"Gue cuma demam biasa. Ga perlu khawatir berlebihan kak!" ucap Fashakira datar dengan wajah pucatnya.
"Gimana gue ga khawatir, Mama sama Papa lo aja lagi pergi keluar kota, ya gue tau ada Bi Tina tapi kan tetep aja gue khawatir Ca, mending kita ke dokter. Lo ngerti kan maksud gue?"
Baru pertama kali seorang Arvino Danendra merasakan khawatir berlebihan pada Fashakira.
Dia tidak mau hal itu terjadi lagi pada Fashakira, dia ingin Ca miliknya tidak telat makan ataupun terlalu kelelahan itu membahayakan fisiknya, Fashakira merasa dirinya kuat. Namun kenyataannya tidak seperti itu.
Saat ini mereka berada di depan kelas gadis pemilik rambut sebahu yang tak lain adalah Fashakira, entah informasi dari siapa lelaki itu tiba-tiba mendatangi ruangan itu.
Melihat itu, teman Fashakira segera memberikan ruang untuk keduanya mengobrol untung saja koridor disana sudah sepi hanya beberapa saja orang lalu lalang meninggalkan gedung SMA BHINNEKA.
"Kita pindah ke depan kalo gitu, ga baik disini udah sepi yang ada nanti lo malah kerasukan." Niat hati ingin membuat lelucon supaya Fashakira terhibur namun wajah lelaki itu datar tanpa ekspresi membuat gadis itu makin kesal.
Tanpa perdebatan lagi keduanya berjalan ke arah parkiran motor dan setelahnya meninggalkan gedung itu.
Tidak ada percakapan apapun yang menemani perjalanan mereka kali ini. Hening, gadis itu sedang mengamati jalanan menuju rumahnya.
Lembayung senja sedikit terlihat, ya dia sangat menyukai senja. Bagi beberapa orang senja diartikan sebagai patah hati namun dibalik itu semua senja adalah pancaran jingga yang membuat hati mereka tenang.
Entah saat kapan dirinya menyukai senja yang pasti dia berharap akan menemui Arunikanya untuk menggantikan semua rasa sakit yang dia rasakan sampai detik ini. Dan waktu pagi adalah jatuh cinta baginya.
Dia terlalu menghayati setiap rona yang dimiliki lembayung senja sampai tidak terasa bahwa sekarang dia berada didepan gerbang tinggi menjulang tepat dirumahnya.
"Makasih ya kak udah nganterin gue terus beberapa hari ini, mau masuk dulu ga?" tawarnya setelah melepas helm milik Arvino.
"Iya, gue haus banget nih lumayan kan dapet minum gratis," selorohnya.
"Kalo cuma minum se kulkas penuh kak, mau makan juga boleh biar Bi Tina yang masak." tukasnya.
"Gue maunya lo yang masak." finalnya.
"Udah deh kak, mending masuk dulu nanti kepanasan kena matahari loh." Padahal tidak ada celah untuk matahari menerangi mereka berdiri gadis itu hanya tersipu mendengar tutur Arvino.
Mengingat masa itu membuat dia tersenyum namun sebisa mungkin dia menutupi hal itu.
Kini, keduanya sudah berada di ruang tamu. Menonton film bergenre romantis dan juga tangan mereka tidak lepas dari keripik kentang yang kemasannya sudah tersebar diatas meja begitu pula dengan minuman kaleng turut menemani keseruan mereka saat ini.
Lama kelamaan jarak mengikis diantara kedua manusia itu, tanpa disadari lengan mungil Fashakira menelusup ke dalam lengan kekar Arvino.
Arvino tersenyum penuh arti saat Fashakira melakukan hal itu, entah terbawa alur cerita atau ini memang kesempatannya saja.
"Eh sorry kaaak,gu-"
"Ssst udah diem."
Pandangan yang beberapa saat terpaku kini menatap layar televisi yang terpampang di depan mereka saat Arvino kembali fokus ke arah itu.
Fashakira dibuat salah tingkah saat Arvino mendaratkan kepalanya ke bahunya itu tanpa melepaskan tautan lengan mereka.
Semoga saja ini awal kebahagiaan mereka atau mungkin malapetaka membawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT
Teen FictionWaktu berjalan begitu cepat seakan ini adalah mimpi bagi Fashakira dan masa lalunya adalah hal yang harus dihindari. Dia dipertemukan kembali dengan manusia yang begitu memporak-porandakan isi hatinya. Keadaan lah yang membuat dirinya menjadikan se...