Chapter 5 : The Sea Monster's Fang

230 25 0
                                    

Kalau pun Vierra membuang hati nuraninya dan menyatakan dengan tegas bahwa dia tidak bersedia membantu Elyan, dia tidak bisa. Kapal Raja Lautan, tempatnya berpijak saat ini, sedang dijadikan mainan oleh monster laut yang disebutkan oleh Elyan sebelumnya. Vierra tak memiliki pilihan lain selain melawan monster itu bersama seluruh awak kapal yang saat ini sedang mempertaruhkan nyawa mereka melawan makhluk mitos itu.

Begitu Vierra melangkahkan kaki keluar ke geladak, tampaknya semua orang sedang sibuk bergelut dengan tubuh panjang sang monster laut yang sedang melilit kapal Raja Lautan. Suara geraman monster berpadu dengan amukan laut di sekitar mereka seperti balada yang mampu meluluhlantakkan dunia. Vierra bahkan tak sempat lagi mengkhawatirkan langit malam yang menjadi gelap gulita tanpa ada satu pun bintang maupun bulan, dan betapa laut seperti berwarna hitam pekat seolah memberi pertanda bahwa ini lah akhir perjalanan hidup mereka. Segala yang bisa dilihatnya adalah kapal Raja Lautan—yang dibuat oleh ayahnya untuk dihadiahkan kepada Ratu Eleanor Winterthur—perlahan mulai hancur akibat monster laut. Tiang-tiang layar patah, lambung kapal retak, kayu-kayu lantai mencuat membuat paku-paku berloncatan lepas dari tempat asalnya dan suara derak kerusakan muncul di sana-sini mengiringi teriakkan putus asa para bajak laut.

Vierra salah. Itu bukan teriakan putus asa. Karena kini ketika dia memperhatikan lebih seksama, para bajak laut menyeringai seperti sedang bersenang-senang sambil menusuk-nusukkan senjata tajam mereka ke sekujur tubuh monster laut yang sepertinya justru kesulitan melepas lilitan tubuhnya sendiri. Para bajak laut berteriak dan bersorak seolah tak takut pada maut di depan mata mereka. Mereka seperti para pendosa menyoraki akhir dunia.

Monster laut itu memiliki tubuh panjang seperti ular dengan sisik yang lebih menyerupai sisik naga berwarna hitam metalik dan berkilau dalam gelap. Setiap sela sisik-sisiknya menyala, berwarna biru elektrik. Sirip-sirip panjang nan tajam mengelilingi wajahnya seolah itu adalah rambut dengan model terkini bagi para makhluk mitos. Sepasang mata menyala merah kirmizi menatap keji ke arah para bajak laut yang sedang menusuk-nusuk tubuhnya tanpa ampun. Sementara monster itu mengeluarkan suara serupa guntur dan membuka mulutnya lebar-lebar, Vierra melihat taring-taring panjang yang dapat membuat taring-taring Serigala Winterthur terkesan bak mainan belaka.

"Itu Jörmungandr." Bisik Vierra—seolah jika dia menyebutkan namanya keras-keras monster itu akan melahapnya hidup-hidup. Dia mengenali monster tersebut melalui gambar-gambar yang pernah dia lihat di buku-buku perpustakaan. "Ular Laut berusia ribuan tahun yang tak bisa dibinasakan."

"Terima kasih atas tambahan informasi yang mencekam itu, Vierra." Elyan bermaksud menanggapinya dengan enteng seperti biasa, tapi dia justru terdengar gusar. Sangat berkebalikan dengan para awak kapalnya yang tampak bersenang-senang melawan sang monster seperti anak-anak yang bermain dengan seekor anjing.

Vierra menggenggam erat pedangnya, siap membantu mereka melawan monster. Elyan, yang ada di sampingnya, menggenggam tangan itu, membuat Vierra secara otomatis melonggarkan genggaman pada pedangnya—lebih karena terkejut karena sentuhan tangan Elyan. Dengan sangat perlahan, Elyan mengambil pedang yang ada di tangan Vierra. Dan sebelum dia sempat protes maupun berkata-kata, Elyan menyodorkan pedang yang sempat Vierra lihat tergeletak di kamar Elyan.

Pedang itu mustahil salah dikenali oleh siapa pun karena sejarah panjangnya. Pedang Raja Zuidlijk—putra pertama Ratu Agung Zhera. Pedang yang sebelumnya dimiliki oleh Grand Duke Leon Winterthur yang konon terbuat dari sisik Naga Api Agung seribu tahun yang lalu.

Vierra mendongak, menatap Elyan. Sorot matanya penuh harap seolah Vierra adalah juru selamatnya. Tanpa mengatakan apa pun, Vierra menerima pedang itu.

Pedang itu terasa pas di tangannya—tidak terasa ringan seperti pedang mainan namun juga tak berat. Konon pedang itu menyesuaikan diri dengan pemegangnya. Jika orang yang memegangnya bukan orang yang dikehendaki oleh pedang tersebut, maka sekuat apa pun orang itu, dia takkan bisa mengangkat Pedang Raja Zuidlijk. Namun jika pedang tersebut mengizinkannya, maka bobotnya akan menyesuaikan kemampuan si pemegang pedang. Pedang Raja Zuidlijk hanya mengabdi pada pemegang sahnya.

Empire Of The Seven SeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang