WWT - 6

4 3 0
                                    

"mama." panggil Harin.

"iya sayang?"

"aku ga mau menikah." 

Hening, Anna langsung berfikir, apa tadi Harin mendengar semua pembicaraannya dengan Henry?

Dari raut wajahnya Anna paham, keadaan hati Harin sedang tak baik. Saat tadi pergi ke butik untuk mengambil baju, Harin terlihat sangat bahagia tetapi saat kembali mukanya berubah menjadi sendu.

"kenapa?"

"kita ga tau apa yang terjadi nanti kan? Aku ga tau apa apa soal pernikahan, apa aku bisa jadi istri yang baik nantinya?" Anna mendengarkan semua keluh kesah putrinya dengan seksama.

"lalu apalagi yang kamu takuti?"

"engga ada lagi kok, cuma itu." jawab Harin berbohong, sebenarnya banyak yang ia takuti dan salah satunya adalah yang mama bicarakan tadi.

Anna meraih lengan putrinya kemudian menatap mata Harin dengan lekat "sayang dengar ya, kita emang ga pernah tau apa yang terjadi di masa depan nanti. Entah itu kebahagian atau kesedihan, semuanya pasti akan datang secara bergilir."

Harin yang tadinya menunduk kini berani untuk menatap mata sang ibu "maaf karena mama udah bilang begitu tadi, mama harusnya buat kamu yakin kalau pernikahan ga selalu seburuk itu. Mama harap kamu ga berfikir seperti itu karena sekarang... mama udah buang pikiran itu jauh jauh."

Sekilas terukir senyuman tipis di wajah Harin, dia akan menjadi yakin jika orang orang di sekitarnya meyakinkan.

Anna terkekeh pelan ketika Harin tersenyum, senyuman ini membuat hatinya tenang.

"ya ampun, mama masih ga nyangka kamu bakalan nikah. Dion pasti pria yang sangattt sangat baik!"

"aku juga berharap begitu!" jawab Harin menanggapi ucapan Anna.

Tangan Anna membelai rambut putrinya, selamanya Harin akan terlihat seperti anak anak di matanya.

21.00

Bulan menampakkan dirinya. Besok sore Harin dan Dion akan bertemu untuk yang ketiga kalinya.

Sungguh Harin kesulitan untuk tidur saat ini karena jantungnya terus berdebar dengan kencang.

Tangannya meraih handphone yang berada tepat di sebelahnya, mata Harin mencari cari nama Jena di sana. Dia juga perlu menyalurkan kebahagiaan ini kepada teman dekatnya, Jena.

"halo Jena!"

"malam Harin, gimana kabarnya? Udah makan? Kok belum tidur?" baru saja Harin menyapa Jena tetapi gadis itu malah langsung melontarkan banyak pertanyaan.

"udah makan kok! Ehm Jena udah makan?"

"ini lagi makan, kenapa? Tumben banget telepon malam malam."

"Jena ehm— kamu tau kan kalau besok aku bakal, tunangan?"

"JIAKHH TAU DONG, ASTAGA RIN! JANGAN BILANG KAMU GA BISA TIDUR GARA GARA INI??" reaksi Jena terdengar begitu heboh.

Harin tertawa ketika mendengar Jena yang heboh "iyaa, jantung aku ga bisa pelan detaknya. Besok kira kira gimana ya..?"

"Harin dengerin yaa! Kamu harus tidur jangan sampai ga tidur sampai besok pagi, kamu harus tetep fresh besok!" 

"Jena kamu ada rekomendasi lagu yang romantis?"

"ADAA MAU BERAPAA?!!" Harin sampai menjauhkan handphone itu dari telinganya, Jena benar benar berisik tetapi hal itu membuat Harin tertawa.

when we're together | Doyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang