Chapter Two: Go Big or Go Home - 1

793 107 4
                                    

Dunia memang tidak adil. Dipandang dari sisi perjuangan, sebagian orang bisa menikmati hidup mereka yang hanya sekali dengan suka cita, tanpa beban, tanpa penyesalan. Sementara sebagian yang lain, punya cerita berbeda. Butuh usaha yang sangat besar hanya untuk mendapatkan hidup satu hari lebih lama. Beban, utang, rasa takut, semua yang buruk menjauhkan mereka dari hidup yang menyenangkan.

Kim Yerim merasa berada di tengah-tengah dua keadaan itu. Dia punya cukup uang: harta warisan yang dia dapat dari orang tuanya dan uang hadiah Heeseung cukup untuk membiayai hidupnya selama beberapa waktu ke depan. Namun dia sendiri tak tahu, sampai kapan uang itu cukup. Satu tahun? Dua tahun? Lima tahun? Kenyataannya dia tidak bisa berleha-leha hanya karena punya banyak uang. Ia harus bekerja.

Keluar dari rumah Heeseung memang merugikan finansialnya. Ia tidak lagi memiliki pendapatan dari pekerjaan di apartemen. Dia juga kehilangan akses untuk berjudi. Karena itu, dia paling tidak harus punya pekerjaan yang bagus untuk menstabilkan kehidupannya saat ini.

Pekerjaan part-time sudah dia kantongi. Ini hari ketiga dia bekerja. Pekerjaannya tak begitu sulit, dan dia tetap bisa berkuliah di pagi hari dan bekerja di malam hari. Membayangkannya saja pasti melelahkan. Apalagi pekerjaan ini tak seperti menjaga kasir yang hanya berdiri dan melayani pelanggan saja. Namun gajinya cukup bagus, lebih baik dari gaji penjaga kasir.

Kuliah akan dimulai minggu depan. Minggu ini dia akan bekerja full-time sekaligus menjalani pelatihan untuk membiasakan diri dengan tugas-tugasnya. Pekerjaan barunya adalah sebagai crew di tempat sewa lapangan futsal. Tugasnya bermacam-macam, mulai dari membersihkan lapangan, membereskan bola, membuatkan pesanan makanan dan minuman serta merapikan kembali ruang loker dan kamar mandi. Ah, terdengar banyak dan melelahkan, bukan? Dia menjadi satu di antara enam pekerja di sana. Ada tiga lapangan yang tersedia, dan paling sedikit mereka melayani tiga kelompok pemain futsal setiap harinya. Jumlah itu berlipat ganda atau bahkan lebih banyak saat akhir pekan. Gaji yang dia dapatkan sebanding dengan pekerjaan yang melelahkan itu.

Yerim sudah mulai terbiasa dengan rutinitas barunya. Memang, kebiasaan itu harus diuji lagi saat ia mulai berkuliah, namun ia yakin kalau ia bisa melakukannya.

Jumat malam bukan akhir pekan tetapi menjadi pilihan yang tepat bagi sebagian orang untuk bermain futsal. Tempat itu memang sebagian besar pengunjungnya laki-laki. Empat dari enam pekerja juga laki-laki. Dia benar-benar terbiasa dengan ini: melihat terlalu banyak lelaki dalam satu kurun waktu.

Yerim serius untuk bermusuhan dengan Heeseung dan kawan-kawan. Mereka tak lagi saling bicara. Sosial media mereka juga tak lagi saling mengikuti. Yerim juga memblokir beberapa penghuni apartemen yang enggan berhenti mengikuti akunnya. Gadis itu bersungguh-sungguh untuk melupakan mereka, menganggap mereka bukan orang baik dan tak pantas untuk jadi teman.

Meski begitu, dia tetap menggunakan hadiah pemberian Heeseung.

Pekerja di tempat futsal itu punya seragam. Warnanya standar, hanya kaus putih lengan pendek juga celana training panjang berwarna hitam. Pemiliknya sengaja menghindari memilih warna terang untuk seragam pekerja: agar tak sama dengan para pengunjung yang biasanya mengenakan seragam warna-warni. Satu hal yang menyalahi aturan warna dari Yerim adalah ikat rambutnya yang berwarna merah. Dia tak mau terlalu mencolok, satu yang kecil itu saja sudah cukup.

Yerim tidak tahu apakah itu memberikan pengaruh. Sampai di hari kelima ia bekerja dengan ikat rambut merah itu, tidak ada hasil yang berarti. Tidak ada orang yang benar-benar signifikan dengan tujuannya. Hanya ada pria-pria busuk yang melihat tubuhnya dengan pikiran kotor; itu sudah biasa.

Sore menjelang malam adalah waktu paling ramai dari sepanjang hari tempat itu buka. Ketiga lapangan penuh. Satu lapangan mungkin dimainkan kurang lebih lima belas orang. Pesanan makanan dan minuman membludak, Yerim dan kawan-kawan kerepotan hanya untuk memenuhi permintaan.

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang