XIV. Pitaloka 9

78 1 0
                                    

Singkat cerita aku diterima di Universitas negeri yang terkenal di Yogyakarta , dan usaha ibu juga maju , pertama kali buka warung , hanya aku dan ibu yang berkerja diwarung , sekarang ibu sudah punya 3 orang karyawan yang membantu ibu , satu orang laki -laki dan 2 orang perempuan , ketiga orang karyawan ibu adalah orang yg rajin dan sangat sikap serta cekatan dalam berkerja, hari -hari kami lalui dengan ceria dan penuh semangat, tak terasa 4 tahun berlalu dan kuliahku juga telah selesai , di acara wisudaku , ibu dan keluarga besar ayahku datang menghadiri , ibu menangis haru ketika melihat aku memakai toga.

Perjuangan ibu sungguh luar biasa membesarkan dan mendidik serta menyekolahkanku, seminggu setelah aku di wisuda, kejadian duka kualami lagi, ibu tiba -tiba ambruk dan tak sadarkan diri di warungnya , aku yang saat itu lagi dirumah setelah di khabaribsalah seorang karyawan ibu, segera menuju rumah sakit tempat ibu dibawa, sampai di depan pintu UGD aku , aku disambut dengan tangisan dan pelukan mba Surti karyawan ibu , ternyata ketika aku dalam perjalanan menuju rumah sakit ,ibu telah menghembuskan nafasnya.

Aku merasa langit runtuh , duniaku hancur ,tiba - tiba saja aku pingsan tak sadarkan diri .
Ketika aku sadar dari pingsanku aku berada dalam dekapan Bu de , semua keluarga datang dan berusaha menenangkan ku,
jenazah ibu , langsung dibawa pulang kemudian sorenya dimakamkan ditanah pemakaman keluarga , selama tujuh hari di rumah diadakan acara tahlilan , keluarga dan tetangga silih berganti mengucapkan bela sungkawa, aku pada saat itu seperti tidak punya raga, badanku lemas , air natakupun sudah tidak bisa mengalir, sekarang aku sebatang kara.

Akibat kesedihan yang kualami akupun mengalami sakit, dan syukurlah Bu de dan pak de beserta anak - anak nya datang merawatku, mereka selalu menghiburku.
Setelah kesehatanku membaik, aku mulai berpikir akan kemana arah dan tujuanku sekarang, Pak de dan Bu de menyarankan aku tetap di Yogyakarta saja, sambil melanjutkan usaha warung ibuku, apalagi di Yogyakarta masih banyak saudara yang akan menemaniku, entah kenapa aku seperti ingin sekali meningalkan yogyakarta, ketika aku dirumah , aku selalu ingat akan ibu dan tiba -tiba aku menangis, hal itu hampir setiap hari terjadi meskipun ibu sudah empat bulan meningalkan ku.

Akhirnya setelah merenung dan berpikir lama , aku memutuskan kembali ke Jakarta, aku berniat mencari perkerjaan disana.

Tapi belum sampai niatku kuwujudkan , ke esokan paginya rumahku didatangi seseorang yang selama ini berusaha aku lupakan, mas Surya datang pagi itu , wajahnya masih setampan yang ingat , ketika dia berdiri didepan pintu rumahku , aku hanya terpana dan tidak bisa berucap apa -apa , aku tersadar ketika aku sudah berada dalam pelukan mas Surya, tiada kata yang bisa terucap dari bibirku , hanya tangisan yang mampu kukeluarkan , mas Surya pun ikut menangis.
Ada rasa tenang dan damai ketika aku berada dalam dekapan mas Surya, rasanya beban yang kutangung selama ini seakan sirna begitu saja, pelukan kami terlepas ketika ku dengar suara Bu de memangilku,
"Pitaloka , siapa tamunya ini , kok ngga dikenalkan ke bu de , kenapa ngga di suruh duduk ".
Aku hanya bisa tersipu malu dan segera kukenaljan mas Surya pada Bu de.
" Ini mas Surya Bu de, baru datang beberapa menit yang lalu , mas Surya ini Bu de ku " . mas Surya mengulurkan tangannya serta mencium tangan Bu de .

 Cinta Dan DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang