Chapter 5.

658 76 7
                                    

"Mi, rencana berhasil. Meskipun gak berjalan mulus tapi anak buahku berhasil buat Ve dalam bahaya. Kemungkinan Ve selamat dari ledakan mobil itu sangat kecil apa lagi jaraknya sangat dekat." Ucap Ghaida.

"Lalu, gadis yang pergi bersama Ve itu siapa?" Tanya Naomi.

"Dia kekasih dari anaknya Veranda. Tadinya targetku itu dia. Tapi entah kenapa Veranda sangat Protectif bahkan dia lebih mementingkan keselamatan kekasih dari anak nya itu dibanding keselamatannya sendiri." Jawab Ghaida.

"Maksud mu?" Tanya Naomi.

"Pelindung tersulit dari Ve yaitu Steve. Bodyguard yang sudah menjadi tangan kanan Keynal sejak dulu, kamu tau itu kan? Kita sangat sulit menghabisi Ve karna ada dia. Tapi sejak sampai di Amerika, Steve lebih memperketat keamanan dari gadis itu." Jelas Ghaida.

"Cari tau tentang gadis itu. Aku mulai tertarik padanya." Ucap Naomi.

Ghaida tersenyum mendengar perintah Naomi. "Tenang saja, sebelum kau suruh pun salah satu bawahanku sudah menyelidikinya. Tinggal tunggu laporannya saja."

"Baguuss. Ayo kita sedikit memberi bumbu penyedap pada mereka, kita berangkat ke rumah sakit." Ajak Naomi.

Keesokan harinya.

Gracio dan tim nya sedang berjalan di depan rumah sakit. Begitu banyak orang yang mengenakan jas hitam berjaga di setiap sudut rumah sakit. Bahkan sampai membuat tim Gracio terkejut melihatnya.

"Gila ini apa apaan dah?" Tanya Dheo.

"Wajar aja, Ketua Tanumi Group lagi di rawat. Justru aneh kalo gak ada yang jaga." Jawab salah satu bawahan kepercayaan uncle Ben yang bernama Rachel.

Rachel adalah satu satunya wanita yang menjadi bawahan keprcayaan uncle Ben karna kecerdasannya di atas rata rata dan mahir dalam hal menembak.

"Iya sih kak, tapi sampe setiap sudut gini?" Tanya Dheo lagi.

"Udah kalian tinggal jalan aja, jangan bawel." Ucap Rachel, lalu mereka berjalan menuju ruangan dimana Veranda di rawat.

Saat melihat Gracio datang, seluruh anak buah yang berjaga membungkukkan badannya. Ternyata di depan pintu ruangan Ve, Shani sedang menangis di pundak Shanju.

"Sayang." Ucap Gracio lembut sambil mengelus kepala Shani.

"Gee." Shani berdiri dan langsung memeluk erat Gracio. Tangis Shani pecah saat itu juga.

"Udah gak papa, kamu udahan ya nangisnya. Aku gak bisa ngeliat kamu nangis kaya gini." Ucap Gracio lalu mengusap air mata Shani.

"Ta-tapi Bunda Gee bunda tidur terus hikss." Shani sambil sesegukan.

"Hey, kamu tau kan bunda aku itu kuat? Bunda aku orang nomor 1 di Asia. Kamu tau itu. Cuma bunda yang berani jewer kuping ayah kalau ayah lagi marah. Bunda gak akan kenapa kenapa, percaya sama bunda yaa." Gracio terus mencoba untuk menenangkan Shani sambil memgusap kepalanya lembut. Padahal dalam hatinya pun ia masih tetap merasa gelisah.

"Temenin aku ketemu bunda yuk?" Ajak Gracio.

"Udah kamu masuk aja, biar mami tunggu disini. Di dalem ada papi sama Keynal." Ucap Shanju pada Shani.

"Yaudah kita masuk dulu ya mi." Ucap Shani yang di angguki Shanju.

"Kalian tunggu disini dulu yak. Temenin mami Shanju." Ucap Gracio pada tim nya.

"Permisi. Ayah." Ucap Gracio setelah memasukin ruangan.

"Cio, sini." Ucap Keynal.

"Gimana bunda yah?" Tanya Gracio pelan.

Precious PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang