empat puluh enam

115 22 0
                                    

    Suara mesin mobil di luar terdengar sampai dalam rumah kediaman orang tua Yena yang cukup ramai siang itu. Semua orang terlihat sibuk mempersiapkan acara menyambut tahun baru. Tidak terkecuali keponakan Yena yang dengan girang sudah berlarian kesana-kemari sejak pagi dengan balon Nemo di tangan kirinya. Mama Yena yang sedang menyiapkan kukis bersama menantu dan anak bungsunya di dapur pun tidak henti-hentinya tersenyum.

     Ada kehangatan yang menyebar di rongga dada Mama Yena siang itu. Cita-cita kecilnya yang hampir tercapai—menikmati masa tua di rumah sendiri ditemani anak-cucunya. Kebahagiaan sederhana yang ia harap tidak kunjung memudar.

     "Yeonjun kayaknya udah datang di depan sama keluarganya, kamu keluar duluan sana, nanti Mama nyusul." Mama Yena mengedikan dagu menyuruh sementara Yena yang semula sedang mencomoti kukis itu jadi mematung.

     "Bareng-bareng aja kali,"

     "Hush! Kalo disuruh kebanyakan protes, mereka kan bukan orang asing. Udah sana! Jangan dimakanin mulu kukisnya nanti abis duluan sama kamu, duh,"

    Yena menatap kakak iparnya minta pembelaan tapi perempuan cantik itu cuma menyengir tanpa membantu apapun. Jadilah Yena berjalan gontai ke teras rumah. Benar saja, Yeonjun datang bersama kedua orang tuanya yang sudah disapa lebih dulu oleh Papa dan Sungmin.

     Ketika berhadapan dengan Mama Yeonjun yang menatapnya dengan senyum hangat dan membuka tangan untuk memeluknya, Yena pun menyiapkan senyum terbaik yang ia miliki dan menjatuhkan diri di pelukan wanita itu yang terasa sama hangatnya dengan pelukan Mama.

     "Kayaknya udah lama banget deh Tante nggak ketemu Yena," Mama Yeonjun berujar sambil mengusap punggung Yena sayang. "Yena baik kan?"

     "Baik, Tante. Kabar Tante gimana?"

     "Lebih baik dari hari sebelumnya karena ketemu Yena."

     Yena tertawa saja sebagai balasan. Ia nggak mengerti dari mana Yeonjun bisa mendapatkan mulut pedasnya sementara ibu lelaki itu adalah pemuji yang handal.

      "Onty," Jemari mungil itu meraih ujung kemeja Yena sehingga membuatnya menarik diri dari pelukan ibu Yeonjun.

      Sora, keponakan Yena, bersembunyi dibalik tubuh Yena dan menatap malu kedatangan mereka.

     "Sora, ayo salim dulu,"

      Ibu Yeonjun menjadi yang pertama kali berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Sora lalu mengajaknya bicara, "Halo sayang."

     "Halo..." Sora menarik ujung kemeja Yena sekali lagi dan berbisik malu kepada Yena. "Onty, Sora harus panggil apa ya?"

    "Tanya langsung dong, Ra."

    Sora menelan ludahnya kikuk, ia menatap ibu Yeonjun dengan senyum canggung sementara wanita itu masih setia dengan senyum hangatnya.

     "Oma Nana. Sora bisa panggil begitu," Ibu Yeonjun menjawab pertanyaan di kepala Sora yang membuat anak itu kini bisa tersenyum lepas.

      "Halo, Oma Nana!"

      Yena kemudian mengajak mereka masuk ke dalam rumah sementara Sora sudah menarik jemari ibu Yeonjun dengan riang seperti mendapatkan teman baru. Kini hanya tersisa dirinya dengan lelaki yang baru selesai memarkirkan mobil dan sedang berjalan menaiki tangga teras.

       Yeonjun tersenyum ketika mata mereka bertemu, "Nungguin?"

       Lengosan Yena mengudara dan tanpa menjawab pertanyaan lelaki itu, ia lebih dulu masuk ke dalam dan kembali ke dapur sementara Yeonjun sibuk menyapa yang lain.

how to (stop) falling love with you? | cyj x cyn ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang