Belakangan ini aku berpikir bahwa seperti apa yang dikatakan Jalaluddin Rumi "seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya", mungkin memang kalimat itu hanya merujuk pada satu umat beragama, akan tetapi jika aku perluas itu bisa menjadi "manusia adalah cermin bagi manusia lainnya". Tingkah laku seseorang yang kita benci semestinya itu tidak ada pada diri kita, namun apakah kita benar-benar membenci perilakunya atau malah manusianya?, menurutku hal itu dapat dilihat dari bagaimana ia menilai orang lain atas tingkah lakunya, jika memang tingkah lakunya yang ia benci maka seharusnya hal-hal tersebut tidak ada pada dirinya, namun jika kita membenci tingkah laku seseorang dan hal itu masih ada pada diri kita sendiri, mungkin bukan tingkah lakunya lah yang kita benci melainkan orangnya.
Satu hal lain yang ingin aku sampaikan, "kamu memang memiliki hak untuk melakukan apa yang kamu suka, akan tetapi untuk balasan apapun yang kamu terima, maka kamu pun harus menyukai hal itu". Bagaimana mungkin ketika kamu melakukan hal-hal sesuka kamu, namun kamu tidak mau menerima balasannya, bukankah jika ada sebab, maka akan selalu ada akibat atau balasan yang kamu terima dan itu merupakan hasil dari apa yang kamu lakukan.
Jika kita berada pada posisi yang selalu salah, anggaplah kalian tidak salah jalan, hanya saja kalian belum tahu bagaimana berada pada jalan yang mereka anggap benar. Sesekali pula tidak apa jika kita melenceng dari prinsip kita, bukan apa-apa, hanya saja tidak setiap orang memiliki jalan yang sesuai dengan prinsip kita, dalam hal ini penyesuaian sangat penting untuk kita kedepankan, agar dapat saling menghargai dan bertahan pada posisi yang seharusnya.
Dukungan itu memang penting, tetapi tidak semua yang mendukung memiliki pandangan yang sama dengan kita, tidak selalu untuk menerima, namun rasanya memberikan pun sangatlah penting, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu, penyesuian yang tadi aku katakan menjadi sangat diperlukan. Jika terus saja mengedepankan prinsip, bukankah tidak ada bedanya kita dengan mereka. Memiliki prinsip memang benar, akan tetapi semua itu ada tempat dan waktunya, jika terus-menerus mengedepankan prinsip kita tanpa menyesuaikan keadaannya, bukankah justru itu lebih masuk ke dalam ego. Dalam menyesuaikan diri pun kita jangan terlalu berlebihan, sesuai dengan kapasitas saja. Jika sudah terasa lelah, itu bukan sudah bukan penyesuaian lagi, akan tetapi lebih ke bagaimana kita mencoba menjadi orang lain.
Sulitnya menjadi makhluk sosial,
adalah ketika kita tidak dapat menerima dan mencintai satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berusaha Menjadi Manusia
NonfiksiBeberapa dari kita menyusun dan memilih rencana untuk mimpi dan harapannya. Namun, bagaimana jika mimpi dan harapan itu lenyap? Kenyataan yang berjalan tidak sesuai dengan apa yang kita rencanakan, lalu terbentur dengan berbagai penilaian orang lain...