24. Terkubur Dalam Diam

395 33 0
                                    

TERHITUNG satu minggu setelah IIMS usai, Nathan baru bisa meninggalkan kantornya di waktu yang tergolong masih sore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TERHITUNG satu minggu setelah IIMS usai, Nathan baru bisa meninggalkan kantornya di waktu yang tergolong masih sore. Sebelumnya, ia selalu pulang hampir tengah malam karena harus memantau pergerakan pengajuan kredit ratusan data yang di terima tim nya selama event. Selama itu pula ia benar-benar tidak tahu kondisi di luaran selain urusan kantor. Belasan pesan singkat serta panggilan telepon yang sengaja ia abaikan kini seolah bertumpuk meminta jawabannya.

Panggilan dan pesan itu tentu saja bukan dari customer atau atasannya. Melainkan kebawelan Carissa yang terus menuntutnya untuk mengontrol salah satu cabang toko kue yang Nathan punya. Nathan tahu pasti. Walaupun adiknya kerap mengirim pesan tentang betapa kerepotannya mengurus tiga cabang sekaligus, itu hanya akal-akalan Carissa saja. Padahal, jelas-jelas sudah ada Mama yang dipastikan telah menanganinya dengan baik.

Jadi, teror dari Carissa hanyalah kedok. Kalau gadis itu sedang mengecek kakaknya masih hidup dengan baik atau tidak. Terbukti, di beberapa malam ketika Nathan pulang kerja, kulkasnya yang berisi kotak-kotak makanan yang sudah kosong raib. Berganti dengan beraneka macam lauk pauk khas buatan Mamanya terususun dengan rapi. Meja makannya pun tersaji beberapa macam muffin, roti dan biskuit yang berasal dari toko kue yang ia dan adiknya olah itu. Semua yang Nathan dapati, membuatnya paham. Jika memang begitulah cara Carissa memperlakukannya di balik sikapnya yang tidak pernah ramah padanya selama ini.

Dan di antara puluhan pesan dan panggilan tak terjawab itu, diam-diam Nathan sedikit berharap. Ada satu nama yang selalu ia cek eksistensinya sebelum mengakhiri harinya. Mengintip status whatsappnya atau sekedar melihat sosok yang ia cari-cari itu sedang online atau tidak. Jika biasanya ia melakukan hal bodoh itu pada kontak yang ia beri nama Farabella, kini perhatiannya entah dengan cara apa terlalih sedikit demi sedikit pada gadis bernama Denissa.

Denisnya Sandy

Nama yang tertera di ponselnya itu seolah mati suri. Denis sudah tidak mengaktifkan firtur last seennya lagi. Display picturenya pun tampak tak di ganti oleh pemiliknya sejak pertemuan Nathan kali terakhir di kedai kopi. Mendengar penuturan Sandy padanya tentang keadaan Denis yang baru sembuh dari sakitnya, kadang-kadang timbul rasa khawatir sekelebatan pada pikiran Nathan. Tetapi melihat gadis itu dalam keadaan baik beberapa hari yang lalu bersama Ivan, Nathan kemudian buru-buru melupakannya.

Sudah seharusnya kini ia benar-benar tak ikut campur. Sudah seharusnya Nathan kembali berjibaku pada pelik perjalanan kehidupannya sendiri yang tidak kalah runyam. Oleh karenanya Nathan kini menepikan mobilnya di parkiran sebuah minimarket yang biasa ia sambangi. Minimarket yang tepat bersebelahan dengan tenda warung makan langganannya sejak tiga tahun yang lalu itu.

Seperti yang sudah-sudah, dari kejauhan Ijul terlihat memasang terpal dan spanduk Lele Ijul kebanggaanya. Beberapa karyawannya pun turut membantu, sibuk menata meja dan kursi-kursi plastik berwarna biru agar tertata rapi. Di bawah langit yang belum sepenuhnya berubah menjadi gelap itu, Nathan duduk di salah satu kursi yang letaknya tepat berada di depan etalase dagangan yang Ijul tata dengan rapi. Meletakan ponselnya di atas meja, di susul kunci mobil dan sebungkus rokok yang selalu menjadi pelengkap di setiap acara makannya.

Sweet Escape [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang