Cahaya kristal di langit kota Elven bersinar terang layaknya bintang. Sinar putih nan indah bersinar sejuk menembus kaca jendela di sebelah tempat tidurku. Cahaya remang-remang menerangi kamar yang gelap. Walau masih terasa sulit untuk melihat, namun ini lebih baik dari sebuah kamar tanpa cahaya sedikitpun. Ranjang yang sangat empuk menjadi tempatku melepas lelah, selimut besar nan hangat memeluk tubuhku, ruangan besar nan luas menjadi kamarku. Aku menatap ke langit-langit kamar dan melihat penutup lampu yang tepat berada di atasku hampir terlepas. Aku takut untuk tidur di bawahnya, namun aku juga tidak memiliki tenaga lagi untuk bergerak. Hal-hal yang terjadi sepanjang hari ini menguras banyak energi dan membuatku lelah.
"Semoga saja tidak jatuh menimpaku" Itu adalah hal yang kupikirkan semenjak aku terbangun di tempat ini. Hal terakhir yang kuingat adalah Ryoba yang memelukku dengan sangat erat sampai-sampai aku tidak bisa bernafas. Aku juga bertanya-tanya apakah Ryoba yang memindahkanku ke kamar ini.
Lamunanku terhenti ketika aku merasakan sesuatu yang mengganjal dan bergerak-gerak di atas pahaku. Aku langsung menarik benda itu keluar dari selimut dan memegangnya di atas telapak tanganku. Benda panjang layaknya tali tebal berwarna hitam dengan ujung berbentuk seperti hati membuatku bertanya-tanya.
"Apa ini? Bagaimana bisa ada disini? Ini terlihat seperti ekor, namun mengapa ujungnya berbentuk seperti hati?" Karena penasaran aku tanpa ragu mengusap dan memainkan ujung benda yang terlihat seperti ekor itu.
"Kyahh~ Ja-jangan melakukan hal i-ituu" Suara desahan seorang wanita memecah kesunyian malam. Aku tersadar bahwa suara itu berasal dari bawah selimut yang ada disebelahku. Meski samar-samar, aku mampu melihat bentuk selimut yang menggembung menandakan ada seseorang disana. Aku mengambil nafas dalam-dalam dan bersiap membuka selimut itu. Aku lalu menarik selimut dengan perlahan...
"HUAAA!!! APA YANG KAMU LAKUKAN DISINI?! MENGAPA KAMU TIDAK MEMAKAI BAJU?!"
"Hoahmm~ Aku tidak bisa tidur memakai baju karena itu panas dan membuatku risih" Ternyata orang dibalik selimut itu adalah Ryoba. Dia akhirnya bangun dan duduk disebelahku. Tubuhnya hanya diselimuti selembar selimut. Selimut yang menjadi penghalang antara mataku dan tubuhnya. Meskipun tertutup, aku masih bisa melihat lekuk tubuhnya yang sangat menggoda.
"Ti-tidak bukan itu masalahnya!! Apa yang kamu lakukan disini?!"
"Araa~ kamu lupa? Tadi siang kamu pingsan dan aku terpaksa menggotongmu ke kamar ini. Karena kelelahan aku akhirnya memutuskan untuk tidur menemanimu. Bukankah harusnya kamu berterimakasih karena seorang ratu sepertiku mau menolongmu dan kamu bahkan bisa tidur disebelah tubuhnya yang indah sedang tidak memakai busana ini?" Ryoba menjawab dengan santai.
"MEMANGNYA SALAH SIAPA YANG MEMBUATKU PINGSAN?!" Aku menyahut perkataan Ryoba dengan nada kesal.
"Maaa ma~ yang sudah berlalu biarlah berlalu hehehe. Ngomong-ngomong Alex, bukankah kamu terlalu berani menyentuh bagian sensitif seorang wanita sepertiku? Kamu bahkan mengelus-elus ekor indahku... Kyaaa~ Alex ternyata nakal"
"I-itu tidak sengaja, aku tidak tau kalau yang ku pegang adalah ekormu. Kumohon maafkan aku" Aku meminta maaf kepada Ryoba sembari menundukkan kepala.
"Ara~ itu bukan masalah besar, yaa.. mungkin aku hanya terkejut saja. Ini pertama kalinya bagian tubuhku itu disentuh seorang pria dan rasanya sangat jauh berbeda seperti saat aku menyentuhnya dengan tangan sendiri"
"Tunggu sebentar... apa tadi kamu bilang ini pertama kalinya bagian sensitifmu disentuh oleh seorang pria?!" Aku terkejut dengan perkataan Ryoba
"Uhn... Itu benar, kenapa kamu terlihat sangat terkejut?"
"Ahh itu... aku pikir kamu telah berpengalaman dengan hal-hal seperti itu. Karena dari bentuk ekor itu... bukankah kamu adalah Succubus?"
"HAAA!! AKU BUKAN WANITA MURAHAN!!! MENGAPA KAMU BISA BERPIKIR SEPERTI ITU!!!" Ryoba menjawab dengan kesal.
"Go-gomen... Aku minta maaf..."
"Tapi... aku merasa tidak masalah jika denganmu Alex" Ryoba tiba-tiba mendorong tubuhku kembali berbaring ke atas ranjang. Dia tanpa ragu menduduki perutku dan meletakkan dadanya diatas dadaku. Ini pertama kalinya aku merasakan sensasi seperti ini, sesuatu yang cukup berat namun terasa begitu empuk menahan dadaku.
"A-Apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!!" Aku berusaha memberontak agar terlepas dari Ryoba. Aku merasa jika ini diteruskan maka sesuatu yang berbahaya akan terjadi.
"Moo~ Padahal aku sudah berbaik hati memberimu hal ini... Aku memilihmu untuk mengambil kesucianku, kenapa kamu justru menolak? Aku pernah membaca bahwa pria tidak akan menolak kesempatan seperti ini" Ryoba berusaha membuatku diam, tangannya menahan bahuku dengan cukup kuat.
"Aku tidak pantas mendapatkan ini.. Lagi pula kita baru saja bertemu dan kita bahkan tidak memiliki hubungan yang spesial"
"Araa~ kucing kecil yang sangat keras kepala, nampaknya aku harus sedikit memaksamu. Alex~ tolong lakukanlah denganku, kumohon~" Mata Ryoba bersinar, warna ungu dimatanya berubah menjadi cahaya pink halus yang membentuk simbol hati. Aku menyadari bahwa Ryoba menggunakan Skill unik yang hanya dimiliki oleh para Succubus.
Leporem Oculos atau mata pemikat adalah skill unik yang hanya dimiliki oleh Succubus. Skill ini memungkinkan pengguna untuk membuat mangsanya diam tak bergerak dengan kesadaran yang masih utuh. Skill ini biasa digunakan oleh Succubus untuk membuat manusia diam tak melawan sehingga proses pengambilan sari kehidupan dapat dilakukan tanpa kesulitan.
Tubuhku tidak bisa bergerak, hanya mata dan mulutku yang mampu kugunakan. Aku berusaha sekuat tenaga namun hasilnya sama saja, aku tidak mampu menggerak-kan ataupun menghilangkan skill ini.
"Jaa~ Itadakimasu~" Ryoba mendekatkan wajahnya. Dia sedikit memajukan bibirnya, bibir berwarna merah alami tanpa polesan Lipstick terlihat jelas. Bibir yang sangat seksi itu semakin dekat dengan tujuannya. Aku hanya bisa pasrah menerima apa yang akan terjadi kepadaku. Aku memejamkan mata, dan menyiapkan hati.
*DUKK*
"AHHH SAKIT!!!" Ryoba berteriak menahan sakit.
Suara teriakan Ryoba mengagetkanku. Aku membuka mata untuk memeriksa apa yang terjadi. Alangkah terkejutnya aku melihat Ryoba yang sedang tertunduk karena kepalanya kejatuhan penutup lampu. Bersamaan dengan itu sihir Ryoba perlahan menghilang, aku mampu menggerak-kan tubuhku seperti biasa. Aku mengambil kesempatan itu dan langsung turun dari ranjang. Aku melihat Ryoba yang sedang memegang kepalanya dan menahan sakit. Tanpa pikir panjang aku langsung mengambil langkah seribu menuju keluar kamar.
"ALEXX!!! JANGAN KABURR!!!" suara Ryoba perlahan mulai tak terdengar bersamaan dengan jarakku dan kamar yang cukup jauh. Aku terus berlari dan berlari hingga aku sampai di luar istana.
"Ventus Rimor" aku mengucapkan mantra. Angin berhembus di bawah telapak kakiku dan mulai mengangkat tubuhku. Aku melangkahkan kaki di udara hingga berhasil melewati gerbang istana yang cukup tinggi. Untungnya saat ini sedang tidak ada penjaga yang berpatroli. Aku mendarat tepat didepan gerbang. Aku lalu berlari tak tentu arah hingga akhirnya terhenti disebuah gang sempit yang buntu. Aku mengambil nafas sedalam mungkin untuk mengisi kembali paru-paruku dengan udara. Rasa lelah masih menggerogoti tubuhku.
"TERIMA INI!!" Sebuah pukulan keras menghantam wajahku. Tubuhku terlempar ke arah dinding. Rasa lelah kini berganti sakit, wajah dan punggungku terasa akan hancur.
"HAJAR!!" Beberapa orang demon mengelilingi tubuhku, mereka mulai menendangku dengan keras berulang-ulang kali. Perut, dada, punggung, leher dan kepala tidak luput dari tendangan mereka. Aku merasakan sakit yang luar biasa besar.
"Hentikan!! Kalian akan membuatnya cepat mati. Biarkan aku sedikit bersenang-senang" Sebuah suara yang tidak asing ditelinga menghentikan serangan para demon. Aku mengarahkan pandangan menuju suara itu, seorang pria perlahan melangkah keluar dari gelapnya jalan.
"Selamat malam Alexander" Aku terkejut bukan main saat mengetahui siapa pria yang sedang berdiri di hadapanku.
"U-UDOR!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
What Would You Do If Your Girlfriend Was A Succubus..??? [ END ] ( Book 1 Of 3 )
RomantikElven city, siapa sangka aku akan mendapat sesuatu yang sangat menarik saat pertama kali tiba di tempat ini. Apakah ini sebuah kesalahan? Ataukah sebuah takdir? Aku akan menjaganya dengan segenap tenaga, akan kubuat dia tertawa dan suatu saat nanti...