Lima

69 40 7
                                    

Happy reading 😁

Malam itu pukul setengah delapan. Seperti biasa Sela tengah menyelesaikan pekerjaan terakhirnya sebelum pulang-mengelap meja. Ia mengelap satu per satu meja sambil bersenandung kecil. Suasana hatinya sedang bagus hari ini. Tapi mood bagusnya mendadak rusak ketika melihat Mikko duduk di bangku yang baru saja ia lap-menatapnya yang sedang membersihkan meja bekas pengunjung. Mikko tak henti-hentinya menatap Sela yang berwajah ceria malam ini. Dilihatnya Sela yang mengelap meja dengan kain lap dan semprotan pembersih kaca? Sedikit aneh bagi Mikko tapi dia tak terlalu peduli.

Sela yang kesal dan risih dengan tatapan Mikko menyemprotkan pembersih yang ia pegang ke tangan Mikko.

"Anj-astagfirullah, kenapa lo semprot tangan gue sih? " Mikko mengeringkan tangannya dengan tisu yang ada di depannya.

"Lo nggak liat gue lagi ngebersihin meja? Siapa suruh tangan lo ditaruh situ, "

"Et dah, kalem dikit napa neng, gue bilangin mama tau rasa lo, " ancam Mikko.

"Sono bilangin sono, gak takut gue, " tantang Sela. Ia kembali meneruskan pekerjaannya.

"Nggak usah ngeliatin gue napa, sih? " Sela semakin risih dengan tatapan Mikko.

Mikko tersenyum menanggapi omelan Sela. Ia memejamkan mata dengan wajah masih mengarah ke Sela.

"Bagus, gitu aja terus sampe besok pagi. " Sela berjalan meninggalkan Mikko.

"Eh... kok jadi gitu konsepnya, " Mikko langsung membuka matanya dan berjalan mengejar Sela.

"Ngapain lo ngikutin gue?"

"Mulai hari ini sampai seterus terus terus terus terus terus terus terus-"

"Langsung ke intinya aja bawel! " Bentak Sela sambil menimpuk mulut Mikko dengan lap yang ia pegang. Berhadapan dengan Mikko benar-benar membuat darahnya selalu mendidih.

"Yaelah jangan galak-galak napa bu, "

Sela memicingkan matanya. Menatap Mikko tajam, " Ngomong apa lo barusan? Coba ulang sekali lagi," Sela mencubit keras lengan Mikko.

"Adohh...adoh.... adoh... ampun Vir sakit... gue cuma bercanda Vir-adowwww..... "

Mikko memegangi lengannya yang memerah akibat cubitan maut Sela. Bisa dipastikan bahwa beberapa jam lagi warna merah itu akan berubah menjadi kebiruan.

"Parah lo Vir, sakit banget ini. " Mikko masih mengelus-elus lengannya.

"Makanya lo nggak usah bikin gue emosi. "

"Ya habisnya lo lucu banget kalau lagi marah-marah, " Ujar Mikko yang sukses membuat Sela kembali mendelik. Seolah berkata apa cubitan barusan kurang keras? "Eehh, enggak Vir enggak, " Buru-buru Mikko menarik ucapannya Sebelum tangan Sela kembali mendarat di lengannya.

Sela mendengus sebelum akhirnya melanjutkan langkah. Tapi lagi-lagi Mikko mengikutinya,"Apaan lagi sih" bentak Sela yang ke sekian kalinya.

"Okey kali ini gue serius daripada dicubit la-"

"Intinya aja Mikko, " Potong Sela gemas bukan main.

Mikko menarik napas panjang. Kok ada ya cewek galak secantik ini,galak aja cantik apalagi kalo kalem,batinnya,"Okey mulai sekarang dan seterusnya gue bakal anter lo pulang, "

Sela mengerutkan kening. Ada apa dengan cowok ini?

"Gue bisa pulang sendiri, " tolak Sela, kembali meneruskan langkah.

"Gue nggak menerima penola-"

Tapi tiba-tiba saja ketika Sela hendak melangkah kepalanya terasa sakit. Dulu ia jarang bahkan tidak pernah sakit kepala. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini kepala sering sakit dan juga fisiknya menjadi mudah lelah.

LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang