Kali Kedua - 33

21.5K 1.5K 30
                                    

Tiga hari berselang.

Terlihat Barra yang menuruni anak tangga kayu rumahnya. Wajahnya terlihat segar setelah mandi. Aroma mint yang berasal dari sabun pun menguar dari tubuhnya. Pria dengan plain shirt khaki dan juga celana pendek selutut krem melangkah ke ruang tengah. Tangannya mengambil remote televisi di meja tetapi matanya mengarah ke dapur, melihat istrinya yang terlihat sedang serius, entah sedang melakukan apa.

"Sayang." Panggil Barra lalu duduk di sofa.

"Ya?"

"Kamu ngapain, sih? Nonton tv, yuk."

"Sebentar, mas."

Kemudian Barra mulai menggonta-ganti channel mencari acara tv yang menarik saat hari libur. Sesekali matanya melirik ke arah Manda yang masih betah dengan posisinya. Barra menjadi penasaran dengan apa yang sedang dikerjakan Manda. Saat Barra memanggilnya kembali pun, Manda hanya memberikan jawaban yang sama lalu tersenyum. Setiap kali ingin menonton tv, Barra memang selalu minta ditemani karena ia tak suka menonton sendiri.

Entah nantinya Manda ketiduran, bermain ponsel atau pun membaca majalah yang terpenting bagi Barra, istrinya berada di sampingnya. Dan ia tidak sendirian. Berbicara mengenai Barra, pria itu sudah kembali sehat. Ia sudah kembali seperti sebelumnya. Tentu saja Manda ikut andil dalam hal ini sebab ia yang merawat suaminya dengan sangat baik. Manda begitu perhatian dan bahkan menurut Barra, istrinya itu berubah menjadi cerewet saat ia sakit. Meskipun begitu Barra menyukainya.

Kemudian Barra menoleh saat dari ekor matanya melihat Manda yang berjalan menghampiri. Gadis dengan kaus abu-abu itu terlihat membawa toples yang berisi cookies. Rupanya sejak tadi ia sedang menata cookies buatannya di toples. Lalu Manda duduk tepat di samping Barra yang tersenyum padanya. Pria itu pun meletakkan remote di meja dan mengabaikan tayangan yang sebelumnya sedang ia tonton.

"Dulu aku pernah janji mau buatin cookies. Hari ini aku buat cookies spesial buat kamu." Ia menyerahkan setoples cookies pada suaminya.

Barra tertawa kecil seraya menerima cookies tersebut. Ia membuka penutup toples, mengambil satu cookies dan menggigitnya. "Enak. Enak banget." Ia menyuapi setengah cookies-nya untuk Manda.

"Jangan langsung dihabisin."

"Kenapa?"

"Aku juga mau." Manda tertawa.

Barra pun demikian, ia memajukan wajah mencium dahi istrinya. "Makasih, ya, sayang." Ucapnya yang dibalas anggukan kepala oleh Manda lalu mengambil cookies dan menyuapi Barra.

Setelahnya mereka menonton tv sambil menikmati cookies. Namun, hanya Barra yang terlihat menonton tayangan di televisi sebab acara yang dipilih pria itu merupakan sebuah acara otomotif yang tidak Manda mengerti. Gadis itu pun lebih memilih memainkan games di ponsel dengan kepala yang bersandar pada sebelah bahu Barra. Sesekali kepala Barra menoleh ke samping mencium pucuk kepala istrinya, tangannya yang merangkul Manda pun tak henti mengelus rambut hitam istrinya.

Semakin hari keduanya memang semakin dekat. Mereka terlihat semakin mesra sebagai pasangan suami istri. Keduanya tak canggung lagi untuk saling bersikap manja satu sama lain. Terkadang bukan hanya Manda saja yang manja pada Barra, sebaliknya pun begitu. Justru keduanya senang jika sudah seperti itu. Barra pun merasa begitu bersyukur karena menurutnya ini merupakan awal yang baik untuk mereka. Barra tidak ingin bersikap terburu-buru, ia ingin melalui setiap langkahnya bersama Manda. Baginya setiap langkah yang mereka lalui, itu merupakan bagian dari proses perjalanan mereka.

Kemudian terdengar suara bel pintu yang membuat keduanya menoleh bersamaan dan bersitatap. Manda mengangkat kedua bahu tanda tak tahu seakan menjawab tatapan bertanya Barra. Saat Manda akan beranjak dari sofa untuk melihat tamu mereka, Barra menahannya dan mengatakan dirinya saja yang membuka pintu. Manda pun kembali duduk lalu mengambil segelas orange juice miliknya yang masih menyisakan setengah gelas.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang