Prolog

203 24 1
                                    

Meski semua orang pernah terlibat di dalamnya. Ilmu mengenai cinta dan perasaan bukanlah sesuatu yang mutlak. Setiap orang memiliki sudut pandang dan cara yang berbeda dalam menanganinya.

Ada yang peka lalu dengan mudah mendapatkan apa yang selama ini dia cari, ada pula yang kesulitan dalam mengikuti alur semesta untuk menemukan apa yang selama ini dia cari. Intinya, tidak semua pola itu sama, dan juga tidak semua perjalanan memiliki akhir tujuan yang sama.

Appa dan eomma menikah puluhan tahun yang lalu. Eomma pernah bercerita kalau pertemuan pertama mereka adalah sewaktu masa ospek kuliah. Appa jatuh cinta pada pandangan pertama dengan eomma, kemudian dengan gagah berani menyatakan cinta yang kemudian diterima oleh eomma beberapa hari kemudian. Terdengar mudah.

Noona pernah berpacaran tiga kali.

Kali pertama sewaktu noona masih sekolah, dengan sunbaenim yang selalu mengantarnya pergi dan pulang sekolah. Tapi hubungan itu tidak bertahan lama, lantaran sunbaenim harus melanjutkan kuliah ke luar negeri.

Kali kedua sewaktu noona menyusun tugas akhir kuliah, dengan mahasiswa lain yang juga tengah melakukan kegiatan yang sama. Mereka bertemu di perpustakaan kampus, lalu saling mencintai lantaran sering kali bertemu. Tapi sayang hubungan mereka kandas, ketika noona mendapati mahasiswa sialan itu selingkuh dengan wanita lain.

Kali ketiga adalah satu tahun yang lalu. Noona yang sudah putus asa dengan kisah percintaannya tiba-tiba saja dipertemukan dengan seseorang yang bisa menyadarkannya akan arti cinta yang sebenarnya. Entah apa maksudnya, tapi mereka memang terlihat cocok berdua.

Dan hari ini, mereka menikah. Satu tahun menjadi sepasang kekasih, hari ini mereka memutuskan untuk melanjutkan langkah ke tahap yang lebih serius.

"Jisung-ah, jeongsin charyeo! Ini adalah pernikahan pertama dan terakhirku. Kalau sampai kau membuat kesalahan, matilah kau di tanganku!"

Aku melirik ke sebelahku, memandangi noona yang terlihat cantik. Sungguh, ini kali pertama aku sadar kalau ternyata noona adalah wanita yang bisa terlihat cantik.

Rambut yang biasa kusut karena terlalu sering dikuncir, kini terurai menyentuh punggungnya, lengkap dengan mahkota di pucuk kepalanya. Ditambah dengan polesan make up yang tebal tapi tidak terlihat tebal, yang bisa menutupi semua pori-pori bekas jerawat yang biasanya menempel di wajahnya. Apalagi sepatu hak tinggi yang dia kenakan, hampir saja membuatnya mengalahkan tinggi tubuhku yang tidak seberapa.

"Ne. Aku hanya perlu mengantar noona ke depan altar kan? Setelah itu, aku tinggal duduk di sebelah eomma kan?"

"Syut! Jangan banyak tanya"

Noona berjanji akan memberikan uang jajan lima kali lipat setelah acara pernikahan ini selesai. Suatu tawaran menarik, jadi aku akan tetap bertahan apapun yang terjadi. Sekalipun harga diriku terus menerus diinjak-injak sejak tadi. Aku janji tidak akan melawan noona, sampai bayaranku dilunasi.

"Hah ... apakah pernikahan selalu menggugupkan seperti ini? Aku sudah mengunyah tiga permen, tapi perasaan gelisah ini tidak mau pergi"

Noona kembali bicara. Aku ingin menjawab, tapi takut salah. Alhasil aku diam saja. Toh, disini juga ada eomma dan beberapa anggota keluarga lainnya. Jadi ya sudah, siapa tahu ada di antara mereka yang ingin menjadi relawan teman bicara noona.

"Tenang saja. Semua orang memang akan grogi di pernikahannya. Toh, ini juga kan yang kalian berdua inginkan. Disatukan, lalu tidak bisa dipisahkan. Sarang"

"Tapi tetap aja imo, ini lihat tangan aku gemetar terus dari tadi"

"Wajar kok. Namanya juga grogi. Nanti pas jalan menuju altar, genggam tangan Jisung yang kuat aja. Jisung kalau tangannya dipegang erat-erat, gwaenchana?"

Aku yang masih takut disalahkan lagi sama noona, hanya bisa menjawab pertanyaan imo dengan senyuman yang tipis.

"Nanti setelah noona kamu menikah, kamu kapan mau menyusul?"

Entah mendapat ilham darimana, samchon tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang tidak masuk akal. Ayolah. Kata menikah bukanlah kata yang sederhana. Kata menikah ada, dikarenakan ada beberapa kata lain yang mendahuluinya.

Satu kata sebelum kata menikah adalah kata tunangan. Lalu satu kata sebelum kata tunangan adalah kata pacaran. Kemudian satu kata sebelum kata pacaran adalah pendekatan. Dan satu kata sebelum kata pendekatan adalah kata perkenalan.

Jangankan kata menikah, kata perkenalan saja belum terlihat jelas di dalam kehidupanku yang sebentar lagi akan memasuki angka dua puluh dua.

"Jisung belum terpikir sampai kesana. Dia masih mau buat bangga eommanya. Sebagai pengganti appa, dia mau jaga eommanya. Iya kan, adeul?"

Eomma mengambil alih alur pembicaraan, membuatku merasa lega karena kini aku bisa tersenyum dengan lebar. Meski tidak sepenuhnya benar, tapi aku setuju dengan perkataan eomma.

Soal menikah atau cinta, aku memang belum pernah memikirkannya. Tetapi alasannya, aku juga tidak terlalu bisa memahaminya. Apakah itu karena ingin membahagiakan eomma, karena posisiku di keluarga adalah sebagai pengganti appa yang sudah meninggal. Atau memang ada alasan lain yang tidak bisa aku gali lebih dalam.

***** 

A new case
An unforgettable case
I'm falling for your fatal attraction

*****

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Case 143 ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang