* Bangkitnya Kekuatan *

34 4 0
                                    

     Amarah tak lagi tertahan, gejolak dalam dada semakin meronta-ronta. Aku menatap tajam kearah Udor, tak ada lagi hal lain didalam kepalaku. Tujuanku sekarang hanyalah satu, membunuh orang yang menyakiti Ryoba dan mengeluarkan kami dari sihir dimensi ini. Aku mulai melangkahkan kaki, dengan tatapan terkunci aku perlahan mendekati Udor.

     "JA-JANGAN MENDEKAT... Tenebris Fluctus!!" Udor menembak-kan gelombang kegelapan kearahku. Aku tak memperdulikan apa yang dilakukannya, aku hanya fokus untuk membuatnya berada dalam jangkauan pukulanku. Tanpa perlu melakukan apa-apa, lingkaran sihir dengan mantra penetral sihir berpindah dari punggung menuju ke bagian depan tubuhku. Gelombang kegelapan yang ditembak-kan oleh Udor menghilang sesaat setelah menyentuh lingkaran sihir itu.

     "Ti-tidak mungkin, siapa sebenarnya kau... ALEXANDER!!!" Udor terus menerus mengeluarkan sihir kegelapan andalannya kearahku.

     "Percuma saja, kau bahkan tidak akan mampu mengenaiku, sehelai rambut pun tidak"

     "Kalau sihir biasa tidak bisa melukaimu, aku hanya perlu menggunakan sihir pencipta untuk membunuhmu. Creator!!!" Besi berukuran besar dan berujung lancip keluar dari bawah tanah, besi itu melesat dengan cepat kearah dadaku. Aku menyilangkan tangan di depan dada berusaha menahan besi yang akan menghujam dadaku.

     "MATILAH!!! DASAR SAMPAH!!!" Udor berteriak bangga layaknya seseorang yang sudah sangat yakin akan kemenangannya

*THRINGG*

     "Percuma saja Udor, seperti yang sudah ku katakan sebelumnya. KAU TIDAK AKAN BISA MELUKAIKU!!" Lingkaran sihir dengan mantra penguatan melindungi tanganku, sihir itu melapisinya seperti sebuah perisai. Aku lalu menggenggam besi itu dan benda itu langsung hancur layak nya pasir padat yang diremas menggunakan tangan.

     Udor berjalan mundur ketakutan, tubuhnya bergetar tak karuan, kakinya tak lagi menapak dengan kokoh dan matanya terlihat seperti akan melompat keluar. Akhirnya dia telah sampai di penghujung jalan, punggungnya menabrak dinding dan tak ada lagi tempat untuk melarikan diri. Tubuhnya kini juga telah melemas tanda kehabisan energi sihir.

     "Ini tidak mungkin terjadi... Ini semua pasti hanyalah mimpi!!!" Ucapnya.

     "Kalau begitu, ini akan menjadi mimpi paling menyakitkan sekaligus mimpi terakhirmu" Aku berdiri tepat di hadapannya, aku mengepalkan tangan mengambil ancang-ancang untuk memukulnya. Lingkaran sihir penguatan, percepatan, pengisian sihir dan percepatan aktifasi sihir melingkar di tanganku. Keempat lingkaran sihir itu membentuk layaknya gelang yang berputar mengelilingi lenganku.

     Penguatan berfungsi untuk menambah Damage pukulan hingga sepuluh kali lipat. Percepatan berfungsi untuk meningkatkan kecepatan pukulan hingga tak mungkin dihindari. Pengisian sihir berfungsi sebagai pemberi tenaga tambahan agar pukulan yang kulayangkan memberi efek mematikan. Percepatan aktifasi sihir berfungsi untuk mempercepat siapnya sihir untuk digunakan, sihir yang harusnya di Charge selama dua puluh detik kini telah siap dalam lima detik

     "Bersiaplah Udor" Aku berdiri tegak dihadapannya.

     "TIDAK TIDAK TIDAK!!! MAAFKAN AKU. AKU BERJANJI TIDAK AKAN MENGGANGGU KALIAN LAGI. KUMOHON MAAFKAN AKU!!!" Udor memohon dengan panik. Air mata dan ingus membanjiri wajahnya. Tubuhnya semakin bergetar hebat karena rasa takut akan kematian yang amat besar.

     "Selamat tinggal... Udor"

*SHRAKK*

     Sebuah lubang besar terbuka, tanganku menembus dada Udor dan langsung menghancurkan jantungnya. Darah segar keluar dari berbagai tempat seperti mulut, hidung, bagian bawah mata, telinga dan tidak lupa dadanya. Darah segar menetes dan ada juga yang menyembur mewarnai dinding di belakang Udor. Tubuhnya tak lagi bernyawa, kilau di matanya telah menghilang. Udor kini telah tewas.

    "Beristirahatlah Udor" Aku menarik tanganku dari dalam tubuh Udor. Aku menghentak-kan tangan untuk menghilangkan sisa darah yang menempel pada tanganku. Sihir dimensi perlahan memudar hingga akhirnya menghilang. Aku bergegas membalik badan dan langsung menghampiri Ryoba. Aku mengangkat dan menggendong tubuhnya dalam pelukanku.

     "Apa kau baik-baik saja? Apakah ada bagian yang sakit?" Aku bertanya untuk memastikan keadaan Ryoba baik-baik saja.

     "Uhnn... Aku baik-baik saja. Lihatlah dirimu, kau sedang babak belur namun lebih memilih bertanya tentang keadaanku. Kau sungguh berbeda Alex" Ryoba memeluk tubuhku dengan erat, dia menyandarkan kepalanya di dadaku.

     "Jaaa~ saatnya pulang, Ryoba" Aku menggunakan Ventus Rimor untuk menerbangkan kami pulang menuju istana.

     "Hey!! Bolehkah aku bertanya? Apakah kamu serius saat mengatakan bahwa kamu mencintaiku?" Ryoba menanyakan itu saat kami sedang berada di udara.

     "Yah, tentu saja" Aku memberikan senyuman hangat kepadanya. Ryoba membalas senyumanku dengan senyum lain yang lebih indah dan menenggelamkan kepalanya dalam dekapanku.

     Akhirnya kami sampai di istana. Kami perlahan turun dan mendarat dengan selamat tanpa adanya masalah. Aku yang masih menggendong Ryoba perlahan berjalan mengantarnya kembali ke kamar. Sesampainya di dalam, aku langsung menduduk-kan Ryoba di atas ranjang.

     "Nee~ aku punya sebuah pengakuan. Se-sebenarnya aku juga... mencintaimu!! Ku mohon jadilah kekasihku, Alexander" Ryoba meraih tanganku dan menggenggamnya dengan erat. Aku melihat ketulusan dimatanya, tidak ada keraguan apalagi kebohongan disana. Tanpa keraguan aku segera menyetujui permintaan itu.

     "Aku juga mencintaimu. Aku mencintaimu melebihi diriku sendiri, aku bersumpah untuk membuatmu bahagia, senantiasa tertawa, dan aku juga bersedia menjadi kekasihmu, Ryoba" Aku menutup jawabanku dengan senyum tulus. Ryoba tersenyum gembira, matanya terpejam dengan kepala yang sedikit miring ke arah kanan. Senyuman yang menghangatkan malam menjadi penutup hari.

     "Sebenarnya aku juga memiliki pengakuan"

     "Apa itu? Katakan saja tak perlu malu"

     "Sebenarnya aku sangat kelelahan dan sebentar lagi akan tumbang"

     Kesembilan lingkaran sihir kini telah menghilang dari tubuhku. Rasa lelah luar biasa langsung membebani tubuhku. Aku tak mampu menahannya lagi, dalam sekejap tubuhku langsung ambruk tak sadarkan diri.

     "HEEE?! ALEXXXX!!!"

What Would You Do If Your Girlfriend Was A Succubus..??? [ END ] ( Book 1 Of 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang