15. Fatal

42 19 15
                                    

Haidar masuk dengan tergesa-gesa, nafas nya memburu, ia kian menyenggol siapapun yang berada disampingnya. Bukan karena mencari ribut, hanya saja saking terburu-buru nya haidar sampai tidak memperhatikan langkahnya.

Ia membuka pintu kelas MIPA 2, kelas kedua teman nya. Tanpa aba-aba Haidar menarik kerah baju Yathan dan menonjok nya. Semua pasang mata menatap 2 sohib ini dengan dengan terkejut, bahkan Juan yang tepat berada di samping nya sempat terdiam dan menatap kedua sahabatnya ini. Juan kaget melihat Haidar yang notaben nya tidak menyukai pertengkaran fisik tiba-tiba datang dan membabi buta.

Juan bangkit dan memisahkan keduanya. Bebarapa teman sekelas nya pun membantu memisahkan mereka. "Kenapa?!" Tanya Juan. Haidar mengacuhkan Juan, ia terus berusaha memberontak agak bisa melampiaskan kekesalan nya terhadap Yathan yang sudah lebam di pinggir bibirnya.

"DAR!" Teriak Juan. "Lu kenapa, anjing?! Jangan kayak gini bangsat, itu temen lu udah bonyok!" Lanjut nya.
Haidar terdiam, nafas nya masih naik turun. Yathan terdiam dan sedikit menunduk.

"Lu tau? Temen lu ini...mutusin pacar nya, ju! Jangan halangin gua buat bonyokin mukanya, kalo perlu gua jedotin palanya!" Ujar Haidar walau masih sedikit ngos-ngos an.

Juan menatap Yathan, ia mengangkat sebelah alisnya menandakan 'apa benar?' Sayangnya Yathan hanya diam dan menunduk.

"Lu gak inget gimana perjuangan lu dapetin dia? Lu dulu janji buat gak main-main sama dia, than. Kalo gini ceritanya lu bakal nambah-nambahin luka Maritsa, than. Pikir dulu kalo mau bertindak, jangan gegabah." Ucap Juan. Ia sedikit menenangkan.

"JAWAB TOLOL!" Teriak Haidar. Haidar melayangkan tonjokan nya lagi ke arah wajah Yathan dan tepat mengenainya.

Sebagian wajah Yathan sudah sedikit memar. Walau Yathan tau Haidar masih menahan sebagian tenaganya, tapi tetap saja itu membuat tulang pipinya terasa sedikit nyeri.

Seorang siswa yang peka lantas dengan kesadaran dirinya berusaha melerai pertengkaran ini. "Tenang, dar. Gak usah bawa bawa kekerasan ya. Udah yok keluar, kita tenangin diri dulu." Ujar nya. Ia membawa Haidar keluar untuk menenangkan diri.

Haidar tidak melakukan perlawanan ketika dirinya dibawa oleh anak itu. Sebelum benar-benar pergi, Haidar membisikan beberapa kata di telinga Yathan.

"Jangan. Lu. Tampakin. Muka. Lu. Didepan. Gua! Gua. Jijik!" Bisik Haidar penuh penekanan.

Hati Yathan mencelos mendengar kalimat tersebut. Selain kehilangan kekasih, nampak nya ia juga akan kehilangan teman.

Setelah melihat Haidar keluar, kini fokus mereka kembali ke Yathan. "Tolong teman-teman buat bubar dan bikin space buat Yathan ya." Ucap ketua kelas. Semuanya menurut dan bubar.

"Bosen?" Tanya Juan, singkat namun menusuk. Bukan, bukan itu alasan nya. Yathan menggeleng.

"Terus kenapa?" Tanya Juan lagi. Yathan tidak menjawab.

"Gua kesel banget sama lu, than. Adat lu gede banget, bangsat. Silent treatment lu kurangin. Lo pikir dengan lu diem semua orang bakal tau masalah lu? Enggak!" Omel Juan.

"Maaf." Ucap Yathan singkat. Hanya itu yang bisa ia katakan untuk saat ini.

"Gak usah minta maaf, mending bersihin sama obatin dulu muka lu."

-----

Setelah bel berbunyi, Yathan langsung merapihkan barang-barangnya dan segera pulang. Sesampainya dikamar ia langsung merebahkan dirinya diatas kasur tanpa mengganti baju dan melepas kaus kakinya. Ia mendekap kepalanya dengan bantal dan ya, ia sedikit menangis.

Under 10.000 Stars | Liu YangyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang