26 Maret 2017
Jam dinding menunjukan pukul 20.00
Jam pulang seharusnya Pukul 17.00 tapi aku harus mengerjakan pengelolaan jurnal perpustakaan yang menumpuk, sehingga harus merelakan jam pulang menjadi lebih lama dari biasanya.
Guittara benar "Musik adalah teman terbaik" buktinya saat ini aku tenggelam dengan alunan musik yang sedang mengalun dari earphone ku. Musik yang dibawakan oleh Sheila On 7 dengan judul Anugerah Terindah, Guittara yang mengenalkan musik ini padaku.Aku mematikan musik dan menunda pengelolaan jurnal yang sedang ku kerjakan untuk membalas pesan yang Guittara kirim padaku.
Seharusnya aku sudah terbiasa dengan Guittara yang memasak di dapur rumahku.
06 Agustus 2016 Hari dimana aku memutuskan jawaban untuk bersedia menjadi pacarnya, dia memintaku untuk menjadi pacarnya pada 06 April 2016 dan aku memberikan jawabannya empat bulan kemudian. Tidak mudah untuk kembali memberikan kepercayaan setelah apa yang sudah aku alami pada 2015 lalu.
Guittara tidak pernah berjanji tetapi dia memberi bukti bahwa dia adalah lentera di tengah kegelapan untukku.
Dan semenjak 06 Agustus 2016 tersebut, Guittara hampir setiap akhir pekan memasak di rumahku karena Bunda yang meminta. Bunda dan Guittara benar-benar menjadi sahabat, mungkin bunda juga lupa bahwa yang sebenarnya anaknya itu aku.Aku kembali menunda ponsel dan melanjutkan pengelolaan jurnal yang tadi sempat tertunda. Saat sedang berkutat dengan pengelolaan jurnal, aku mendengar suara kaki di koridor. Aku kembali membuka ponsel untuk melihat jam, ternyata sudah jam 21.30 belum cukup malam untuk makhluk selain manusia muncul tapi mengingat perpustakaan yang sudah tutup dan pegawai lain yang sudah pulang membuatku langsung mencoba menghubungi Guittara karena nama dia yang tertera paling atas.
"Guittara sialan" Aku mengumpat untuk mengeluarkan kekesalan dan ketakutan ku. Aku benci dengan hal-hal seperti itu sejak kecil.Suara pintu diketuk, aku langsung berdiri dan membukakan pintu untuk Guittara.
"Hahaha, masih aja penakut" Guittara tertawa dan meraih diriku untuk masuk ke pelukannya.
Aku hanya diam dan lagi-lagi menikmati aroma mint yang khas dari parfumnya. Guittara mengerti saat aku ketakutan yang aku butuhkan hanya sebuah pelukan.
"Maaf yaa udah buat kamu ketakutan" Katanya dengan melepaskan pelukannya karena dia tau aku sudah mulai tenang.
"Nyebelin tau gak sih" Kata ku dengan menatapnya dengan kesal.
"Aku gak bermaksud, sayang" Guittara mengatakannya sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
"Maaf yaa" Sambungnya.
Guittara berjalan menuju meja kerjaku dan meletakkan kopi dengan nasi goreng yang tadi dibawakannya untukku.
Aku kembali duduk di meja kerjaku dan mulai fokus kembali untuk mengerjakan pekerjaanku."Di makan dulu, Nau, mumpung masih hangat" Perintah Guittara.
"Mas udah makan?" Tanyaku. Aku memanggil Guittara tergantung suasana hatiku. Jika sedang bagus aku akan memanggilnya Mas. Aku sering tersipu sendiri jika memanggilnya mas, begitupun Guittara, sekarang dia sedang mengalihkan pandangan dengan telinga yang sudah memerah.
"Udah, Nau Sayang" Dia mengatakannya dengan menatapku dan tersenyum.
Hangat, hatiku rasanya hangat setiap kali melihat senyuman dan tatapan itu secara bersamaan.
Selesai makan, aku menikmati kopi pemberian Guittara.
Suasana malam di perpustakaan bersama alunan gitar yang dimainkan oleh Guittara membuat aku berharap malam ini jangan cepat berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nautikal || Wenyeol
Fiksi Penggemar"Nau, senyum yaa nanti aku nyanyiin" Dia gak punya cara lain selain musik, kesel.