#25 - On Me

380 87 22
                                    

Aku suka minum minuman beralkohol, tetapi aku bukan pemabuk. Tubuhku suka setiap kali aku menikmati wiski atau vodka. Appa juga sering membelikanku wine mahal. Aku terbilang kuat minum. Beda dengan Jaehyun Hyung yang bisa langsung mabuk meski hanya meminum dua gelas soju. Namun, jika aku meminum alkohol terus-menerus, tubuhku memiliki kendali sendiri.

Pada akhirnya, aku menjadi pemabuk seminggu belakangan. Sudah satu minggu sejak aku bertemu Appa terakhir kali di rumah. Tujuh hari berlalu sejak pertemuanku dengan Jaehyun Hyung di Jembatan Mapo. Aku tidak pernah pulang ke rumah dan menjadikan apartemen sebagai tempat mabuk.

Jongin dan Mingyu bukan tidak melarangku. Mereka kerap memarahiku, memaki, bahkan menamparku yang keras kepala. Namun, aku tidak mendengarkan mereka seperti bagaimana aku mengabaikan ayahku. Aku tetap minum berbotol-botol sampai teler, lalu saat bangun, aku kembali minum sampai teler lagi. Terus seperti itu sampai aku lelah dan tidak kuat beranjak lagi.

Selama satu minggu, aku tidak pernah memperhatikan diriku sendiri. Aku hanya memuaskan keinginanku untuk mabuk. Hanya dengan cara itu aku bisa melupakan masalah. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali mandi. Sekarang badanku benar-benar bau. Hal yang kuingat dari rumah ini adalah jumlah makanan yang melimpah di meja makan dan aku selalu menghabiskannya seperti orang kelaparan.

Sejak tadi pagi, aku hanya berdiam di kamar. Biasanya aku bangun untuk mencari minuman beralkohol di kulkas atau di lemari khusus. Namun, aku hanya berbaring lemah di kasur. Menu sarapanku hari ini adalah roti yang disediakan Mingyu di meja nakas sebelum dia berangkat kerja. Saat aku merasa sudah cukup kuat untuk bangun, aku beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sesekali aku harus normal sebelum menggila lagi. Aku menggosok badan sambil berendam cukup lama sampai tubuhku sedikit menggigil. Di saat-saat seperti itu, aku teringat pergi ke sauna bersama keluargaku yang tiba-tiba kenangan itu membuatku muak. Lagi-lagi karena keberadaan seorang wanita dan bayi yang nantinya akan menyempil di antara aku dan Jaehyun Hyung.

Aku buru-buru keluar dari bath up untuk membilas badan di bawah guyuran air hangat sebelum amarahku kembali meledak. Padahal, apa yang aku pikirkan belum tentu terjadi, tetapi aku sudah telanjur sakit hati. Saat aku keluar kamar untuk mencari makanan atau setidaknya hiburan di televisi, tubuhku mematung di depan pintu.

"Lama sekali mandinya? Kau ketiduran lagi, hmm?" Appa tersenyum manis di ruang makan sambil mengupas apel. "Tidak merindukan Appa? Kita tidak bertemu satu minggu ini," katanya disertai embusan napas pelan saat menatapku penuh kesedihan.

"Bukankah aku sudah bilang tidak mau bertemu Appa?" Aku berjalan ke ruang tengah sembari mengeringkan rambut menggunakan handuk kecil. Kunyalakan televisi untuk sekadar mengusir kecanggungan. Aku tahu, kedatangan Appa kali ini akan menciptakan perdebatan karena aku selalu melarang ayah dan kakakku agar tidak datang.

Selama satu minggu, mereka patuh pada laranganku. Aku tidak mengancam. Setiap kali ada yang berani mendekat, aku melukai tubuhku dengan apa pun benda di dekatku. Sampai-sampai sekarang kedua tanganku penuh dengan bekas luka. Namun, kenapa pada akhirnya Appa datang ke sini? Sepertinya Appa memantau CCTV sehingga tahu aku sedang lengah untuk berjaga di pintu dan memanfaatkan kesempatan itu untuk masuk ke sini.

Sial! Seharusnya kurusak semua CCTV di apartemen ini agar Appa tidak datang.

"Bisa kita hentikan perang ini, Nak? Appa tidak bisa hidup tanpamu."

"Bullshit!" umpatku sambil mendengkus kasar. "Appa masih bernapas sampai sekarang, artinya Appa bisa hidup tanpaku." Dadaku bertalu-talu saat mengucapkan kalimat itu.

Entah mengapa pengakuan Appa terdengar tulus. Appa juga jauh lebih kurus dibanding terakhir kali kami bertemu. Aku sempat melihat kantung mata hitamnya membesar. Wajah Appa sangat tirus dan kusam. Namun, sekarang egoku lebih percaya bahwa semua itu karena kesalahannya sendiri yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sakit menjaga mantan istri dan calon anak ketiganya, bukan karena berpisah denganku.

On Me [OSH] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang