Matamu terbuka perlahan, pandanganmu buram oleh cahaya putih yang memenuhi ruangan. "Apa aku di surga?" gumammu lemah, berusaha memahami di mana kamu berada.
"Kau pikir bisa semudah itu merasakan surga?" Suara berat terdengar, membuatmu menoleh ke samping. "Asal kau tahu, aku akan membuatmu merasa seperti di neraka setelah ini."
Di sana, Sakusa duduk di kursi, kedua lengannya bersilang di depan dada, tatapannya tajam menusuk. Kamu hanya menghela napas panjang dan kembali memandang langit-langit dengan nuansa putih. "Aku tidak punya informasi apapun. Aku cuma supir pribadi yang kebetulan punya nasib sedikit lebih baik dari 'mereka'."
Sakusa diam, matanya tetap menatapmu dengan penuh perhitungan. Beberapa menit berlalu sebelum ia bangkit berdiri tanpa sepatah kata, lalu meninggalkan ruangan itu, menyisakanmu sendiri.
Dua minggu berlalu, dan kondisimu kini jauh lebih baik. Dokter akhirnya memperbolehkanmu pulang. Tapi alih-alih kembali ke tempatmu biasa tinggal, Sakusa membawamu ke salah satu rumahnya yang terletak di pinggiran Kyoto. Jauh dari keramaian, jauh dari orang-orang seperti Ushijima.
"Kau mengkhianati bosmu."
Sakusa baru saja memasuki rumah ketika mendengar ucapanmu. Dia berhenti sejenak, mengerutkan dahi, sebelum akhirnya berjalan mendekat. "Aku tidak punya bos... atau atasan, atau apapun yang kau pikirkan," jawabnya datar. "Dan kalau kau cerdas, kau akan menutup mulutmu."
Kamu menyipitkan mata, rasa penasaran menguasai pikiranmu. "Sebenarnya untuk apa semua ini?" tanyamu, mencoba mencari celah dalam sikapnya yang tak tertebak. "Aku tidak punya apapun yang kau inginkan."
Sakusa mendekat, menatapmu dengan intens, tatapannya menusuk. "Kau punya sesuatu," gumamnya dengan suara rendah. "Ada di dalam kepalamu."
Alismu bertaut, kebingungan melandamu. "Aku akan pergi dari sini setelah membayar semua 'kebaikanmu', tapi aku benar-benar tidak punya apa-apa..."
Sakusa menyeringai tipis, senyumnya dingin, "kau masih punya sepasang gunung kembar yang dapat dimanfaatkan, dan gumpalan daging yang terlihat lezat yang tidak akan ada habisnya. " Tatapannya turun pada dadamu, kemudian naik pada bibirmu.
Kamu menaikkan alis. Merasa tidak puas dengan jawaban Sakusa. "Hanya itu? Kamu membawaku kesini hanya karena itu? "
Sakusa menghela napas panjang sebelum membungkuk dan mengangkat tubuhmu dengan mudah. Tanpa banyak bicara, ia membawamu ke lantai atas, masuk ke salah satu kamar, dan menidurkanmu di atas ranjang dengan hati-hati, seolah kamu adalah barang rapuh yang bisa pecah kapan saja.
Kamu mengerjap bingung, mendapati dirinya berdiri memandangmu dalam diam. "Apa?" tanyamu akhirnya, merasa risih dengan tatapannya.
"Kau bau," balasnya singkat, tanpa ekspresi.
"Kau pikir aku tidak tahu?" desismu, menahan diri untuk tidak melempar sesuatu padanya. "Kalau begitu keluarlah! Aku mau mandi."
Alih-alih menuruti ucapanmu, Sakusa malah berbalik dan menuju kamar mandi di dalam ruangan itu. Kamu mendengar suara gemericik air ketika ia mengisi bathtub dengan air hangat, menambahkan sabun cair hingga aroma menenangkan memenuhi udara. Ia kembali menghampirimu, melipat kedua lengannya di depan dada. "Ayo."
Kamu mengerutkan alis. "Aku bisa mandi sendiri, sungguh," katamu seraya berdiri, berusaha terlihat meyakinkan. Tapi langkahmu sedikit goyah, dan kamu tahu itu tidak membantu argumenmu.
"Aku tahu," gumam Sakusa, nadanya ringan namun menusuk. "Tapi aku hanya mau memastikan bayaranku berkualitas."
Ucapan itu membuatmu terdiam. Tatapanmu berubah tajam saat kamu maju selangkah, memotong jarak di antara kalian. "Dengar, Tuan Sakusa. Aku tidak pernah memintamu menyelamatkanku," ucapmu tegas, meski ada sedikit getaran di suaramu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot's Haikyuu Chara x Reader🔞
Fiksi PenggemarHALU RANDOM WITH HAIKYUU CHARA BUT STILL DIRTY JANGAN LUPA VOTE YA CINGTAHH BACA DOANG LU TINGGAL SEKALI KLIK AE SUSAH AMAT VOTE KOMEN JUGA GAUSAH DIFOLLOW GPP DAH EH BOONGAN, FOLLOW YA MANIEZZZ😙❤