4.| Bayangan Asing

215 65 17
                                    

✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿⁠

  "Samar-samar kurasakan keberadaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  "Samar-samar kurasakan keberadaannya. Seperti tangis dalam kesunyian, tangis yang kemudian hilang disapu kegelapan malam."

  A novel by Ad_ebintang 🌟

___________________________

  "Hmm?" suara itu. Aluna terisak ia sontak mengangkat dagunya menatap kearah sumber suara. Ia tau itu adalah sebuah isyarat untuk menyampaikan pertanyaan balik, sebuah isyarat yang meminta ia untuk mengulangi pertanyaannya. Namun melihat situasi, Aluna lebih memilih untuk mengalihkan pembicaraannya. Berharap Isabella dan yang lainnya tidak memikirkan hal yang macam-macam terhadap dirinya.

"Ahh. Tidak ma, lupakan saja!" seru Aluna dengan sengir lebar di wajahnya.

Beruntung, kini semua orang terlalu asik menikmati makanan, sehingga tak satupun perlu repot-repot untuk menanyakan kembali retoris Aluna beberapa detik lalu.

Makan malam yang begitu canggung, bahkan seekor tokek pun enggan untuk berbunyi. Semua orang tak bergeming, tak satupun di antara mereka yang menatap sembarang. Suara jam lonceng terdengar berdetak lebih keras. Seolah mengisyaratkan bahwa waktu terus berjalan.

Aluna mulai bosan, melihat makanan yang tidak habis-habis, sedang dirinya sudah sangat kenyang. Matanya kini mulai beralih cepat, lebih tepatnya manik matanya beralih ke kanan lalu ke kiri mengikuti lantunan suara detak jam.

Menyadari Aluna yang enggan mengangkat garpunya lagi, Alhandra seakan mengerti. Ia tersenyum kecil, diiringi hembusan nafas panjang. "Una," panggilnya membuat Aluna menoleh cepat kearahnya.

Aluna menatap Alhandra penasaran, dengan mata mengedip dua kali cepat.

Alhandra meletakan garpunya, dengan senyum yang lebih hangat ia mulai berbicara. "Ayah, punya teka-teki untuk mu," katanya, seolah tau bahwa Aluna benar-benar sedang bosan.

Awalnya Aluna kebingungan, matanya menyipit kecil bingung dengan apa yang di katakan Alhandra. Benarkah pria ini bisa memberi teka-teki? Ahh kurasa itu tidak mungkin! Racau Aluna dalam benaknya. Ia benar-benar memandang sebelah mata ucapan Alhandra. Sebelum kemudian pria itu mengucapkan teka-teki-Nya.

"Nah, aku adalah sebuah penghantar yang baik, semua orang senang kalau ada aku, terlebih di tempat yang sukar mereka lalui, tapi mereka tak pernah mengajakku, mereka pergi meninggalkanku, setelah menginjak ku... Apakah aku?" ujar Alhandra tampak lebih bersemangat mengakhiri katanya.

Sesaat setelah pertanyaan itu berakhir, Aluna sontak terdiam. Matanya membulat penasaran, jujur saja ia tidak tau jawabannya. Ia tertunduk dua menit lamanya berpikir keras apa yang harus ia jawab. Pikirannya berkelana terus mencari-cari sesuatu yang menurutnya logis untuk di jadikan sebuah jawaban teka-teki ini.

ALLETHEA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang