2F

8 4 0
                                    

Pesta berbeku di mulai pada pukul tujuh. Semua anggota keluarga duduk menempati kursi mereka. Momen itu terasa ganjil untuk Dean karena ia menjadi satu-satunya laki-laki yang duduk disana. Sementara para anggota keluarga menikmati hidangan mereka, Dean hanya duduk menatap makanannya dan bertanya-tanya apa Bree mengatakan yang sebenarnya tentang musim berburu? Tapi bagaimana mereka tahu saat musim berburu sudah tiba?

"Sebenarnya aku punya pertanyaan," ucap Dean, tanpa sadar menyela seluruh percakapan di atas meja. Kini seluruh pasang mata tertuju padanya. Bec yang pertama bicara.

"Semuanya, tenang! Calon pengantin pria punya pertanyaan."

Dean menatap Bree yang mengedipkan kedua mata saat mendengarnya. Irine, masih duduk di kursi paling ujung, tampak tenang dan menunggu. Jill dan Jess tersenyum lebar, seolah bersiap untuk mendengar kelakar, sementara Janet menyipitkan kedua matanya. Dean cukup yakin wanita itu akan menjadi orang pertama yang menjawab pertanyaannya.

"Ini bukan sesuatu yang serius, aku hanya penasaran tentang musim berburu. Kapan kalian mengetahui saat musim berburu tiba?"

"Ketika musim dingin di utara sudah tiba," sahut Bec dari kursinya.

"Semua hewan bermigrasi ke selatan," Janet melanjutkan tanpa mengidahkan reaksi Bec. Wanita itu tampak menggebu-gebu. Rahangnya ditarik begitu lebar setiap kali ia berbicara, seolah-olah senyum itu sudah ada di sana sejak ia dilahirkan.

"Disini kawasan tropis.." Janet melanjutkan. "Tidak terlalu panas, tapi.. tidak dingin juga. Musim berganti setiap dua tahun sekali, jadi hutan disini adalah kawasan yang tepat bagi semua pemburu."

"Tapi aku masih tidak mengerti mengapa semua laki-laki pergi berburu?"

"Oh, Bree belum mengatakannya, ya?"

Para wanita itu saling bertukar pandang. Dean duduk di kursinya untuk mengawasi mereka sembari menyipitkan mata. Tanpa sadar dadanya membusung. Nikki tahu secara pasti bahwa Dean hanya akan membusungkan dada dan menyipitkan kedua matanya saat sedang bersiap untuk bersikap defensif.

Di sampingnya, Bree menggindikkan kedua bahunya dan berkata, "bagaimana aku harus menjelaskan tradisi?"

Selama sejenak keheningan yang mencekik mengisi suasana sampai tawa Jill dan Jess meledak. Dean nyaris tersentak kaget saat mendengarnya, tapi ia hanya mengerutkan dahi dengan skeptis ke arah mereka.

Apa aku baru saja membawa topik yang konyol ke atas meja?

"Bree benar," Bec membenarkan. "Itu tradisi kami disini. Kau mungkin masih asing dengan beberapa hal, tapi kau akan segera terbiasa. Sekarang, Dean, kenapa tidak kau katakan bagaimana anggurnya menurutmu?"

Dean baru tersadar kalau ia tidak menyentuh minuman di dalam gelasnya barang sedikitpun. Disaat yang bersamaan ia langsung mengangkat gelas itu mendekati bibir dan menyesap minumannya dari sana. Sensasi aneh langsung tersebar di seluruh mulutnya ketika cairan hitam itu menyentuh lidah. Dean merasakan sesuatu yang lebih ringan dari anggur, tapi terasa memabukkan.

"Aku jarang minum alkohol saat makan malam, tapi anggur ini lumayan juga."

"Kau suka?" tanya Janet.

Dean memandangi Janet dan Bec secara bergiliran, menyadari bahwa mereka sedang menanti jawabannya, jadi langsung saja ia mengangguk.

"Ya."

Untuk mengusir ketegangan yang dirasakannya, ia meraih garpu dan pisau untuk membelah barbeku-nya menjadi potongan-potongan kecil. Bree meletakkan saus nanas di atas daging itu dan ketika Dean menelannya, sensasi manis dan pedas langsung memenuhi mulutnya.

FORBIDDEN PLACE (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang