Chapter 09

22 21 5
                                    

Hari ini Bia merasa sangat sial karena berangkat ke sekolah bersama Angkasa dan teman-temannya, jadinya Bia juga terkena imbasnya. Mereka dijemur di tengah lapangan dibawah terik sinar matahari. Dan ini adalah pengalaman pertama dalam hidup Bia, ini pertama kalinya dihukum.

"Panas banget," ucap Bia mengeluh. Kulitnya terasa terbakar, berdiri dan menghadap langsung ke arah naiknya sinar matahari. Tangan kanannya terangkat berada di dekat pelipisnya, mereka sedang memberi hormat pada sinar matahari yang menyilaukan mata.

"Gara-gara Lo nih," Bia melirik Angkasa yang tampak biasa saja, meskipun keringatnya sudah bercucuran. Sinar matahari pagi katanya bagus untuk kulit, tapi ini terlalu panas dan silau. Rasanya Bia ingin menjerit dan memukul tiga laki-laki yang ada di samping kanan-kiri nya.

"Gara-gara dua orang itu tuh, kelamaan" ucap Angkasa membela diri, membebankan kesalahan pada Angga dan Iqbal yang berdiri di samping kiri Bia.

"Kita gak tau kalau ada Bia yang nebeng sama Lo bego, Lo juga gak bilang-bilang jadi kita ya santai-santai aja kayak biasanya," ucap Iqbal.

"Udah diam! Intinya ini semua gara-gara kalian bertiga," ucap Bia membuat dua laki-laki itu diam, Angkasa dan Iqbal. Sedangkan Angga sedari tadi memang hanya diam, berdiri tepat di samping kiri Bia.

"Bia, pura-pura pingsang kek biar ada alasan buat bawa Lo ke UKS," Angkasa berbisik pada Bia, sedangkan Bia pura-pura tidak dengar namun tetap memikirkan ide dari Angkasa. Kalau berhasil, mereka bisa meninggalkan lapangan dengan cepat. Tapi, kalau gagal? Sudahlah, Bia tidak pintar akting. Bagaimana kalau tiba-tiba dia tertawa, bisa-bisa mereka mendapatkan hukuman yang lebih.

Bia mendekat pada Angga, berbisik. "Angga, Lo bisa pura-pura pingsang gak? Biar kita gak panas-panasan lagi," ucap Bia, sedangkan Angga hanya menoleh pada Bia dengan wajah datarnya. "Lo aja, entar gue angkat," ucap Angga membuat Bia mendengus dengan jawaban Angga.

Bia kembali mendekat pada Angkasa, "Aka, kalau gue pura-pura pingsang terus ketahuan gimana?" Tanya Bia berbisik, tingginya yang hanya sebatas bahu pada Angkasa membuat dia sedikit menjinjit.

Angkasa sedikit menurunkan tubuhnya, mendekatkan bibirnya pada telinga Bia dan berbisik, "Tenang aja, gue gak bakalan biarin ketahuan," ucap Angkasa meyakinkan Bia. "Lo langsung tangkap gue ya, awas kalau gue sampai jatuh ke lantai," ucap Bia, Angkasa langsung mengangguk.

Setelah meyakinkan dirinya berulang kali, akhirnya Bia melancarkan aksinya. Berpura-pura memegang kepalanya lalu memejamkan mata, menjatuhkan tubuhnya dengan lemas. Bia sebenarnya takut, kalau sampai tubuhnya malah membentur ke lantai semen. Pasti akan sangat sakit.

Tapi itu tidak benar-benar terjadi, Angkasa dan juga Angga dengan sigap menangkap tubuh Bia. Sedangkan Iqbal yang tidak mengetahui apapun langsung berteriak dengan panik, "Bia!" Teriaknya.

Angkasa langsung mengangkat tubuh Bia, diikuti Angga dan Iqbal yang membawa empat tas sekaligus. Guru yang sedari tadi mengawasi mereka ikut bergegas mengikuti tiga siswa laki-laki yang membawa Bia ke ruang UKS.

Di atas sana, di lantai tiga. Mata berwarna abu-abu itu tidak berkedip sedikitpun, ada rasa panik dan juga rasa lain yang muncul dihatinya saat melihat kejadian itu. Dia sengaja tidak masuk kelas dan hanya melihat empat orang siswa yang sedang dihukum di lapangan sekolah.

Sedangkan di ruang UKS, Bia sudah sadarkan diri. Bia kan tidak benar-benar pingsan, hanya berpura-pura. Sekarang Bia hanya ditemani oleh seorang siswi yang tadi diminta guru untuk menemaninya. Tiga laki-laki yang tadi mengantarnya sudah di suruh masuk ke kelasnya masing-masing, diantar langsung oleh sang ibu guru karena takut kalau ketiga siswa kesayangannya itu bukannya masuk kelas malah nyasar ke kantin.

Bia bangun, hidungnya terasa peri karena sedari tadi diolesi minyak kayu putih oleh guru dan siswi yang sekarang bersamanya. "Kamu bisa istirahat aja dulu," ucap siswi itu, sepertinya dia seangkatan dengan Bia.

Bia hanya tersenyum canggung, ingat selalu bahwa Bia bukanlah orang yang pandai bersosialisasi dengan orang lain apalagi itu orang yang baru dikenalnya. Daripada mereka berdua hanya merasa canggung di dalam ruangan ini, mending Bia kembali ke ruang kelasnya.

Bia hanya mengatakan kalau dia sudah merasa lebih baik dan ingin kembali ke kelasnya. Bia kemudian mengambil tasnya yang ada di kursi lalu keluar dari UKS, meninggalkan siswi yang tadi. Sepertinya dia baik, sedari tadi terus tersenyum dan memastikan kalau Bia baik-baik saja.

"Bilang apa ya saat masuk kelas?" Bia memikirkan alasan yang kira-kira bisa dia gunakan untuk masuk ke dalam kelas dan mengikuti jam pelajaran pertama. Masih sibuk mencari alasan yang bisa digunakan, tangan Bia tiba-tiba ditarik saat dia baru saja menginjakkan kaki di lantai dua.

Bia ditarik menaiki tangga, pergelangan tangannya terasa sakit karena dicengkeram erat oleh laki-laki yang berjalan di depannya. "Kak, aku mau masuk kelas," ucap Bia namun tidak dihiraukan oleh orang yang menariknya. Bia sedikit meringis saat cengkraman ditangannya semakin erat.

"Kak Axel, sakit," ucap Bia dengan intonasi suara yang tinggi. Mereka kembali ke sini, di rooftop. Mendengar itu Axel yang sedari tadi masih memegang pergelangan tangan Bia perlahan melepasnya, pergelangan tangan Bia tampak memerah.

"Maaf," ucap Axel hendak menyentuh tangan Bia, namun Bia dengan cepat menarik tangannya. "Kak Axel kenapa sih?" Tanya Bia sedikit sewot, sedangkan Axel terlihat menghela nafas lalu menatap Bia. "Kamu gak apa-apa kan? Kenapa bisa pingsan, hm?" Tanya Axel dengan nada suara yang sangat lembut masuk ke dalam telinga.

"Kamu sarapan kan sebelum ke sekolah?" Tanya Axel kembali saat melihat Bia yang hanya diam. Sedangkan Bia langsung merasa salah tingkah, sepertinya diam-diam Axel selalu memperhatikannya. "Sudah sarapan kok sebelum berangkat," ucap Bia pelan.

"Tadi itu cuma pura-pura pingsang aja karena aku, Aka, sama yang lain sudah capek. Cuacanya juga lagi panas banget," ucap Bia menjelaskan. Sedangkan Axel langsung menarik tangan Bia dan menggenggamnya, "Aku sampai panik padahal, takut kamu kenapa-napa," ucap Axel. Sedangkan Bia tersenyum, ada rasa senang dihatinya saat ada yang memberinya perhatian kecil seperti saat ini.

"Bia, aku udah bilang kan kalau teman Aka yang satu itu suka sama kamu," ucap Axel menatap Bia, menunggu jawaban. "Yang mana kak?" Tanya Bia, entahlah dia benar-benar lupa dengan teman Angkasa yang dimaksud Axel atau dia hanya pura-pura lupa

"Angga," ucap Axel. Sedangkan Bia diam beberapa saat lalu menggeleng, tidak tahu atau mungkin pura-pura tidak tahu. "Gak tau," ucap Bia.

"Aku orangnya gampang cemburu, aku gak suka saat orang yang aku suka didekati orang lain, apalagi kalau sampai orang yang aku suka itu juga suka sama orang lain selain aku."

•••••
Haihaihai, aku kembali🐈
Selamat Membaca, jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen 😻

Sampai jumpa chapter selanjutnya 😸

Nightmare ~17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang