WWT - 7

2 3 0
                                    

Ruangan besar itu sudah terhiasi dengan bunga bunga putih, bahkan jika masuk ke sana kalian bisa mencium wangi bunga yang begitu semerbak.

Lusa, hari bahagia yang di nanti nanti kedua pasangan. Baik Henry ataupun Darren keduanya sama sama sibuk menyiapkan acara pernikahan ini.

"jadi akan ada berapa tamu nanti??"

"saya mau pernikahan ini jadi pernikahan yang tertutup. Kayanya cuma akan ada dua ratus tamu dan itu ga boleh lebih."

Darren mendengarkan dengan seksama penjelasan Henry, yaa sebenarnya dia tak keberatan tetapi bukankah akan terlihat lebih keren jika orang orang tau bahwa putranya menikah dengan anak seorang ceo?

"ahahaha baik kalau begitu, nanti saya akan beri tau jumlah tamu yang akan saya undang."

"baik, kalau begitu terima kasih."

Tut..

Darren langsung menghela nafas panjang ketika sambungan telepon sudah terputus.

Dion yang berada di sebelah papanya langsung menoleh ketika mendengar helaan nafas yang begitu berat "kenapa? Capek ya?" tanyanya.

"kita ga bisa ngundang banyak orang, Henry cuma punya dua ratus kursi buat para tamu. Itu artinya tamunya sedikit dan papa cuma boleh ngundang seratus orang."

Dion menggangguk anggukan kepalanya dengan pandangan yang fokus ke arah laptop ketika Darren bicara "gapapa, lagian juga tamu ga penting penting banget." jawab Dion menanggapi.

Darren melamun lalu dia menghela nafas kembali, memang tamu bukan hal yang begitu penting tapi tetap saja dia WTP.

Disisi lain, di sana Harin, Jena dan Anna tengah sibuk melihat lihat gaun pernikahan untuk Harin nanti.

Sudah tiga kali Harin berganti baju dan sejauh ini dia belum menemukan yang cocok. Padahal Jena dan Anna berulang kali sudah mengatakan bahwa Harin terlihat cantik jika memakai baju apapun. Namun pujian mereka tak berpengaruh sama sekali, Harin tetap saja merasa tak percaya diri.

Hingga pada akhirnya Harin mencoba gaun kelimanya, dia merasa sedikit percaya diri menggunakan ini "bagus ga?" tanyanya pada mama dan Jena.

Keduanya langsung mengangguk anggukan kepala sebagai tanda setuju dengan pendapat Harin.

"bagus ini simple banget jadi nanti kita bisa nonjolin perhiasan yang mewah!" seru Anna.

Harin kembali memandangi bayangan dirinya yang berada pada cermin besar itu, dia merasa cantik kali ini.

"coba deh tanya Dion ini bagus ga?" saran Jena yang kemudian di angguki oleh mama.

Harin langsung menggelengkan kepala dengan kukuh, dia malu jika harus menunjukkan ini kepada Dion.

Walau Harin tak setuju, Jena dan Anna tetap menghubungi Dion lewat handphone Harin. Sepertinya saat ini Harin hanya bisa pasrah, lagipula mungkin saja Dion sibuk dan tak akan mengangkat telepon.

Tut.. Tut... Tut..

"iya Harin kenapa?"

Deg...

Jantung Harin langsung berdegup kencang ketika mendengar suara Dion, gawat pria itu ternyata mengangkatnya. Harin pikir Dion akan sibuk di situasi seperti ini.

"Dion ini tante."

"ohh halo tante, ada apa yaa telepon?"

"tunggu ya Dion, menurut kamu ini cantik gaa??" Anna mengubah kamera handphone Harin menjadi kamera belakang agar Dion bisa melihat gaun yang akan calon istrinya pakai di hari pernikahan mereka nanti.

when we're together | Doyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang