12 - Do'a dan Rasa
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, ia akan pergi ke pantai bersama Haekal meninggalkan pesta pernikahan abangnya.
Alih-alih ganti baju menggunakan baju pantai yang nyaman, Jeya masih memakai gaun yang sama yang ia pakai tadi siang. Alasannya karena terlalu malas untuk pulang ganti baju dan juga malas untuk membeli baju di perjalanan ke mari. Untung saja hari sudah sore sehingga sinar matahari tidak begitu menyengat di kulit.
Saat mobil sudah berhenti di bibir pantai, Jeya segera melepas sandalnya lalu berlari dengan kaki telanjang ke arah ombak.
Wajah murungnya hilang dalam hitungan detik setelah kakinya menyentuh dinginnya air laut.
"Kal! Sini!" Memanggil Haekal sebentar lalu kembali sibuk bermain pasir dengan kakinya.
Haekal menatapnya dari dalam mobil.
Cantik, lucu, imut, manis. Semua itu ada pada diri Jeya.
Ia melepas sepatunya lalu turun dari mobil. Melirik sekitar pantai sekilas, pandangannya menangkap beberapa pemuda yang berkumpul agak jauh dari tempatnya tengah menatap ke arah Jeya.
Tiba-tiba saja ada perasaan kesal dan tak rela mendapati baby bossnya ditatap penuh minat seperti itu.
Srett!
Jeya yang sedang menunduk memainkan pasir dengan kakinya seketika mendongak.
"Pakai ya, pakaian kamu cukup terbuka buat dipakai di area publik begini."
Jeya mengerjap lalu melirik jas Haekal yang sudah tersampir di bahunya.
"Pakainya yang bener ya jangan cuman disampirin kaya gitu, angin sore di pantai cukup dingin nanti kamu masuk angin."
Awalnya Jeya bingung, tapi kemudian ia tersenyum tipis. "Makasih, Ekal." Ia segera memakai jas tersebut tak lupa mengaitkan kancingnya.
Oh, padahal jas ini sangat pas melekat di tubuh Haekal, tapi kenapa saat dipakai olehnya jadi kebesaran begini.
"Kal?"
Haekal hanya menoleh, menunggu Jeya melanjutkan ucapannya.
"Kayanya selisih badan kita gak jauh jauh amat bedanya, tapi kok jas lo jadi kebesaran gini di gue?"
"Fftt--- kamu lucu pakai jasnya, kaya anak kecil."
"Ck, jangan ngetawain gue kenapa sih!" Jeya sudah bersiap melepaskan jas tersebut dari tubuhnya sebelum tangan Haekal menahannya.
"Jangan dilepas!"
"Dih, suka-suka gue lah! Lagian gue juga tahan dingin kok!"
"Jeya, jangan dilepas." Suara Haekal berubah dalam. Tatapan tajamnya membuat pergerakan tangan Jeya terhenti.
"Baju kamu terlalu terbuka, kamu akan jadi pusat perhatian banyak lelaki kalau kamu melepas jasnya."
Haekal kembali mengancingkan jas tersebut mengabaikan tubuh mematung Jeya di depannya.
"Saya tidak mau kamu jadi objek pantasi oknum-oknum kurang ajar di luar sana. Jadi ... tolong kerjasamanya ya?" Tepukan pelan di kepala membuat Jeya tersadar dari lamunannya.
Hey! Di sini dia bosnya! Kenapa malah Haekal yang sesuka hati mengaturnya.
"Iya."
Sialnya, ia juga tak bisa membantah karena ... Jeya tahu apa yang Haekal lakukan semata-mata memang untuk kebaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WGM 3 - (Bukan) Pura-pura Menikah
Ficção AdolescenteSelamat datang di We Got Married series! WGM berisi tentang tiga lelaki dewasa yang enggan menjalin hubungan serius. Komitmen tentang berumah tangga adalah omong kosong belaka. Tak ada satupun dari mereka yang tertarik dengan itu. Tapi bagaimana ji...