukan kakakmu"Ucap Ali sinis.
    Senyum Kayla pudar ia sedikit terkejut plus takut melihat reaksi Ali"maaf"Ia menunduk.
    Ali tersadar.Dia membuatnya takut "A-aku juga minta maaf"Ali merasa bersalah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pertama kaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang