07. Jaket

23 6 0
                                    

Indonesian piano school inauguration invitation- Oliver Alaric.

Dress code: black

Untuk satu detik Crystal menatap undangan bermotif gold itu. Perkataan lelaki yang baru ia kenal beberapa hari lalu tiba-tiba terlintas di otaknya. Tentang Oliver Alaric, sang pianis terkenal sekaligus inspirator terbesarnya yang kata Jeandra adalah kakeknya.

Benarkah?

Crystal tidak heran karena Crystal sendiri pernah mengikuti kompetisi piano yang diselenggarakan oleh lelaki itu. Tepatnya di Kanada-satu tahun lalu.

Terlepas dari omongan Jeandra beberapa hari lalu, Crystal memang berniat menghadiri undangan tersebut. Bahkan, ia sudah siap dengan long black dress miliknya. Tak lupa dengan heels warna senada.

Gadis itu sudah siap dengan penampilannya dan hendak membuka pintu apartemen sebelum dering notifikasi mengurungkan niatnya.

CNN, Jakarta: Hana Sarasvati, seorang model terkenal yang menetap di Berlin terbang ke Indonesia untuk menjenguk suaminya yang diketahui akan melakukan transplantasi jantung.

Setelah membacanya sekilas, Crystal langsung menutup ponselnya. Tanpa membuang waktu ia segera melaksanakan niatnya yang tadi urung. Gadis itu menampilkan seulas senyum hambar.

"Kali ini drama apa lagi?" monolognya.

Sembari berjalan menuju elevator, Crystal melihat arloji di pergelangan kirinya. Rupanya jam sudah menunjukkan pukul 7 malam sementara acaranya akan dimulai pada jam 8.

Ketika sudah berada di lantai bawah, langsung saja Crystal menuju basemen. Membetulkan letak sling bag-nya lalu berjalan ke arah mobil civic warna hitam. Namun sebelum benar-benar sampai, langkahnya tiba-tiba terhenti ketika sebuah pajero warna putih mendarat di depannya.

Crystal mengangkat alisnya.

Perempuan yang baru saja diberitakan kini muncul di hadapannya. Rambutnya panjang serta dirinya mengenakan long dress warna merah. Menampilkan lekuk tubuhnya.

"Crystal Sevanya. Gimana kabarmu?"

Sementara Crystal membuang muka. Diiringi oleh senyum miring.

"Mau ke mana kamu berpenampilan rapi seperti ini?"

"Peduli apa?" Crystal bahkan bersedekap dada.

"Saya pikir kamu udah tau alasan saya datang ke sini."

"Formalitas, kan? Harusnya gak usah dateng aja kalau cuma sekedar mau mencuri atensi publik," ujar Crystal.

"Bukan seperti itu, Crystal."

"Apa?"

Hana Sarasvati kelihatan tak berkutik. Tetapi saat otaknya benar-benar buntu, yang bisa ia lakukan hanyalah mengalihkan pembicaraan. Berusaha meredam rasa jengkel terhadap Crystal.

"Saya tanya sekali lagi kamu mau ke mana?"

"Sebuah acara. Berkaitan sama piano."

Hana tak merespons. Sedangkan Crystal tahu betul kalau sudah menyangkut piano, mama-nya tidak pernah peduli.

Maka yang terjadi selanjutnya adalah Hana mengalihkan pembicaraan lagi. "Kamu tidak pernah mengunjungi Papa? Apa kamu sudah tahu kalau Papa akan melakukan transplantasi jantung, Crystal?"

"Saya nggak tau dan nggak mau tau." Crystal melihat arlojinya. "Maaf, saya buru-buru-"

"-besok makan malam sama saya."

-

"Ra, lo tau Bagaskara gak sih?"

Satu tegukan es teh telah Nayara loloskan. Sebelum akhirnya melahap mie ayam Mba Sisi yang kelewat nikmat. Bibirnya bergetar menahan pedas. Sementara hidungnya memerah bak tomat.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang