Rasa ini *7

430 23 6
                                    

Happy Reading...
.
.
.
Keesokkan harinya di sekolah...

"Shep.. shep.. tunggu!!" Panggil seseorang yang
berlari-lari menghampiri Shevina yang ternyata
orang itu adalah Rio.

"pake V, Kak Rio. Kenapa kak?" Tanya Shevina
ketika Rio telah sejajar tepat disampingnya.

"Hehe, Nanti pulang sekolah lo ada acara gak?"

Tanya Rio to the point.

Shevina mengernyitkan keningnya pertanda heran.

"Gak salah? Apa jangan-jangan Kak Rio di suruh
sama Kak Acel ya?"

"Gak lah! Mana mau gue bantuin Kak Acel! Mau
yah?"

"Oke deh. Emangnya mau kemana, kak?"

"Makan siang doang kok."

"Ya sudah, nanti kalau sudah bel pulang tunggu
diparkiran aja. Ntar biar aku yang kesana."

"Oke!"

"Aku ke kelas duluan ya, kak. Bye!"
Shevina pun meninggalkan Rio dan berjalan
menuju kelasnya.

Sedangkan Rio tersenyum
penuh kemenangan.

"Lo kalah start dari gue, Kak
Acel!" Gumam Rio pelan.

Disisi lain, sedari tadi Ify ternyata mendengar
semuanya.

Kecuali gumaman Rio. Terdapat rasa
panas menyergap ke hatinya. Ify melihat kearah
Rio yang ingin membalikkan badannya.

Melihat
itu Ify segera berlari dan menuju kelasnya.

***

Acel sedang asyik berdua dengan Nindy di taman
kompleknya.
Sebenarnya Acel ingin mengakhiri ini
semua namun ia bingung bagaimana untuk
memulainya.

"Cel, lihat deh anak kecil itu. Lucu banget!! Gemes
deh aku!" Ucap Nindy sambil memperhatikan anak
kecil yang sedang mengunyah makanannya.

Acel hanya menjawabnya dengan senyuman saja.

"Nin?" Panggil Acel.

"Hmm?"

"Aku mau ngomong sesuatu yang serius sama
kamu."

"Apa?"

Acel perlahan menggenggam tangan Nindy.

"Aku rasa kita cukup sampai disini."

Nindy terdiam dan menatap mata Acel.

PLAKK
sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Acel.

Bukan, bukan dari Nindy. Tapi...

"Irma?" Kaget Acel.

"Jadi ini kelakuan kamu dibelakang aku? Oke
kalau gitu, kita putus! Dasar pemain wanita!
PLAYBOY!" Ujar Irma yang air matanya telah
mengalir.

Lalu ia pun pergi berlari meninggalkan
Acel dan Nindy berdua.

"Maaf." Gumam Acel menjawab pernyataan Irma
tadi.

"Jadi itu alasan kamu untuk putusin aku?
Kenapa? Ada berapa perempuan yang terjebak
sama kamu?" Isak Nindy masih menatap Acel.

"Maaf."

"Aku yang keberapa, Cel?" Tanya Nindy tiba-tiba.

"Kamu tau, tadinya aku ingin mengenalkan kamu
kepada orangtuaku, tapi kamu..." lanjut Nindy
menggantung.

"Bukan idamanku lagi. Aku setuju dengan
kePUTUSanmu. Assalamualaikum."

Ucap Nindy lagi dan pergi meninggalkan Acel sendiri.

Rasa IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang