Kali Kedua - 36

20.7K 1.3K 12
                                    

Sebuah taksi terlihat berhenti di depan rumah Barra saat rintik gerimis mulai turun membasahi ibukota. Pintu belakang bagian penumpang terbuka disusul dengan seorang gadis yang beranjak keluar. Manda yang sore itu masih mengenakan setelan kantor menutup kembali pintu taksi tersebut sebelum akhirnya mobil sedan berwarna biru itu melaju pergi. Gadis itu melangkah cepat seraya menutupi bagian kepala dengan tangan guna menghalau rintik gerimis.

Sore ini Barra tidak menjemputnya, membuat Manda memilih untuk pulang dengan taksi. Jam praktek Barra di klinik yang berbenturan dengan jam pulang kantor Manda membuat pria itu tak selalu bisa menjemput istrinya. Hal itu yang terkadang membuat Manda pulang dengan taksi atau pun ojek online. Barra mengatakan jika bulan depan ia akan mengubah jadwal prakteknya. Dimulai lebih awal sehingga ia bisa menyempatkan waktu untuk menjemput Manda.

Gadis itu melangkah memasuki rumah lalu menyalakan saklar lampu. Manda menaiki anak tangga menuju lantai dua dan masuk ke kamar. Ia menghempaskan tubuh ke sofa seraya menghela nafas lelah. Tubuhnya meminta untuk beristirahat setelah seharian bekerja tetapi ia harus terlebih dulu membersihkan tubuh. Manda merogoh tas, mengecek notifikasi ponsel. Chat yang ia kirimkan untuk suaminya lima belas menit lalu belum dibalas seakan menandakan kalau Barra sedang sibuk dengan pasien.

Kemudian Manda meletakkan kembali ponsel miliknya. Ia bangkit berdiri dan duduk di depan meja rias. Gadis itu mulai membersihkan wajah dari debu atau pun make up yang telah ia gunakan selama seharian. Setelahnya ia bergegas menuju kamar mandi. Beberapa menit berselang, Manda sudah selesai dengan kegiatannya. Kini ia terlihat lebih segar setelah mandi. Gadis itu pun sudah berganti pakaian dengan piyama tidur bermotif abstrak berwarna dasar pink soft dan rambutnya yang dijepit setengah.

Dengan membawa ponsel, Manda menuruni anak tangga berniat menunggu suaminya pulang di lantai satu. Lima menit lalu Barra mengirim chat kalau ia akan segera pulang. Gadis itu menuju dapur lalu membuka kulkas, mengeluarkan sebotol strawberry juice dan menuangkannya ke gelas. Setelahnya gadis itu duduk di kursi bar dan meneguk perlahan strawberry juice yang memang selalu menjadi kesukaan Barra.

Jemari tangan Manda menyentuh badan gelas kaca yang berembun karena suhu dingin dari strawberry juice tersebut. Pikirannya mulai berkelana memikirkan sesuatu yang terus menerus memenuhi benaknya selama seharian ini. Mengenai kejadian saat dinner bersama keluarga besar mereka kemarin malam. Ya, sampai dengan saat ini benak Manda masih terus dipenuhi dengan hal tersebut.

Setelah kepergian mama Lita dari meja mereka saat itu lalu Barra mengejarnya, Manda pun pergi bermaksud ke toilet. Namun, sebelum ia mencapai ke toilet ada sebuah tangan yang menariknya ke halaman samping restoran. Saat tubuh Manda berbalik, ia langsung bisa menebak kalau seseorang itu adalah Alan. Seseorang yang memang selalu ada untuk Manda.

Di halaman samping restoran, Alan tidak menanyakan atau mengatakan apapun. Ia hanya terus menatap adiknya sebelum akhirnya langsung merengkuh tubuh Manda dalam dekapan. Manda yang dipeluk seperti itu pun tidak dapat menahan tangisan. Ia memeluk Alan erat, menumpahkan kesedihan yang ia rasakan. Sebisa mungkin Manda menahan air mata di depan Barra dan yang lainnya. Namun, begitu dalam dekapan Alan, ia sudah tidak mampu lagi.

Awalnya Manda sudah merasa senang saat melihat kedatangan mama Lita. Bahkan saat Barra mengatakan kalau mama Lita akan datang pun, ia sudah senang mendengarnya. Namun, mama Lita datang pun karena Barra yang terus memaksa. Sudah pasti alasannya tidak ingin datang karena ada Manda di sana. Kalau bukan karena untuk perayaan ulang tahun Barra dan putranya sendiri yang meminta, sudah pasti mama Lita tidak akan datang.

Selama ini Manda selalu berpikir positif, ia selalu meyakinkan diri kalau cepat atau lambat sikap mama Lita pasti akan berubah. Manda hanya harus bersabar menghadapi sikapnya sekarang ini. Ia tidak boleh merasa sedih dengan sikap mama Lita kepadanya atau pun merasa sakit hati dengan kalimat pedas yang diucapkan mama Lita. Manda harus bisa membiasakan semua itu.

Kali Kedua [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang