Genre : Fiksi remaja, drama, romantis, angst.
***
Mika percaya bahwa sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal. Termasuk kebahagiaan dan kesedihan. Maka dari itu, Mika selalu yakin kesedihannya pasti berlalu, dan tergantikan oleh kebahagiaan.
Namun...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mika dan Nevan sampai di rumah Arki. Kelihatannya, rumah itu sepi. Tanpa menghubungi atau permisi dulu, Nevan main nyelonong masuk ke dalam rumah seperti rumah sendiri. Mika hanya mengikutinya dari belakang.
Bahkan sampai di dalam rumah mewah itu pun, masih terasa sepi, hingga sampai'lah Mika di lantai dua. Nevan sudah terbiasa berada di rumah itu. Makanya ia langsung membuka pintu kamar Arki tanpa mengetuk.
"Ki! Lo kok gak ...."
Perkataan Nevan tiba-tiba tergantung saat melihat kehadiran seorang gadis yang tengah memberikan satu suapan bubur pada Arki. Sedangkan Arki hanya bersandar dengan wajah pucat di headboard ranjang.
Mika memanjangkan lehernya untuk bisa melihat ke dalam kamar Arki, tapi tetap saja tubuh Nevan yang jangkung tak bisa ia jangkau.
"Tumben lo dateng pas gue sakit? biasanya juga males lo jenguk gue," sahut Arki yang belum sadar akan kehadiran Mika.
"Van, minggir napa!" protes Mika.
Dengan perasaan yang tidak enak, Nevan memberi ruang untuk Mika agar bisa melihat Arki. Nevan sudah melirik Arki dengan tatapan bersalah karena sudah membawa Mika tanpa bilang terlebih dahulu.
Arki tampak terkejut ketika melihat sosok Mika yang berdiri di ambang pintu. Tak bisa Mika membohongi dirinya sendiri bahwa ia juga sedikit terkejut melihat seorang gadis berada di ruangan ini dengan Arki. Hanya berdua.
Namun, Mika mencoba untuk berpikir positif meskipun kaki dan lidahnya sudah kaku. Mika bingung harus bagaimana untuk menyapa Arki. Pasalnya, cewek yang bersama Arki sekarang begitu sangat dekat dengan pacarnya.
"Mika? Lo kok gak bilang-bilang kalo mau dateng?" Arki berusaha untuk terlihat biasa saja, meskipun terlihat kikuk.
Sedangkan Nevan sudah membuang napasnya lewat mulut dengan terasa berat karena tidak tega melihat ekspresi Mika sekarang. Makin canggung saat Mika meliriknya sekilas sebelum melirik Arki lagi.
Mika hendak berbalik untuk keluar dari kamar tapi Nevan malah menahan tangannya. "Mik! Lo udah ada di sini. Jangan pergi gitu aja."
Mika melirik Nevan dengan tatapan datar. Sedikit dendam dan ingin marah, tapi Mika tetap menahannya. Kenapa marah? Karena Mika merasa Nevan membawanya di waktu yang salah.
"Mika!" panggil Arki. Mika menoleh tanpa menyahut. "Lo gak mau tanyain kondisi gue sekarang?"
Mika menghela napas pelan. Pada akhirnya, Mika menghampiri Arki dengan langkah yang berat. Mika disuguhi oleh senyuman manis yang gadis itu berikan.
"Mika, kenalin dia anak-."
"Hai, kenalin gue calon tunangannya Arki, Freesia, panggil aja frisy." Gadis anggun itu menjulurkan tangannya di hadapan Mika.