* Ikatan *

29 4 0
                                    

     Sinar hangat nan terang menembus jendela layaknya matahari. Siapa sangka sebuah tempat yang berada tiga ribu meter dibawah tanah juga memiliki siang dan malam yang persis sama dengan milik manusia. Aku terbangun dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai kain pun melilit tubuhku, hanya selembar selimut hangat yang menutupinya. Aku bangun dan duduk diatas ranjang memandang keluar jendela.

     "Selamat pagi... Apa kamu sudah merasa lebih baik sekarang? Moo~ kau membuatku khawatir sayang" Sepasang tangan melingkari leherku. Aku bisa merasakan sesuatu yang mengganjal namun begitu lembut sedang menekan punggungku.

     "HUAAHHH RYOBAA!!! APA YANG KAMU LAKUKAN?!" Ryoba memelukku dari belakang, kami sama-sama tidak menggunakan sehelai kainpun untuk menutupi tubuh.

     "Ara ara~ Bukankah ini hal yang wajar bagi pasangan untuk tidur bersama?" Ryoba mengatakan hal itu dengan santai menggunakan nada yang sangat menggoda.

     "Pa-pasangan? Apa maksudmu?"

     "Hummph sepertinya kamu lupa, bukankah tadi malam kamu bersedia menjadi kekasihku?" Setelah Ryoba mengatakan itu, ingatan tentang kejadian kemarin malam kembali teringat. Aku kini telah mengingat semua kejadian yang terjadi.

     "Tu-tunggu sebentar, bukankah saat tidak sadarkan diri aku masih menggunakan baju? Mengapa sekarang aku telanjang bulat?"

     "Ahh tentang itu, setelah kamu pingsan aku menarikmu naik keatas ranjang. Aku melihat tubuh dan pakaianmu sangat kotor, ada noda tanah dan darah yang mengotorinya. Jadi aku melepaskannya dan aku juga tidak lupa sedikit membersihkan tubuhmu dengan handuk basah. Yaaa kira-kira begitulah ceritanya" Ryoba tersenyum seperti hal yang dilakukannya itu biasa terjadi.

     "Itu berarti... Ka-kau melihat semuanya?"

     "Uhnn... semuanya"

    "Benar-benar semuanya?!"

     "Se~ Mua~ Nya~" Ryoba memberikan tatapan yang entah mengapa terkesan seperti orang yang telah menemukan tambang emas. Aku menyadari maksud tatapannya itu, dia telah melihat bagian paling memalukan yang ada pada tubuhku.

     Aku menutup wajah dengan kedua telapak tangan untuk menyembunyikan rasa malu. Saat masih tinggal bersama ibu dan ayahku, aku sangat berhati-hati saat sedang mandi dan menggunakan handuk. Aku bahkan tidak mengizinkan ibuku melihat bagian itu, namun kini seorang wanita yang masih asing terlebih lagi seorang ratu berhasil melihatnya. Rasa malu yang luar biasa membuatku seolah ingin mati saja.

     "Hey hey, apa kamu baik-baik saja? Wajahmu memerah, apa kamu sakit?" Ryoba nampak khawatir dengan kondisiku.

     "Wajahku tidak memerah karena sakit, aku hanya malu kau melihat tubuhku" jawabku dengan nada lemah menahan tangis.

     "Sudahlah, bukankah itu hal yang wajar untuk melihat tubuh pasanganmu sendiri? Dan tak perlu takut, sepertinya itu akan muat kepadaku" Ucapan terakhir Ryoba mengejutkanku. Aku sebenarnya tidak ingin melanjutkan pembahasan ini, namun untuk memastikan maka aku bertanya kepadanya.

     "Apa maksudmu?"

     "Yaaa kau tau... Muat untuk masuk kedalam tubuhku~" jawabnya sembari menggigit lembut telinga rubahku.

     "HEEE!!! A-APA YANG KAU BICARAKAN?!" Aku terkejut bukan main saat mendengar jawaban Ryoba. Aku melepaskan pelukannya dan sedikit menjauhkan tubuh. Ryoba melompat menerkam dan berakhir menduduki tubuhku, dia menahan tanganku di samping telinga. Dia mendudukiku dengan kuat untuk memastikan tak ada celah untuk melarikan diri.

     "Sayang~ Apa kau tidak mencintaiku? Aku ingin memberikan sesuatu yang berharga milikku kepadamu, tetapi kamu terlihat tidak terlalu perduli dengan jabatan ataupun kekayaan. Karena itu~ aku akan memberikan kesucianku padamu, Sayang~" Ryoba menggodaku, tubuhnya kini menindihku. Dadanya yang lembut menekan dadaku dan pahanya menjepit pinggangku dengan cukup erat. Bau mawar mewarnai udara, bau tubuh seorang wanita dewasa menjadi pengundang nafsu pria. Leher Ryoba terlihat sangat seksi, aku ingin menggigit dan menciumnya. Rambutnya yang wangi membuatku ingin menghirup bau itu langsung dari kepalanya. Namun aku masih tidak berani untuk melakukan itu, aku dan Ryoba baru saja bertemu, dia adalah ratu sedangkan aku hanyalah iblis biasa, pikiranku dipenuhi banyak sekali pertimbangan dalam satu waktu.

     "Ahhmm~" Ryoba menggigit dan menghisap lembut telinga rubahku. Sontak saja hal itu membuatku terkejut, tak hanya bagi wanita, telinga juga merupakan sebuah bagian sensitif bagi pria.

     "Ahhnn! Jangan lakukan itu, kamu tidak seharusya menyentuh apalagi menggigit bagian itu!" Meski aku telah melarangnya, Ryoba nampak tak peduli dengan perkataanku dan terus melancarkan aksinya. Dia terus menghisap dan menjilati telingaku. Aku mampu merasakan lidahnya yang lembut, basah dan juga hangat berulang kali masuk ke dalam telinga ku.

     "Hen..tikan! Aku..mohon!" Rasa nikmat memenuhi tubuhku dan membuatku sulit untuk berbicara. Meski begitu aku terus berusaha agar Ryoba menghentikan aksinya.

     "Slurp~!! Dasar pria yang tidak jujur, kau mengatakan itu namun tubuhmu mengatakan hal yang berbeda. Dasar kucing kecil yang merepotkan~" Ryoba menarik lidah dan kepalanya. Air liur masih menempel disana menghubungkan telingaku dan lidahnya layaknya sebuah jembatan. Aku menghela nafas, jika diteruskan mungkin pikiranku akan kacau. Aku mendengar nafas Ryoba yang berubah menjadi berat. Nafasku dan nafasnya saling bersahut-sahutan, nafas kami menjadi berat layaknya orang yang selesai berolahraga.

     "Nee Alex~ Hihihi, tataplah mataku. Kumohon~" Aku tanpa sadar menatap mata Ryoba. Pupil mata pemikat bersinar terang, bersamaan dengan itu tubuhku menjadi kaku tak dapat digerak-kan. Skill ini sangatlah berbahaya, tidak ada satu mahluk pun yang mampu melawannya. Dikisahkan bahwa skill mata pemikat mampu membuat monster tipe bencana seperti Kraken, Cerberus, bahkan Hydra bertekuk lutut. Itulah mengapa Succubus sering menjadi senjata utama saat perang besar terjadi.

     "Kucing pintar~ Yosh yosh. Onee chan akan membuatmu merasa nikmat, walaupun ini juga adalah pengalaman pertama bagiku" Ryoba menggigit bibir bawahnya, gerakan yang terlihat sangat menggoda akhirnya memancing nafsuku. Ekornya berkibas kesana dan kesini layaknya ekor anjing saat diajak bermain oleh majikannya.

     "Uhhn!!!" Ryoba tersenyum nakal kepadaku setelah menyadiri sesuatu sedang menyentuh ekornya.

     "Ara ara~ Tubuhmu ternyata begitu jujur ya. Tubuhmu bahkan telah siap untuk melakukan sesuatu yang lebih dari ini. Kau bahkan sudah sekeras ini" Ryoba terlihat sangat senang saat mengetahui tubuhku merespon rangsangannya. Dia sedikit menaikan tubuhnya dan bersiap untuk menikmatiku.

     "Jaa~ Itadakim-"

     "HENTIKAN!!!" Sebelum Ryoba melakukan hal yang lebih berbahaya aku segera menghentikannya. Hal ini ternyata berhasil, entah karena terkejut atau hal lain Ryoba menghentikan niatnya.

     "Nande... mengapa sangat sulit untuk membiarkanku melakukannya? Ternyata benar... kamu tidak mencintaiku.." Ryoba menjawab dengan nada lirih penuh kekecewaan. Ryoba tertunduk diam, wajahmya tertutup oleh rambut panjang layaknya pagar yang menutupi rumah.

     "Aku tidak pernah berpikiran seperti itu, bagiku dirimu adalah sosok yang sangat sempurna. Aku mengagumi kebaikanmu, kecantikanmu dan semua tentangmu"

     "BOHONG!!! KALAU BEGITU KENAPA?!" Ryoba membentak-ku, suaranya sedikit serak karena menahan tangis.

     "Alasan itulah yang membuatku ingin menjagamu. Aku ingin menjaga kesucianmu hingga saat yang tepat. Hubungan seperti itu harus dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai dan diikat oleh sebuah pernikahan" aku menjelaskan dengan sesingkat, sepadat dan sejelas mungkin agar Ryoba tidak kebingungan.

     Ryoba mengangkat kepala menatapku dengan tatapan senang, senyum bahagia terukir di wajahnya. Ryoba melepas efek sihirnya, tubuhku bisa digerak-kan. Tanpa basa-basi aku mengambil posisi duduk dan langsung memeluknya. Tanganku melingkari tubuhnya mulai dari pinggang hingga punggungnya. Karena kami tidak mengenakan baju, aku bisa merasakan bersentuhan langsung dengan kulitnya.

     "Ja-jadi kita harus menikah dulu?"

     "Itu benar sayang. Jika saat itu tiba, mari kita saling berbagi cinta dan membangun sebuah keluarga yang bahagia" aku mengelus rambutnya, Ryoba yang berada dalam pelukanku menenggelamkan kepalanya di dadaku. Aku memeluknya dengan erat, aku berharap kami bisa melakukan ini sedikit lebih lama.

     "Alex... Aku mencintaimu"

     "Aku juga mencintaimu, Ryoba"

What Would You Do If Your Girlfriend Was A Succubus..??? [ END ] ( Book 1 Of 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang