"Kau langsung pulang saja. Besok, jemput aku setelah makan siang. Istriku sedang sakit." Titah Ryann setelah keluar dari mobil.
"Baik, tuan muda. Selamat istirahat." Dion mengangguk hormat.
Ryann pun masuk ke dalam rumah. Di dalam ada seorang pelayan yang berdiri dengan siap sedia tepat sebelah tangga menunggu Ryann mendekat ke arahnya.
"Tuan muda maaf, saya ingin memberitahukan mengenai nona muda. Sore tadi nona pergi ke kantornya. Karena ada rapat mendadak. Itu saja tuan." Jelas pelayan itu kepada Ryann.
Ryann berpikir sejenak. Hanya pelayan rumah yang memberitahu kabar tidak dengan orang yang bersangkutan. Ryann menatap lekat pelayan itu.
"Kenapa nona tidak memberitahu langsung?"
Pelayan itu terdiam. Harus jawab apa. Mana pelayan itu tahu kenapa tidak memberitahu suaminya langsung. Pelayan itu pun menjadi bingung.
"Baiklah. Terima kasih." Ryann melenggang pergi naik ke lantai atas melalui tangga.
Pelayan itu menatap aneh dengan Ryann. Belum ia menjawab pertanyaannya. Namun, tuannya itu berterima kasih padanya. Jarang sekali ia mendengar tuannya itu mengucapkan terima kasih pada seorang pekerja di rumahnya.
Dalam kamar Ryann langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Selesai itu, ia memutuskan untuk masuk ke ruang kerjanya.Sudah beberapa hari ini ia tidak ke kantor. Ia sibuk di rumah sakit. Ada beberapa pasien yang kebetulan jadwal kontrol mereka berdekatan. Sehingga Ryann harus menjadwalkan waktu secara khusus untuk mereka.
Karena Ryann membayangkan bagaimana jika ayahnya berada dalam posisi pasien itu. Secara ayahnya menderita penyakit yang dimana sangat serius dan tidak bisa disepelekan.
Kring!, Kring!, Kring!.
Nada dering ponsel Ryann.Ryann melihat layar ponselnya siapa yang menelepon. Tanpa berpikir panjang Ryann pun langsung mengangkatnya.
📞
"Selamat malam Tuan muda Ryann."
"Malam. Ada apa?"
"Maaf tuan. Saya hanya ingin melaporkan bahwa Nona muda Anna tengah berada di bandara. Apakah tuan tahu mengenai hal itu?"
"Periksa database penumpang seluruh maskapai penerbangan hari ini atas namanya."
"Baik tuan."
"Lapor secepatnya!"
"Baik tuan."
📞
Ryann menggenggam erat ponselnya dengan rahangnya yang mulai mengeras. Ia bangkit dari duduknya dan masuk ke kamarnya untuk mengambil jaket hitam miliknya. Lalu, keluar lagi dengan setengah berlari ke bawah.
Kedua manik mata Ryann mencari-cari seseorang. Orang yang ia cari tidak muncul-muncul juga di hadapannya. Langsung saja ia ambil kunci mobil yang lainnya dalam laci ruang tengah.
"Kau kemari!" Tunjuk Ryann kepada seorang pelayan yang tidak sengaja berjalan di hadapannya.
Ryann menatap tajam pelayan itu. Dengan rahangnya yang mengeras. Pelayan itu yang melihat tatapan Ryann menjadi takut. Berpikir kembali dan mencoba mengingat-ingat.
Adakah perkataannya atau cara menyampaikannya atas informasi yang telah diberitahukannya itu yang salah. Jika iya, di bagian mana.
Pelayan itu menghampiri Ryann dengan langkah ragu. Menunduk dengan tangan yang sudah gemetar. Bersiap untuk menerima nada tinggi. Jika, tuannya membentak dirinya karena kesalahan yang telah dia buat.
"Jam berapa dia pergi?!" Ryann dengan suara beratnya dan tegas.
Pelayan itu terdiam. Sempat bingung dan berpikir sejenak. Dia yang dimaksud tuannya itu siapa.
"Jawab!" Bentak Ryann merasa kesal dengan pekerjanya yang berpikir lambat.
"J-jam setengah lima sore, tuan." Jawabnya ragu. Setelah terbesit sudah pasti mengenai Nona mudanya. Namun, jam kepergiannya ia tidak tahu pasti.
"Kau biarkan dia pergi?!" Ryann bertanya lagi dengan suara beratnya.
"I-iya tuan." Jawab pelayan itu takut Ryann marah padanya.
"Bodoh! Panggil Pak Wisnu kemari!" Perintah Ryann kepada pelayan itu.
Bersambung.
Thankquuu yang sudah selesai baca episode terbaruku 💙
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 💜
Jaga kesehatan kalian dan bahagia selalu okkey 💚
See u on the next episode 👋💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Andreana Salma VS Dokter Ryann
RomancePerjodohan demi memenuhi keinginan orang tua. Namun, niat baik tidak berjalan mulus dengan kenyataannya. "Aku tidak ingin menikah. Hanya memuaskan keinginan orang tua saja. Paham?" Ryann. "Aku paham. Tidak perlu memberitahuku, aku pun tidak ingin...