[4] (Not) An Ice Cream Date

1.2K 39 0
                                    

Karina masih menatap pria itu tak berkedip. Dalam otaknya ia sibuk berpikir, bagaimana caranya ia bisa bertemu lagi dengan pria satu ini?

Pria itu berdeham pelan. "Apa kau masih perlu teman untuk bercerita? Aku punya banyak waktu untuk itu."

Tanpa sadar Karina mengangguk. Entah apa yang membuatnya ingin menghabiskan waktu bersama pria yang tiba-tiba menghampiri. Kini dua insan rupawan itu tengah duduk berhadapan dalam keramaian toko es krim.

"Aksara, bagaimana kau bisa berada di sini?" tanya Karina setelah menetralkan keterkejutannya.

Aksara menyeruput kopi yang sebelumnya telah ia beli. "Kebetulan aku sedang ada pekerjaan di sini. Lalu Kenneth menyarankanku untuk pergi ke toko ini. Yah, siapa yang sangka akan bertemu denganmu."

Karina hanya manggut-manggut menanggapi apa kata pria itu. Ia melempar pandangannya ke arah etalase yang penuh dengan es krim. Ah, ia jadi teringat saat masih kecil. Jay sering membawa Karina ke tempat ini untuk sekadar bersantai bersama.

"Wanna get some ice cream?" tanya Aksara membuat Karina memalingkan wajah ke arahnya. "Maybe we should get some. Aku pernah dengar, semangkuk es krim bisa menetralkan suasana hati yang buruk."

"Really?" Karina mengangkat satu alisnya meremehkan. "I'm doubting that."

"Wanna make a bet?" Pria bermata biru itu mengulurkan sebelah tangannya. "Aku bertaruh bisa membuat senyum manismu itu kembali."

Karina tertawa pelan. Apa-apaan pria satu ini? Kenapa dia percaya diri sekali dengan segala ucapannya? Yah, sesekali bersenang-senang, tidak masalah, kan? "Deal!" Karina menyambut uluran tangan pria itu dengan perasaan senang.

"Alright, Aksara. Aku akan menagih janjimu setiap waktu. Buatlah aku tersenyum saat ini juga."

Tantangan itu membuat Aksara menyeringai tipis. Ia suka dengan sikap Karina yang blak-blakan seperti ini. Ah, menaklukan seekor singa betina memang menjadi kebanggan sendiri bagi para jantan.

"Ajakanku masih sama. Ayo, kita makan es krim sekarang juga." Aksara menarik tangan gadis itu hingga membuat Karina kesulitan mengejarnya. "Pilihlah semua rasa yang kau suka. Hari ini, aku yang traktir," ucapnya saat mereka menatap etalase makanan beku tersebut.

Karina menghela napasnya pelan. Hah, pria ini ternyata memiliki hati yang teguh. Mungkin ... sesekali mengerjai pria ini tidak ada salahnya. "Dark chocolate and matcha, please," pinta Karina pada pelayan itu.

Sang pelayan mengangguk mengiakan. Ia kini mengalihkan pandangannya pada Aksara yang masih melihat-lihat beragam jenis es krim di etalase. "Dan untuk kekasih Anda?"

Baik Karina maupun Aksara nyaris tersedak mendengar kata-kata itu. Kekasih? Bagaimana mungkin mereka bisa terlihat seperti sepasang kekasih?

"M-maaf, dia bukan kekasih saya," ucap Karina seraya tersenyum kecut. "Kami hanyalah teman dekat sejak masih kecil."

"Oh, maaf sekali," ucap pria baya itu cepat-cepat. "Saya kira Anda berdua adalah sepasang kekasih. Terlihat serasi sekali. Kalau begitu, bagaimana dengan Anda, Tuan Tampan?"

Hati Aksara yang tadinya mencelos kini berubah lagi menjadi bunga karena kata-kata yang dilontarkan pelayan itu. Serasi. Dia dan Karina terlihat sangat serasi sebagai pasangan. Yah, pengakuan seseorang itu penting, bukan?

"Aku ingin yang sama dengannya," balas Aksara mantap.

Pria baya itu kembali tertawa. "Wah, pilihan yang sangat bagus. Baiklah, saya akan membuat yang spesial untuk teman baik seperti kalian. Silakan duduk terlebih dahulu," ucapnya sambil berlalu dari tempat itu.

Billionaire's DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang