Nautikal

35 17 2
                                    

Luka yang mengundang Guittara untuk menawarkan pundaknya menjadi tempat sandaran terhangat untukku.

25 Maret 2017

Ternyata sudah 2 tahun sejak aku menerima undangan pernikahan dari seseorang yang benar-benar aku cintai saat itu.
Hari-hari ku selanjutnya tidak seburuk itu dan tidak ada kata terpuruk, justru luka itu membawaku ke dalam pelukan seseorang yang memanggilku "Nautikal" Nautikal adalah nama tengahku yang memiliki kaitan kuat dengan lautan. Katanya karena dia pertama melihatku saat sedang berada di sebuah kapal laut. Namaku sepertinya menuntun takdir untuk mempersatukan aku dan Guittara.

"Nautikal"Suara Ayah memanggilku yang terdengar dari balik pintu kamarku.

Cinta pertamaku adalah luka abadi berlaku kepada Ayahku pada November 2014 Aku mengetahui fakta perselingkuhannya yang sudah terjalin hampir 2 tahun. Bunda ku benar-benar menggantungkan diri kepada Ayah karena Bunda adalah anak tunggal dengan kedua orang tua yang sudah meninggal. Bunda benar-benar mencintai Ayah sehingga apapun yang Ayah perbuat, Bunda selalu menerima dan memaafkannya kembali. Tak bisa dipungkiri walaupun Ayah berkhianat tapi dia selalu baik kepada Bunda dan aku. Terkadang aku melupakan fakta bahwa Ayah adalah seorang pengkhianat karena kebaikannya.

"Iyaa"Aku keluar dari kamar dan menghampiri Ayah.

"Sudah makan?"Tanya Ayah kepadaku. Itu adalah topik favorit Ayah.

"Belum, aku mau makan siang di luar sama Guittara. Pamit ya, Yah" Aku menyalami tangan Ayah dan berlalu meninggalkan rumah.

Hari ini belum ada janji atau apapun dengan Guittara, itu hanya alasan agar bisa keluar dari percakapanku dengan Ayah. Walaupun kejadiannya sudah 3 tahun yang lalu tapi masih membekas. Aku masih ingat bagaimana terpukulnya bunda hari itu. Bagaimana rasa sakitnya, aku masih bisa mengingatnya hingga hari ini. Sejak hari itu Ayah hanya pulang beberapa kali dalam satu tahun dan hubunganku dengan Ayah menjadi sangat canggung.

Curiga jika Guittara adalah seorang cenayang handal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Curiga jika Guittara adalah seorang cenayang handal. Aku belum mengatakan apapun tapi dia sudah mengerti dan mengajakku makan siang. Guittara selalu protes tentang makanan yang aku inginkan. Takoyaki dan ayam geprek, dua makanan yang sering dan pasti aku makan beberapa kali dalam seminggu. Guittara bilang kalau aku tidak begitu suka mencoba hal-hal baru dan akan mempertahankan apa yang sudah membuatku nyaman tanpa ada niat berpaling ke hal-hal baru. Dia memahami lu jauh lebih baik daripada diriku sendiri.

30 menit kemudian Guittara sampai di halte tempat aku menunggunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30 menit kemudian Guittara sampai di halte tempat aku menunggunya. 20 menit lebih lama karena jarak halte yang lumayan jauh dari rumahku.

"Kenapa di sini?" Tanya Guittara dengan memberikan helm lalu memakainya helmnya padaku.

Selesai dia memakaikan helmnya aku bergegas menaiki motor tanpa menjawab pertanyaannya.

"Ada Ayah yaa?" Sambungnya dengan melihat ke belakang untuk menatapku.

"Iya" Jawabku dengan nada yang sengaja ku perkecil tanda tidak ingin membahasnya lebih lanjut.

"Butuh pelukan?" Tawarnya sambil mengelus lengan ku dengan lembut.

"Aku gapapa, Guittara, cuma laper"Aku berusaha meyakinkan Guittara jika aku baik-baik saja. Aku memang benar baik-baik saja, belum butuh pelukan saat ini.

"Nanti cerita ya, Sayang" Kata Guittara sambil menarik tanganku menuju pinggangnya.

Aku hanya mengangguk tanda setuju dan melingkarkan tanganku ke pinggangnya.

Mint dan geranium menjadi satu dengan mengkombinasikan patchouli yang membuat harumnya menjadi ikonik. Parfum yang Guittara gunakan tidak pernah berubah sejak pertama kali aku dan Guittara bertemu.


Selesai makan siang aku dan Guittara menghabiskan waktu bersama di Taman Kota dengan aku yang bercerita alasan aku ada di halte siang tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai makan siang aku dan Guittara menghabiskan waktu bersama di Taman Kota dengan aku yang bercerita alasan aku ada di halte siang tadi.

Nautikal  || Wenyeol Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang